Aku masih nggak bergerak dari tempat tidur sampai pagi. Aku meeasa gelisah. Bagaimana suh mendeskripsikannya? Tubuhmu lemas, kamu ingin sekali tidur, tapi matamu terus terjaga. Beberapa kali aku berhasil memejamkan mata, tapi tersentak bangun lagi, seolah ada yang mengejutkanku.
Andro. Aku membayangkan Andro menerobos masuk ke rumah dan membunuhku karena melihatnya melakukan kejahatan. Tapi, siapa pemilik rambut itu? Apa cewek? Kenapa Andro membungkus cewek begitu? Apa dia pembunuh?
Patih masuk ke kamarku dan mengeluh lapar, tapi aku sama sekali tidak punya tenaga atau keinginan untuk bangun dari tempat tidur. Kuminta dia membuat sarapan sendiri dengan sereal atau telur ceplok. Mana bisa aku masak dengan kondisi kepala luar biasa sakit begini.
"Patih sekolah sendirian, ya. Mama nggak bisa antar. Nanti pakai ojek aja, ya?"
"Gampang, Ma," katanya sambil mengacungkan jempol. "Aku pergi sama papanya Kiki. Entar kutelepon dia, Ma."
Ah, terima kasih, Tuhan. Punya anak seperti Patih adalah kebahagiaan tersendiri bagiku. Kadang, aku merasa Patih seperti rumput di halaman, ditinggal kedip saja bisa tumbuh dengan cepat. Dia nggak banyak rewel dan menuntut. Asal wifi nyala, Patih nggak akan minta hal lain lagi.
Jam sepuluh, aku menelepon suamiku. Kuminta dia pulang cepat, tapi suamiku malah berkata, "Sori, May. Ini aku ketemu sama teman-teman lama. Ingat nggak teman yang dulu ketemu kita di undangan? Ini pada ngumpul di sini ternyata. Jadi, aku bakal pulang sekitar kamis atau Jumat, ya. Dari kantor bolehin, kok. Soalnya acara pelatihannya di sini sampai Jumat."
Aku terdiam, ingin sekali memprotesnya, tapi nanti malah Mas Roni jadi malas pulang.
"Kamu kenapa? Tumben nyuruh cepat pulang," kata Mas Roni dengan nada bosan.
"Apa nggak boleh istri kangen sama suami?" Kali ini aku menahan kesal. Kalau bukan karena hal sepenting ini, aku tidak akan minta dia pulang. Apa dia tidak mengerti kalau aku membutuhkannya?
"Ya boleh. Cuma kayaknya aneh. Biasanya kamu nggak peduli kapan aku pulang."
"Aku nggak pernah nggak peduli, Mas. Aku selama ini diam karena aku nggak mau mengganggu pekerjaanmu. Aku pengin jadi istri yang selalu mendukung suami."
Tubuhku gemetar saat mengatakan ini. Rasanya seperti menahan gelombang besar yang ingin keluar semua dari mulutku. Sekuat tenaga kutahan keinginan itu. Aku nggak mau dia salah paham atau berpikiran macam-macam tentangku di sini.
Katanya, saat LDR itu adalah saat pasangan rentan dan sering ribut. Sedikit saja kesalahpahaman bisa jadi perkara besar. Aku tidak ingin ada masalah di antara kami. Aku ingin Mas Roni berpikir aku baik-baik saja. Kasihan kalah dia memikirkanku sementara harus bekerja di tempat jauh.
"Maaf, Mas," kataku menahan rasa panas yang seperti berasal dari dalam diriku. "Aku semalaman nggak tidur. Mati lampu, Mas. Panas banget. Jadi, rasanya aku gampang emosi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Good Neighbor
RomanceMay sudah merasa kepindahan Andromeda ke rumah kosong di depan rumahnya akan menjadi masalah. Lelaki tampan itu seperti sengaja menggoda gadis dan ibu-ibu di lingkungan perumahan itu. Bukan hanya latar belakangnya yang misterius, tapi juga misteri...