OS 11

13.7K 617 10
                                    



Memang memutuskan suatu pilihan terkadang membutuhkan pertimbangan yang mendalam,  karena hal ini juga dihitung dari seberapa bobot pilihan yang kita jadikan perbandingan itu bukan. Begitu pun dengan yang dialami Ro, bukan perkara seberapa banyak gaji ataupun uang melainkan kedua pilihan yang menjadi perbandingan dirinya sama-sama memiliki sisi pentingnya untuk dirinya.

Di satu sisi, pekerjaanya sebagai seorang perangkai bunga sudah seperti kebiasaan yang sangat di sukainya terlebih dirinya merasa tidak enak hati kepada bu Kesya yang selama ini telah membantu dirinya begitu banyak. Namun, di sisi lain dirinya tidak tega dengan baby Kez. Balita mungil dan menggemaskan itu membuatnya tersentuh dan tidak kuasa untuk menolak mengasuhnya.

Ro sudah menceritakan hal ini kepada Esya, dirinya perlu diberikan saran yang sekirannya mampu membuat hatinya semakin mantap untuk menentukan pilihan. Selain meminta saran kepada Esya, dirinya juga tak lupa untuk melakukan sholat Istikharah untuk meminta petunjuk terbaik dan memantapkan keyakinan dalam hatinya dari Allah, sang penulis takdir.

"Ya udah sih Ro, ikutin keyakinan hati kamu aja. Kalau kamu hanya mengandalkan rasa tidak enak, sampai kapan pun kamu ngak akan bisa milih karena rasa tidak enak itu tidak akan pergi sebelum kamu yakinkan hati kamu." Ucap Esya ketika mereka tengah istirahat makan siang. Ro belum mengatakan masalahnya ini kepada bu Kesya karena sekali lagi dirinya merasa tidak enak hati untuk mengundurkan diri dari pekerjaan yang selama ini telah membantunya melewati masa-masa sulit saat bersama almarhum kakaknya hingga sampai ke titik ini.

"Aku bener-bener ngak enak Sya, kamu kan tahu bu Kesya itu udah bantuin aku yang dulunya aku masih luntang-lantung ngak punya pekerjaan dan sampai aku diajarin cara merangkai bunga terus malah diterima di sini dengan kemampuan yang nol alias belum bisa apa-apa. Dan kamu lihat aku bisa kaya gini itu lewat perantaranya bu Kesya juga."

"Tapi kamu ngak tega sama Era, Ira, sama adiknya juga kan." Ucap Esya yang langsung menyahut perkataan dari Ro.

"Sebenarnya aku... ."

"Atau kamu ngak tega sama bapaknya?." Tanya Esya tiba-tiba dengan nada datar sembari menaikkan sebelah alisnya, segaja untuk menggoda Ro.

Blush

"Wallahi, kamu bicara apa sih?." Balas Ro cepat dengan wajah yang sudah merah merona.

"Hilih, bilang aja yang membuat berat itu bapaknya. Ck, emang sih duda itu meresahkan. Makin aktif." Ujar Esya seraya tergelak kencang begitu mendapati wajah terutama pipi Ro yang sudah berubah merah padam.

"Ish, Esya." Esya sungguh malu digoda oleh sahabatnya itu, tangan mungilnya memukul pelan lengan Esya agar dirinya menghentikan tawanya.

"Hahaha, udah lah kamu emang cocok kok sampai hot dady kaya papanya Era sama Ira. Bayangin pas dia lagi gendong bayi, beuh. Di jamin gadis sekampung langsung rebutan tuh." Kata Esya yang kembali tergelak kencang.

"Esya, berhenti ketawa iiiih!." 

Ting

Suara pintu masuk toko yang terbuka, membuat Esya dan Ro yang sebelumnya tengah duduk di sofa yang dekat dengan tempat Ro merangkai bunga langsung mengalihkan pandangannya ke arah pintu masuk. 

Baik Esya maupun Ro tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya begitu melihat siapa sosok yang baru saja memasuki toko itu. Sosok tinggi tegap dengan balutan kemeja hitam dan jelana jeans berwarna senada membuat kadar ketampanannya seperti tidak berkurang meskipun telah memiliki anak.

 Sosok tinggi tegap dengan balutan kemeja hitam dan jelana jeans berwarna senada membuat kadar ketampanannya seperti tidak berkurang meskipun telah memiliki anak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Om Suamiku? [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang