Simple Story

6.7K 1.1K 151
                                    

Seharusnya, sudah ada banyak sekali cerita yang mirip dengan ceritaku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seharusnya, sudah ada banyak sekali cerita yang mirip dengan ceritaku. Ada banyak sekali masalah perselingkuhan rumah tangga di novel dan film. Sinetron pun menjadikan masalah rumah tangga ini sebagai sumber yang tidak ada habisnya. Walau begitu, tema rumah tangga selalu laris, selalu mampu menarik minat manusia. Kalau saja aku menonton salah satu sinetron atau film seperti itu sejak dulu, mungkin aku bisa mendapat inspirasi bagaimana menyelesaikan masalah rumah tanggaku sendiri. Namun, aku tidak pernah bisa menyelesaikan sesuatu. Sejak punya anak, aku selalu menonton sambil nengerjakan sesuatu, tidak pernah benar-benar menyelesaikan satu tontonan dengan sungguh-sungguh.

Hari ini pun begitu. Aku terlalu lelah berpikir sendirian. Saat Mas Roni tidur dan aku muak mencium aromanya di tempat tidur, aku beranjak ke laptop untuk menonton serial drama Korea yang katanya mengisahkan tentang rumah tangga, tapi aku berhenti menonton di beberapa menit pertama. Mataku melihat Andro yang berdiri di depan jendela kamarnya. Seperti biasa, dia tidak memakai kaos. Kali ini dia hanya memakai celana boxer. Dia memegang botol minuman dan sibuk menggeser layar ponselnya dengan jempol tangan kanan. Aku membayangkan ada di sana, di kamarnya, berbagi sesuatu atau sekadar hanya tidur. Aku suka aromanya. Lehernya mengeluarkan aroma lebih kuat dari bagian lain tubuhnya.

Tadi, sepulang dari rumahnya, Patih jadi beraroma sama dengannya. Kata Patih, Andro baru selesai mandi dan mungkin memakai jel rambut. Andro mengusap kepalanya. Mungkin saja aroma itu dari jel rambutnya.

Dia tidak marah pada Patih sekalipun Patih pernah mengusirnya. Dia berkata pada Patih akan berusaha berbicara padaku dan berharap bisa membantuku.

Mendapat angin segar begitu saja aku sudah bahagia sekali. Sungguh. Aku tidak berharap banyak awalnya, tapi ternyata dia malah sepakat pada Patih untuk membantu kami. Bukankah itu hebat?

Ponselku berdering. Aku hampir melompat karena terkejut. Ponselku ada di nakas. Mas Roni bergerak di tempat tidurnya, lalu mengeluarkan gertakan marah karena ponsel itu berbunyi nyaring. Buru-buru aku menekan timbol pengurang volume suara sebelum dia benar-benar mengamuk.

Nomor yang tidak tersimpan di ponselku yang menelepon.

Di seberang rumah, Andro berdiri di jendela dengan ponsel menempel di telinganya. Apa dia yang menelepon?

Nada deringnya berhenti.

Andro menghadapku. Dia mungkin tidak bisa melihatku sama sekali karena lampu kamarku mati total. Namun, dia akan melihatku kalau layar ponsel ini menyala.

Dia menelepon lagi.

Layar ponselku menyala. Dia meletakkan telapak tangan di jendela.

Aku menelan ludah, melihat ke arah Mas Roni, lalu ke luar untuk mengangkat teleponnya.

"Ha-halo?"

"Mbak belum tidur?"

"Kenapa telepon malam-malam gini?" tanyaku sambil berjalan menuruni tangga agar tidak terdengar Mas Roni.

Good NeighborTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang