OS 18

9.9K 520 6
                                    

Bismillah


Happy Reading

"Kakak, aku merindukanmu. Ro kesepian di rumah, tidak ada yang menemani Ro mengobrol lagi ketika Ro tidak bisa tidur. Tidak ada yang menemani Ro sarapan setiap pagi, hanya ada kesunyian yang begitu ketara di rumah ini. Tetapi jika Kakak sudah bahagia di sana dan tidak merasakan sakit lagi, Ro hanya bisa tersenyum bahagia dan selalu mendoakan Kakak dari sini. Ro sayang sama Kakak, baik sekarang, besok, atau nanti. Kakak adalah sosok hebat yang menjadi panutan Ro untuk menjalani kehidupan yang penuh lika-liku ini, yang mengajarkan Ro tentang arti kasih sayang dan kehilangan. Terima kasih Kakak-ku tercinta, Ro berharap kita bisa berkumpul di Jannah-nya Allah SWT dimana Kakak tidak merasakan sakit lagi." Lirih Ro seraya menatap bingkai foto yang berisi gambar dirinya dan sang Kakak yang tengah tersenyum bahagia, dengan lelehan air mata membasahi kedua pipinya.

Perlahan Ro pun memejamkan matanya sembari memeluk bingkai foto itu, dengan air mata yang semakin deras mengalir dari pelupuk matanya yang terpejam. Mungkin inilah curahan rindu dari seorang adik yang telah ditinggal oleh seorang Kakak yang selalu ada disisnya dan rela berkorban untuk bisa membuat adiknya tersenyum, meskipun nyawa taruhannya.

____________


Pagi ini, setelah melaksanakan salat subuh Ro kemudian langsung menyapu rumahnya sebentar sebelum berangkat bekerja. Karena meskipun dirinya sudah ditawarkan oleh Haikal untuk tinggal di rumahnya, tetapi entah mengapa Ro masih terasa berat untuk meninggalkan rumah yang begitu banyak menyimpan kenangannya bersama dengan sang Kakak.

*Tok...tok...tok* (Suara ketukan pintu)


Suara ketukan pintu, membuat Ro yang baru saja selesai menyapu setiap sudut rumah minimalisnya mengernyitkan keningnya bingung. Dalam pikirannya bertanya-tanya, siapa gerangan yang bertamu sepagi ini ke rumahnya. Setelah meletakkan sapunya, Ro pun langsung bergegas menuju ke arah pintu rumahnya.

*Cklek...* (Suara pintu terbuka)


"Assalamualaikum, selamat pagi Ro." Ucap seorang laki-laki yang nampak tampan dengan kemeja yang membalut tubuh tegapnya yang kini tengah berdiri di depan rumah Ro, yang membuat sang empunya tersentak kaget begitu melihat keberadaan orang itu di depan rumahnya sepagi ini.

"Walaikumussalam warakhmatullah, Alfi? Kok pagi-pagi udah ke sini aja, ada apa Al?"

"Ngak ada apa-apa kok Ro, cuma aku tadi di suruh Mama buat anterin nasi goreng buat kamu sarapan." Balas laki-laki itu seraya menyerahkan tote bag yang berisi makanan kepada Ro, yang sedari tadi ia bawa.

"Ya Allah, malah jadi ngrepotin Tante Zahra sama kamu. Terima kasih ya, sampaikan juga sama Tante Zahra salam dari aku." Dengan perasaan tidak enak, Ro pun menerima tote bag yang diulurkan laki-laki itu.

"Iya, sama-sama. Siap, nanti aku sampaikan sama Mama. Tenang aja, sama sekali ngak ngrepotin sama kok. Tapi ngomong-ngomong kamu udah mau berangkat kerja ya?"

"Belum, Al. Mungkin sebentar lagi, soalnya aku masih belum mandi abisnya baru nyapu rumah dulu."

"Ya udah, aku tungguin ya. Sekalian nanti kamu berangkat sama aku ya."

"Loh, ngak perlu Al. Kok pakai nungguin segala."

"Ck, ngak apa-apa Ro. Aku ngak masalah kok, harus nungguin kamu di sini. Lagian Mbak Andin juga masih tidur di mobil, kayaknya dia masih kecapekkan."

"Mbak Andin juga ikut, Al?"

"Iya, sebenarnya jam tujuh nanti Mbak Andin harus berangkat ke Turki tapi dia nyuruh buat anterin ke tempat temannya dulu. Dan karena jalannya searah sama rumah kamu, jadi Mama titip nasi goreng itu sekalian. Kata Mama kamu sekarang ini udah jarang banget main ke rumah, mungkin Mama kangen sama kamu."

Om Suamiku? [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang