OM 37

6.4K 370 9
                                    


Haiiii...kembali lagi sama Om Duda gondrong satu ini...😁

Kangen nggak?

Nungguin nggak nih?😄

Gaaaasss vote and comment dulu ya.......

Happy Reading

"Kak, Ayah sama Mbak Ro beneran mau nikah ya?" Tanya Ira yang tengah tengkurap di ranjangnya itu, sembari membalikan lembaran novelnya.

 "Ta'aruf Ira, nggak langsung nikah gitu aja." Sahut Era, yang kini tengah melipat bajunya di karpet yang berada di tengah kamar mereka itu.

"Iya, itu maksudku. Huh, kenapa nggak langsung nikah aja sih. Kan kalau ditunda-tunda nanti Ayah malah di deketin sama tante-tante yang ngaku katanya temen Ayah dan segala alasan lainnya, pengin aku raup wajahnya yang full bedak itu sama kain lapnya Mbak Maya. Gregetan aku jadinya, lihat wajahnya aja aku dah pengin hujat." 

Mendengar ucapan adiknya itu, Era langsung tertawa terbahak-bahak karena bisa dibilang adiknya itu sangat jarang berbicara dengan nada julid seperti itu. 

"Punya dendam kusumat kayaknya kamu sama temen-temen perempuannya Ayah, hahaha.

"Emangnya Kakak suka gitu pas mereka deketin Ayah?"

"Nggak lah, lagian aku tuh yakin sama ucapan Ayah kalau beliau cuma nganggep mereka itu temen dan nggak lebih. Soalnya aku amati selama ini, perempuan yang deketin Ayah itu bukan tipe Ayah semua tahu. Ayah kan nggak suka sama perempuan yang terlalu berlebihan, kaya dandanan ataupun asesoris yang di pakai di badannya gitu. Terus Ayah itu lebih suka sama perempuan yang sederhana dan pakai pakaian yang tertutup, dan semua itu sudah ada di diri Mbak Ro. Kata Oma, dulu Almarhum Bunda Relia juga gitu kan, beliau itu lebih memilih pakaian yang sederhana daripada yang mencolok karena beliau nggak mau jadi pusat perhatian. Cuma bedanya, Bunda dulu belum pakai jilbab kaya Mbak Ro tapi semua pakaiannya itu nggak ada yang terbuka banget gitu. Oma bilang, kalau Bunda Relia mau pergi keluar sama Ayah ke acara resmi gitu beliau biasanya pakai dress yang panjang sampai nutupin kakinya dan panjang lengannya itu sampai di bawah siku. Itu pun termasuk baju Bunda yang kata Oma paling pendek menurut Bunda sendiri."

"Iya juga sih, ck. Tapi aku tetep khawatir tahu, Kak. Ayah kan juga manusia, kapan aja bisa tergoda karena setan ada dimana-mana."

"Ck, kamu mah malah ngomong gitu. Udah lah, doain aja semoga Mbak Ro adalah benar-benar pilihan terakhir Ayah."

"Iya-iya, aamiin."

"Daripada kamu cuma baringan sambil baca novel, mending kamu bantuin Kakak lipatin baju. Cepet sini!"

"Itu kan bajunya Kakak, baju aku kan udah rapi semua di lemari."

"Elah, emang salah bantuin Kakak sendiri. Udah sini cepetan!"

"Nggak mau, aku kurang mood buat bantuin Kakak." 

"Oh gitu ya, oke. Kalau gitu, aku bakal aduin soal Kak Wisnu sama Ayah. Gimana?"

"Aduin aja, kita kan emang nggak ada apa-apa." Ucap Ira yang langsung memeletkan lidahnya ke arah Kakaknya itu, yang membuat sang empunya sontak melemparinya dengan bantal yang ada di dekatnya.

"Dasar, adik nggak ada akhlak."

~oOo~

Setelah kegiatan mengoda Ro tadi, kini Haikal tengah berdiri di dekat jendela sambil netra tajamnya menatap pemandangan luar yang tampak samar karena derasnya air hujan. Kedua tangannya kini tengah bersedekap, sembari bibirnya tak henti menyunggingkan senyum ketika mengingat kembali kegiatannya yang sengaja menggoda gadis tercintanya itu. 

Om Suamiku? [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang