Mengingat itu membuat tangan Samuel tiba tiba mengepal. Amarah tampak membara pada kedua mata Samuel. Ingin sekali Samuel untuk melampiaskan semua emosinya kepada orang yang sudah membuat hidupnya semakin berantakan.
Andai saja anak kecil itu tidak ada maka ia tidak akan kehilangan adiknya dan ibunya masih berada disisi Samuel sekarang. Samuel bahkan masih ingat wajah sekaligus nama anak kecil itu sampai
Mungkin ini sudah saatnya tiba bagi dirinya untuk mencari kembali keberadaan orang itu dan membalaskan semua dendamnya. Toh sekarang Papanya sudah tidak terlalu mengganggunya.
Riko selaku ayah dari Samuel sudah memiliki keluarga baru dan Samuel tidak mempedulikan itu semua. Justru Samuel bersyukur karena tak terlalu diganggu lagi oleh Ayahnya.
Samuel mendekat ke meja, Samuel segera memanggil Ryan melalui telpon yang ada di meja kerjanya. Tak perlu waktu lama, Ryan segera masuk kedalam ruangannya.
"Cari semua informasi apa pun tentang Arrasya Brian A. Kemanapun dan dimanapun itu. Saya tunggu secepatnya." Titah Samuel.
°°°°°°
Butuh waktu tiga hari bagi Ryan mendapatkan informasi memgenai Arrasya. Ryan sempat terkejut mengenai orang yang ia selidiki ternyata bukan orang biasa.
Harus menggunakan usaha ekstra bagi Ryan mencari informasi mengenai orang ini. Namun, Usaha yang dilakukan Ryan akhirnya tidak sia sia.
Terbukti sudah ada beberapa map di tangan Ryan sekarang. Dengan langkah cepat Ryan memasuki ruangan atasannya dengan membawa pekerjaannya.
"Selamat pagi, Bos." Sapa Ryan pada Samuel yang fokus dengan laptop dihadapannya.
"Bagaimana hasilnya?" Balas Samuel tanpa menjawab sapaan dari Ryan.
"Saya sudah mendapatkan beberapa informasi dari yayasan keluarga Bos dan beberapa informasi tentang orang itu saat ini." Ucap Ryan menyerahkan map yang ia bawa tadi.
Samuel segera membuka map itu. Alisnya bertaut mendapati informasi bahwa orang yang paling ia benci ternyata anak dari pengusaha terkenal.
"Apa semua ini benar?" Tanya Samuel.
"Seratus persen benar Bos. Saya sudah menggali informasi dari banyak sumber terpercaya." Jawab Ryan dengan percaya diri.
Samuel tampak berpikir sejenak. Sempat ragu untuk menjalankan apa yang sedari dulu ia inginkan, namun mengingat kembali apa yang terjadi membuat tekad Samuel semakin bulat.
Samuel memutar otak menyusun rencana untuk membalaskan dendamnya. Ryan masih berdiri diruangan itu, dengan sabar menunggu atasannya bertarung dengan pikirannya. Ingin keluar namun Ryan tak berani karena belum diminta keluar dari ruangan Bosnya.
"Ryan, kemari." Titah samuel setelah menemukan rencana yang tepat.
Ryan segera mendekat ke meja kerja Samuel. Ryan membulatkan mata mendengar penuturan bosnya tentang rencana balas dendam itu.
"Apa Bos yakin?" Tanya Ryan yang menjadi ragu. Mendengar Bosnya itu akam bermain main dengan Keluarga Adhiasa. Keluarga yang disegani oleh banyak perusahaan karena perusahaan milik Keluarga Adhiasa yang sangat berpengaruh di dalam maupun luar negeri.
"Saya tidak pernah ragu dengan apa yang sudah saya ucapkan." Jawab Samuel.
"Berbahaya jika kita bermain main dengan keluarga Adhiasa. Perusahaan ini bisa langsung rubuh dalam satu malam jika berani mengusik mereka." Ucap Ryan lagi.
"Persetan dengan itu semua. Saya hanya ingin memberi sedikit pelajaran nagi bajingan kecil itu." Balas Samuel kemudian menyunggingkan senyuman miring pada wajah Samuel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arrasya Brian A.
Humor#NotRomance {RAMPUNG}~{LAGI DIREVISI} Bukan hal mudah bagi Arrasya bisa sampai di titik ini. Begitu banyak hal yang Tuhan uji kepadanya di usia yang masih belia. Dari semua hal yang terjadi, merelakan orang tersayang pergi adalah salah satu hal ters...