OM 32

6.7K 432 19
                                    

Vote and comment dulu yuuuukkkkkkkk....hehehehe, follow juga boleh...


Happy Reading

"Ro." Mendengar Haikal memanggilnya dengan suara beratnya, sontak membuat Ro langsung melihat ke arah laki-laki itu dengan tatapan sayunya.

"I-iya, Abang."

"Maaf jika aku terkesan terburu-buru dalam hal ini, tapi hari ini sudah terhitung sudah tiga hari lamanya aku menunggu jawaban darimu. Jadi, bagaimana? Apakah kamu bersedia untuk menjalani ta'aruf denganku?"

Ro mengerjapkan kedua matanya perlahan, yang membuat Haikal gemas dibuatnya.

"Mengenai hal itu, insya Allah Ro sudah memutuskannya Abang. Bismillah, Ro..."

Dengan tatapan yang penuh harap, jantung Haikal pun juga ikut berdetak kencang ketika menanti jawaban dari gadis pujaan hatinya ini. Bahkan tanpa sadar, tangan kekarnya mengeratkan pelukannya pada putra mungilnya yang tampak asik dengan mainan yang dibawanya. 

"Bismilah, Ro mau menjalani ta'aruf dengan Abang."

Bila kalian menanyakan bagaimana raut wajah Haikal saat ini, cukup kalian melihat ketika seseorang memenangkan undian berhadiah atau mendapatkan uang satu miliyar. Itulah raut wajah Haikal saat ini, begitu bahagia, cerah, dan bercahaya layaknya langit yang awalnya mendung dan akhirnya disinari matahari yang mampu menghasilkan bias pelangi yang sangat indah untuk dlihat.

"Alhamdulillah, Ya Allah. Ro, kamu serius kan Ro?"

"Insya Allah, Abang. Ro serius akan menjalani ta'aruf dengan Abang."

"Yesss, akhirnya Kezraf sama Era dan Ira bakal punya Ibu baru. Dan aku bakal dapet istri baru yang...masha Allah idaman banget." Ucap batin Haikal, dengan bibir yang sedari tadi masih menampilkan senyum lebarnya.

"Abang? Bang?" Ucap Ro yang seakan berusaha menyadarkan Haikal dari keterdiamannya.

"Ah? Iya, Sayang?"

"Hah?" Kedua pipi Ro langsung memerah hebat, ketika mendengar balasan dari Haikal yang tak terduga itu.

"E-eh, iya Ro. Ada apa?"

"Kezraf biar sama Ro dulu, Abang biar bisa makan siang. Keburu dingin nanti makanannya."

"Oh, iya." Dengan perlahan, Haikal pun berusaha memindahkan Kezraf dari pangkuannya. Tetapi putranya itu malah merengek, seakan tidak mau turun dari pangkuan sang Ayah.

"Kenapa, Nak? Ayah makan dulu ya, kamu sama Ibu dulu." 

"Kezraf, sini Sayang! Kita main sama-sama yuk." Ro sebenarnya terkejut ketika Haikal memanggilnya dengan sebutan Ibu, tapi mau bagaimana lagi. Majikannya itu sangat tidak bisa dibantah.

Berbagai bujuk rayu yang dilontarkan oleh Haikal maupun Ro sama sekali tidak memengaruhi Kezraf untuk turun dari pangkuan sang Ayah, sepertinya dirinya begitu merindukan Haikal karena bisa dibilang beberapa hari belakangan ini Haikal terlalu disibukkan dengan masalah pekerjaannya hingga tak memiliki banyak waktu untuk sekedar bermain sebentar dengan putranya ini.

"Sepertinya Kezraf tengah merindukanku, Ro. Kalau begitu, kita biarkan saja. Aku juga sangat merindukannya dan tidak tega jika melihat wajahnya yang sedih."

"Tapi Abang harus makan dulu kan."

"Ya, kamu benar. Dan dengan terpaksa aku juga harus pergi meeting setelah ini jam setengah dua nanti."

"Sebentar lagi dong, Abang. Kalau begitu Ro langsung gendong Kezraf saja ya Abang, insya Allah Kezraf tidak akan menangis kok."

"Jangan, Ro. Biarkan saja, khem...jika kamu tidak ingin aku terlambat untuk makan siang dan meeting nanti. Kamu bisa menyuapiku sekarang, biar lebih mengefisiensi waktu juga Ro."

Om Suamiku? [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang