OS 29

7K 430 17
                                    







Happy Reading

Di rumah keluarga besar Haikal, seperti biasa setiap orang tengah sibuk mengerjakan pekerjaannya masing-masing. Namun, pagi ini entah mengapa atmosfir di meja makan terasa seperti ada aura tidak menyenangkan yang terpancar dari seorang laki-laki gagah nan tampan yang tengah menatap intens ke arah satu objek yang belum di sadari oleh sang empunya.

"Kal, kamu tuh kenapa? Muka kaya baju belum disetrika gitu. Senyum kali, Kal. Pagi-pagi itu harus di awali dengan sesuatu yang menyenangkan, malah muka kamu kaya sawo belum matang gitu. Sepet." Celetuk Mama Haikal, ketika melihat wajah sang putra yang muram itu.

"Kamu ada masalah di kantor ya?" Tanya Papa Haikal, di sela-sela kegiatan sarapannya.

Ro yang sedari tadi tengah menyuapi Kezraf pun ikut mengalihkan pandangannya ke arah Haikal, yang ternyata tengah menatap intens ke arahnya. Tatapan tajam Haikal, seketika membuat Ro menundukkan kepalanya. Sungguh dirinya tidak mengetahui kesalahan apa yang telah ia perbuat, hingga membuat Haikal menatap seperti itu kearahnya.

"Bukan, Pa."

"Lah, terus?"

"Mikirin masa depan."

"Pfttt…kamu udah tua, Haikal. Masa depan gimana lagi yang kamu pikirin." Sahut Mama Haikal, seraya tertawa pelan.

"Ma, jangan gitu ih."

"Tapi bener kan, Pa. Hahaha."

"Ya juga sih, hahaha."

"Ck, aku mikirin mau nikah lagi."

"Hah?" Mama dan Papa Haikal seketika langsung melotot, ketika mendengar ucapan putranya itu.

"Kamu serius? Emang udah ada calonnya? Anak-anak kamu udah tahu belum? Kamu jangan sembarangan milih Haikal."

"Udah, Ma. Tapi kayaknya dia belum tahu kalau aku suka sama dia, dia gadis yang cantik, sederhana, keibuan, lemah lembut, dan insya Allah sholehah." Netra coklat Haikal, senantiasa menatap ke arah Ro yang dengan sabar dan telaten tengah menyuapi putranya.

"Kenalin ke Papa sama Mama, kalau kalian udah yakin langsung nikah aja."

"Haikal nggak akan buru-buru, Haikal mau kita ta'aruf dulu."

"Ya, Mama sama Papa ikut keputusan kamu aja. Tapi kenalin dulu dong ke Mama sama Papa."

"Oke, nanti aku kenalin. Bibi?" Panggil Haikal pada seorang wanita paruh baya yang tengah membersihkan wastafel dapur itu.

"Iya, Tuan."

"Era sama Ira belum bangun? Kok mereka nggak turun-turun dari tadi?"

"Era sama Ira sarapannya nanti, Abang. Katanya lagi ngerjain tugas dulu, mumpung hari libur. Nanti kalau mereka belum turun, Ro akan bawakan sarapan mereka ya."

Uhuk…uhuk…uhuk

Orang tua Haikal langsung tersedak, ketika mendengar panggilan Ro kepada Haikal.

"Ro? Kamu tadi manggil Haikal apa?" Tanya Mama Haikal, seraya menatap ke arah Ro.

"A-abang, Bu."

"Ekhem…, itu kamu yang inisiatif sendiri atau disuruh Haikal, Ro?"

"Di-disuruh Abang, Tuan."

"Dasar, Duda modus." Ujar Papa dan Mama Haikal bersamaan.

"Ck, bukan modus Pa, Ma."

"Alasan." Sahut Mama dan Papa Haikal bersamaan, yang membuat Ro terkekeh geli di buatnya.

"Jangan godain Ro, Haikal. Dia ini masih gadis polos, awas aja kalau kamu cuma modusin Ro."

Om Suamiku? [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang