OM 31

7K 427 21
                                    

Happy Reading

"Wah, kamu lupa Haikal. Padahal dulu sewaktu kamu kehilangan Istri kamu, aku yang selalu ada buat kamu. Hingga kita mengatakan komitmen buat bersama sebagai pasangan, kamu lupa itu?"

"Aku..."

*Brak...*

Suara benda jatuh, sontak membuat semua pasang mata yang ada di ruangan mewah tersebut menatap ke arah sumber suara.

"Ro?" Wajah Haikal sontak diliputi kecemasan, ketika melihat sosok yang berada di ruangannya itu.

"Ma-maaf, sepertinya saya mengganggu. Kalau begitu saya permisi dulu." Dengan gerakan tergesa-gesa, Ro pun mengambil paperbag yang telah jatuh itu dan langsung pergi meninggalkan ruangan Haikal itu tanpa memperdulikan suara Haikal yang terus memanggilnya.

Entah apa yang terjadi pada dirinya, Ro pun juga sama sekali belum memahaminya. Kenapa di saat Haikal berduaan dengan perempuan lain, membuat hatinya sesak dan sakit. Padahal bisa dibilang mereka tak memiliki hubungan spesial apapun, dan dirinya menyadari jika dia hanya sebatas pengasuh Kezraf yang tak lebih daripada itu. 

Kini Ro pun dengan terburu-buru memencet tombol lift yang masih tertutup itu, tatapan matanya pun langsung teralih begitu pipinya merasakan sentuhan tangan mungil dari balita yang berada di dalam gendongannya ini.

"Bubububu..."

"Sebentar ya, Sayang. Kita akan pulang sekarang."

"Ro, tunggu! Ro." Teriakan yang cukup keras yang berasal dari belakang tubuhnya, sontak membuat Ro semakin gugup dibuatnya.

*Ting...*

Melihat pintu lift yang sudah terbuka, Ro pun langsung segera melangkahkan kakinya untuk memasuki lift itu. Tangannya segera memencet tombol lantai yang paling bawah, dan berharap jika Haikal tidak bisa mendekatinya karena ketika pintu lift mulai tertutup dirinya melihat Haikal yang tengah berlari menuju ke arahnya.

*Brak...*

Ro langsung memejamkan keduanya matanya perlahan, ketika melihat pintu lift itu kini tak jadi tertutup karena terhalang oleh tangan kekar milik seseorang yang dirinya langsung mengetahui siapa pemilik tangan itu.

Dengan nafas terengah-engah dan penampilannya yang cukup acak-acakkan, kini Haikal berhasil masuk ke dalam lift sekaligus menyusul gadis pujaan hatinya yang sepertinya salah paham itu.

"Ro, tolong dengerin penjelasan saya dulu. Tadi itu bukan siapa-siapa saya, dia hanya teman saya dulu. Entah mengapa tadi dia tiba-tiba datang ke ruanganku dan mengatakan hal yang tidak masuk akal seperti itu, sungguh Ro apa yang kamu lihat dan dengar itu nggak bener sama sekali." Haikal kini seolah berusaha sekuat tenaga untuk menjelaskan semuanya kepada Ro yang kini tengah menatapnya seraya mendekap putranya yang berada dalam gendongannya, bahkan lengan kekarnya tanpa sadar terulur di samping tubuh mungil Ro guna menyanggah tubuhnya yang lelah akibat berlari mengejar Ro tadi.

Ro kini merasa bingung harus bersikap bagaimana, dirinya tidak menyangka jika Haikal sampai berlari mengejar dirinya seperti ini hanya untuk menjelaskan hal tadi seolah tak ingin dirinya salah paham.

"Ro, kamu percaya padaku kan?"

"A-Abang, Ro nggak nyangka kalau Abang sampai mengejar Ro seperti ini. Pa-padahal niat Ro tadi hanya tidak ingin mengganggu pembicaraan Abang, jadi Ro memutuskan untuk kembali. Sejujurnya Abang tak perlu sampai mengejar Ro hanya untuk menjelaskan hal tersebut, kita kan tidak memiliki hubungan apapun. Jadi, Abang bebas ingin dekat dengan siapa saja bukan."

"Aku tidak mau kamu salah paham kepadaku, Ro. Apakah kamu lupa, bahwa aku telah mengajukan diri untuk berta'aruf denganmu? Dan tadi ketika kamu melihatku bersama wanita lain, aku sangat cemas jika kamu berpikir yang tidak-tidak kepadaku dan akhirnya kamu memutuskan untuk menolak tawaranku itu. Aku tidak mau itu terjadi, Ro. Aku sungguh memiliki perasaan lebih kepadamu, aku sudah menaruh hati kepada gadis yang menolongku sewaktu aku terkena musibah waktu itu. Dan gadis itu adalah kamu, Roselia Afifah Pratiwi."

Om Suamiku? [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang