Semilir angin menerpa wajah Arrasya. Kaca mobil sengaja dibuka Arrasya untuk menikmati angin dari luar. Mata Arrasya menatap kearah kaca mobil yang terbuka.
Bangunan tinggi disana sini. Kendaraan beroda empat ataupun dua berada di kanan dan kiri mobil Bara menjadi pemandangan yang dilihat Arrasya.
Rasanya seperti menghirup udara segar, meskipun ada sedikit udara polusi. Namanya juga kota besar.
Kota yang selama ini menjadi saksi hidup Arrasya berjuang sendiri sampai bertemu dengan keluarganya. Bangga rasanya bisa melalui semua hal sulit, tapi adakalanya Arrasya juga sedih.
Seandainya Kakek Galih dan Nenek Imah masih ada, pasti hidup Arrasya sangat sempurna.
Dari balik kemudi Bara memperhatikan itu. Arrasya hanya diam, padahal sebelum pulang tadi Arrasya masih riang dan bersemangat karena bertemu Dikta. Teman lamanya.
Tapi sekarang?
"Kamu nggak mau cerita sama Abang?" Tanya Bara langsung tanpa mau berbasa basi.
Arrasya masih dalam lamunananya.
"Ar.. Arsy."
Baru panggilan ke tiga, Arrasya menoleh ke Bara. "Ada apa Bang?" Bara menghembuskan nafasnya, harus sabar memang.
"Nggak ada apa apa Bang." Lanjut Arrasya yang tadi sedikit memdengar ucapan Bara.
"Kamu bohong." Sanggah Bara langsung.
"Apa yang ada dipikiran kamu sekarang? Kenapa ngelamun terus? Ada Abang di sini. Apapun itu, seenggaknya kamu bicara sama Abang sedikit aja." Ujar Bara. Bukan niatnya untuk marah hanya saja ucapannya yang tajam itu keluar sendiri dari mulutnya.
"Arsy nggak bohong Abang. Arsy nggak apa apa." Bantah Arrasya.
Bara kembali diam. Memang benar ucapan Abangnya, Arrasya pasti tak mau berbicara.
"Yaudah, Abang juga nggak mau maksa." Ucap Bara kembali fokus pada jalanan.
Sementara tangan kirinya menyalakan musik kesukaan Arrasya agar suasana didalam mobil itu tidak terlalu canggung.
Beberapa menit mengendarai, Bara sudah sampai ke Mansion. Mobil yang dikendarai Bara berhenti di depan halaman Mansion Adhiasa. Tepat berhenti dihadapan sebuah mobil.
Arrasya keluar mobil terlebih dahulu, selanjutnya alisnya menyatu karena bingung. Apa ada tamu? Tapi tak mungkin, supirnya saja supir pribadi keluarganya.
Terdengar suara dari arah teras, Arrasya segera berbalik. "Bunda sama Mommy mau pergi nggak bilang bilang." Ucapnya dengan nada yang merajuk.
Nadia dan Desi berjalan mendekati Arrasya. "Astaga, anak Mommy udah pulang." Sambut Desi.
Arrasya sudah menyilangkan kedua tangannya di depan dada. "Kalian pasti mau pergi diem diem biar Arsy nggak tau kan?!" Kata Arrasya yang merajuk.
"Bunda sama Mommy ada urusan sebentar diluar, sebentar aja kok." Terang Desi memberikan pengertian kepada Arrasya.
Tidak bisa dipercaya, Bunda dan Mommynya jarang sekali pergi ke luar Mansion.
"Emamgnya kalian mau kemana?" Tanya Arrasya penasaran.
Nadia dan Desi saling memandang. Sebenarnya hari ini, Nadia akan pergi kerumah sakit untuk menemui dokter dan Desi yang menemaninya.
"Pokoknya Arsy mau ikut kemana pun Bunda pergi." Putus Arrasya karena tidak mendengar balasan langsung dari Bunda dan Mommynya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arrasya Brian A.
Humor#NotRomance {RAMPUNG}~{LAGI DIREVISI} Bukan hal mudah bagi Arrasya bisa sampai di titik ini. Begitu banyak hal yang Tuhan uji kepadanya di usia yang masih belia. Dari semua hal yang terjadi, merelakan orang tersayang pergi adalah salah satu hal ters...