Sulit sekali meyakinkan Mas Roni tentang hadiah itu. Berkali-kali dia melihatku dengan tatapan curiga. Andro sudah mengirimkan tiket masuk dan tanda bukti klaim hadiah dengan email yang namanya mirip dengan email resmi Milky Magic Resto. Sampai akhirnya aku marah padanya dan berkata, "apa sih ruginya kita ke sana? Patih main, Mas dapat hadiah, dan aku bisa makan gratis. Semua senang. Mas juga bisa dapat alat pancing harga puluhan juta. Kalau nggak ke sana, semuanya hangus."
"Masa nggak bisa dikirim?" tanyanya sambil melihat lagi email yang ada di HP-ku. Kali ini dia terpancing. Dia melihat email itu dengan dahi berkerut.
Aku sudah bertahun-tahun menjadi istrinya. Aku tahu kebiasaannya. Yang begini ini menunjukkan kalau dia sudah percaya. Dia akan terus menerus mencecarku dengan pertanyaan karena dia ingin diyakinkan. Dia ingin mendengarku mengeluarkan statement tak terbantahkan. Namun, aku lebih suka membuatnya sakit hati kali ini.
Kuambil HP darinya. "Sudah, Mas. Kalau Mas memang nggak mau nggak apa-apa. Berarti semua ini memang bukan rezeki kita. Mungkin masih rezeki orangnya."
"Eh! Sini! Aku belum selesai lihat," katanya sambil merebut HP itu dariku. Setelah beberapa menit melihat gambar alat pancing dan melihat haega alat pancing dengan merek yang sama di Google, akhurnya dia berkata, "ganti baju sana! Aku sudah lama nggak mancing. Pakai make up biar mukamu nggak kayak pembantu."
Aku suka kalau suamiku ini dungu begini. Aku mengiyakan semua yang dimintanya. Sekarang ini, dia boleh nengataiku apa saja dan memilihkanku baju yang seperti pelacur untuk ke sana (rok pendek yang tidak kusuka dan atasan tanpa lengan yang bagian dadanya lebih rendah. Pakaian ini hanya berani kupakai di rumah selama ini itu pun hanya saat berada di kamar saja. Kalau ingin keluar kamar, aku memakai cardigan atau switer agar Patih tidak melihat tubuhku yang terlalu terbuka. Bagaimana juga, dia sudah beranjak dewasa. Dengan memakai banu yang lebih terbuka, bisa memancing pemikirannya yang mungkin sudah mengerti tentang seks.
Patih tersenyum puas padaku karena rencana kami sudah terlaksana. Terserah mau bagaimana wajah Mas Roni itu. Kami sudah selangkah menuju rencana ini. Bantuan yang kami perlukan dari Andro adalah transportasi. Kami butuh sesuatu yang bisa membawa kami keluar dari kota ini atau ke mana saja asal berada di luar jangkauan Mas Roni. Untuk buaya, aku dan Patih sudah punya rencana menjual barang elektronik di rumah diam-diam. Mas Roni tidak akan tahu kalau blender atau peralatan dapur lain menghilang pelan-pelan, kan? Patih sudah membantuku membuat akun di ecommerce.
Kami sampai di resto itu dua jam kemudian setelah sepanjang jalan Mas Roni mengamuk tidak jelas. Banyak sekali yang membuat emosi. Sepertinya, hanya karena lubang hidungnya terganggu upil saja dia bisa emosi sampai mirip orang kesetanan. Dia baru berhenti marah setelah mendapat telepon dari orang yang kuduga sebagai pelacurnya. Dari pembicaraan di telepon, sepertinya pelacur itu sudah dinikahi dan sedang hamil. Senyum Mas Roni melebar berbanding terbalik dengan wajah masam Patih di belakang.
"Ini alasan dia sudah nggak mau sama aku. Dia merasa sudah punya anak lain," gerutu Patih saat kami berjalan masuk ke resto itu. Dengan cepat, aku menyenggol tangannya agar tidak bersuara lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Good Neighbor
RomanceMay sudah merasa kepindahan Andromeda ke rumah kosong di depan rumahnya akan menjadi masalah. Lelaki tampan itu seperti sengaja menggoda gadis dan ibu-ibu di lingkungan perumahan itu. Bukan hanya latar belakangnya yang misterius, tapi juga misteri...