Yuk gassss...vote, comment, and follow sebelum baca...biar cerita ini nggak hilang dari pandangan kalian hehehehe
Happy Reading
"A-aku juga bingung, Ir. Tapi gimana kamu bisa dapetin ini?"
"Waktu itu aku disuruh Oma buat cari mainan Kezraf yang udah rusak di atas lemari pakaian milik Ayah, dan pas mau ambil tiba-tiba ada kotak besar yang ikut jatuh sewaktu aku mau ambil kotak mainan itu. Ternyata waktu Ira buka, salah satu isinya adalah kartu keluarga ini sama foto laki-laki sama perempuan yang aku belum pernah lihat sebelumya. Dan Kakak juga pasti belum pernah lihat rupa kedua orang ini." Era pun mengernyitkan keningnya bingung, ketika Ira mengeluarkan dua buah foto yang menampakkan sosok laki-laki dan perempuan yang tengah hamil tengah berpose mesra ke arahnya.
Hingga kedua matanya terbelalak seketika, begitu menyadari keanehan yang terdapat di dalam foto itu.
"Ir, ke-kenapa wajah laki-laki ini persis banget sama wajah kita?"
"Aku juga berpikir hal yang sama, Kak. Waktu pertama kali lihat foto ini juga aku sempat heran, kenapa bisa wajah laki-laki ini mirip sama wajah kita. Dan pas aku lihat fotonya Ayah sama Bunda, yang aku temuin hanya kemiripan dengan wajah Kezraf bukan wajah kita berdua."
"Kita harus bicara sama Ayah tentang hal ini, aku nggak mau tersiksa dengan rasa penasaran kaya gini."
"Ta-tapi gimana jika dugaan kita itu...benar, Kak." Ira pun menundukkan wajahnya lesu, ketika membayangkan jika dugaan mereka ternyata adalah sebuah fakta yang selama ini disembunyikan dari mereka.
"Mencoba menerimanya. Karena nggak ada jalan lain selain menerima takdir itu kan, Ir. Ayah dan Bunda selama ini memberikan kasih sayang yang luar biasa kepada kita, begitu dengan Oma dan Opa. Meskipun berat, tetapi kita harus mencobanya. Berdamai dengan kenyataan lebih baik daripada terus bertarung dan menentang, yang ujungnya kita sendiri tidak tahu apakah bisa berakhir baik atau tidak. Insya Allah, apapun fakta yang kita temui nanti kita pasti bisa menerimanya. Kakak yakin itu." Era pun memeluk sang adik yang masih tampak raut kecemasan di wajahnya itu, guna memberikan sedikit ketenangan kepadanya.
~oOo~
"Abang, kita pulang dulu ya." Ucap Ro, setelah membereskan kotak bekal yang kini sudah habis tak tersisa itu.
"Kamu ke sini sama siapa tadi?"
"Tadi Ro sama Mang Asep, sepertinya Mas Asep masih nunggu Ro sekarang." Tanpa membalas pernyataan Ro, Haikal malah berjalan menuju meja kerjanya dan menekan saluran telephone-nya.
"Dan, tolong kamu bilang sama supir saya yang ada di depan untuk pulang saja ya. Bilang kalau Ro pulang bersama saya." Ucap haikal setelah panggilan itu tersambung.
"Baik, Pak." Setelah mendapat balasan dari sekertarisnya, Haikal pun langsung menutup saluran panggilan itu.
"A-Abang, ini maksudnya gimana? Abang kan katanya harus meeting, kenapa malah mau antar Ro."
"Kamu tunggu aku di sini dulu, rapat kali ini paling nggak terlalu lama. Kamu bisa main sama Kezraf di kamar aku yang ada di pojok ruangan ini, di sana juga ada beberapa mainannya Kezraf."
"Apakah tidak mengganggu pekerjaan Abang nanti?"
"Insya Allah, nggak. Aku malah seneng kamu ada di sini sama Kezraf juga." Ucap Haikal seraya tersenyum, seraya berjalan mendekati Ro yang tengah menggendong putranya itu.
Ro pun hanya mencoba mengalihkan pandangannya, ketika mendapat tatapan instens dari majikannya itu.
"Kalau begitu aku pergi dulu ya, semoga kamu nyaman di sini. Aku usahakan rapatnya nggak akan lama. Setelah itu kita bisa bahas masalah ta'aruf kita ya." Ro semakin dibuat tersentak kaget, begitu merasakan usapan lembut di kepalanya yang tak lain berasal dari tangan besar milik Haikal sebelum dirinya melangkah pergi meninggalkannya di ruangan tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Om Suamiku? [End]
RomanceApa jadinya bila seorang gadis berusia 20 tahun bertemu dengan seorang duda tampan berusia 32 tahun, karena sebuah peristiwa yang membuat mereka terikat satu sama lain. Penasaran??? Cek langsung yuk!!!✨