Dreaming His Love

9.8K 1.4K 269
                                    

Sudah belasan tahun aku tinggal di rumah ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Sudah belasan tahun aku tinggal di rumah ini. Sudah ribuan malam kuhabiskan di kamar ini. Baru kali ini aku terbangun dengan perasaan yang ajaib. Aku gemetar. Bukan gemetar kedinginan atau ketakutan. Aku gemetar karena sensasi orgasme. Semalam aku menyentuh diriku sendiri, seperti yang dilakukan Andro pada dirinya. Rasanya luar biasa. Aku tidak tahu kalau seks sendirian bisa membuatku begini. Aku membayangkan bersama Andro, menggeliat di bawah tubuhnya yang kekar, merasakan dirinya di dalam diriku, hangat dan bergelora. Aku membayangkan apa yang pernah kami lakukan. Lalu, tiba-tiba saja aku merasa bahagia. Aku terus ingin merasakannya, lagi dan lagi.

Sungguh, aku tidak tahu sebelumnya kalau perempuan bisa melakukannya. Aku juga tidak mengerti bagaimana caranya. Aku hanya mengingat bagaimana Andro menyentuhku, lalu menirunya. Semua yang dilakukannya membuatku bahagia. Ya, semuanya.

Aku bangun dan langsung melihat wajahku di cermin, memindai tampangku yang sudah lebih baik dari kemarin. Aku menarik rambut berantakan di kepalaku, seperti cara Andro menariknya. Rasanya, aku jadi merasa lebih cantik dan muda. Tidak secara fisik memang. Aku tetap perempuan yang sudah melewati usia tiga puluhan. Aku tidak lantas berubah menjadi cewek remaja. Aku hanya merasa jauh lebih menarik. Ya, begitulah perasaanku. Hatiku juga lebih tenang sekarang. Aku bahkan mandi dengan perasaan ringan. Untuk pertama kalinya dalam hidupku, aku bersenandung sambil mandi. Saat sadar sudah melakukannya, aku merasa malu sekali. Aku menutup wajah dan mengerang sendiri. Kuentakkan kakiku beberapa kali. Sumpah, aku benar-benar merasa bukan diriku yang kemarin.

Sampai selesai ganti baju dan memasukkan pakaian-pakaian kotor ke mesin cuci pun aku masih tersenyum. Rasanya, aku ingin sekali segera ke tempat tidur dan melakukannya lagi. Ini bukan dosa, kan? Aku tidak menyentuh siapa-siapa. Aku menyentuh diriku sendiri. Aku tidak melihat film porno atau tubuh orang lain saat melakukannya. Aku bersama diriku sendiri. Tidak adil kalau hal ini masih disebut dosa. Aku tidak merugikan atau melanggar norma apa pun.

Lagipula, efeknya bagus sekali. Aku seperti menelan obat kuat. Aku melakukan banyak hal dengan cepat. Dalam waktu satu jam, aku sudah selesai menyiapkan nasi goreng dan telur mata sapi untuk Patih, mencuci pakaian, menyapu, dan membersihkan peralatan yang kupakai memasak. Kompor dan meja masak juga sudah bersih. Biasanya, aku lamban sekali. Aku sering bingung pada hal yang akan kulakukan. Sering aku berdiri lama di depan kulkas untuk menimbang apa yang bisa kumasak hari ini. Aku juga sering mondar-mandir dari depan ke belakang untuk melakukan sesuatu, tapi begitu sampai, aku malah lupa ingin melakukan apa. Yang seperti ini tidak hanya terjadi satu kali, tapi sering. Kadang, aku merasa perlu memeriksakan diri ke neurolog. Mungkin saja aku kena dementia.

Aku menyalakan musik (aku berani bersumpah ini pertama kalinya aku menyalakan musik di pagi hari) dan merasa sangat malu saat lagu pertama yang terdengar malah Only When I Sleep dari The Corrs, lagu lama yang menceritakan mimpi basah dengan seseorang yang disukainya. Kumatikan musik dari HP-ku itu. Lama kupandangi layar HP yang menampilkan aplikasi pemutar musik. Setelah melihat ke kiri dan kanan, seperti khawatir ada yang mendengarkan. Aku menyalakan lagi pemutar musik itu. Suara Andrea Corrs benar-benar membawaku pada yang kulakukan semalam. Bagian bawahku seperti bergetar, membujukku untuk menyentuhnya lagi. Saat sadar, aku mendengar suara desahan dari mulutku sendiri. Semua yang tampil dalam benakku semalam muncul lagi. Rasanya, Andrea melihat yang kulakukan semalam dan berkata, "Aku tahu. Aku juga ngelakuin itu. Gimana kalau kita lakuin lagi?"

Good NeighborTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang