Savage Mouth

7K 1K 127
                                    

"Kalau kamu memang pengin kita pergi dari rumah, kamu harus bantu Mama untuk bersikap biasa sampai kita bisa keluar dari rumah itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kalau kamu memang pengin kita pergi dari rumah, kamu harus bantu Mama untuk bersikap biasa sampai kita bisa keluar dari rumah itu. Mama belum tahu papamu bakal gimana setelah ini, mau kerja atau nggak. Kita harus lihat rutinitasnya dan harus tahu ke mana dia setiap harinya. Kita pakai waktu itu," jelasku sambil berpura-pura membuatkan Patih smoothie dari buah-buahan yang kami temukan di kulkas.

"Kalau dia nggak kerja? Maksudku dia nggak keluar rumah, gimana, Ma? Kita nggak bisa ngapa-ngapain, kan?" Patih menyerahkan pisang dan susu kental manis yang dari tadi kutolak. Patih selalu ingin makan yang manis kalau sedang stres berat. Aku juga begitu. Saat stres, aku tidak ingin makan berat, tapi lebih suka makan atau minuman manis yang tidak ada gizinya selain menambah beban asupan gula bagi tubuh.

"Dia pasti keluar rumah. Dia punya selingkuhan. Dia pasti harus nyamperin selingkuhannya."

Patih diam saja, bahkan dia tidak memberikan potongan buah yang dari tadi ingin kumasukkan ke blender.

"Kenapa?" tanyaku bingung.

"Mama nggak sakit hati tahu dia punya selingkuhan?"

Aku berpikir sebentar untuk menimbang apa aku punya rasa sakit atau tidak. Setelah kupikir-pikir, tidak ada rasa sakit sama sekali. Aku bahkan tidak merasakan apa-apa walau berkali-kali menyebut tentang selingkuhannya.

"Nggak ada," jawabku jujur sambil menggeleng untuk menegaskan padanya kalau aku baik-baik saja. "Mama sama sekali nggak memikirkan tentang dia atau selingkuhannya. Kalau dia mau pergi ke tempat selingkuhannya, malah bagus banget."

"Kalau Bang Andro?"

"Patih!"

"Aku cuma nanya." Dia mengangkat bahu, lalu memasukkan semua potongan buah ke blender dan mendorong lagi susu kental manis padaku. "Aku sering lihat Mama lihat rumah depan itu dengan tatapan aneh. Mama kayak kangen banget sama dia."

Aku tahu. Aku memang kangen banget sama dia. Aku ingin dia datang dan mengatakan sesuatu yang membuat jiwaku tenang.

"Iya. Mama kangen sama dia."

Patih menarik napas dalam-dalam, lalu mengembuskan dengan lambat, seperti orang-orang tua yang sedang menahan emosi.

"Mama cuma mau berusaha jujur aja ke kamu."

"Aku pengin bilang aku kasihan sama Mama. Aku pengin bilang Mama sama dia nikah aja. Tapi, aku nggak mau lihat kalian berzina lagi. Aku malu, Ma. Aku juga nggak mau menanggung dosa Mama sama dia. Aku takut nanti kalau meninggal diazab sama Allah."

Ah, ya! Saat hidup aku begini menderita karena jodoh sialan yang kupilih sendiri, saat meninggal pun aku akan sengsara karena dosa-dosaku dengan Andro. Bagus banget. Sementara itu, aku nggak bisa melepaskan diri dari suamiku yang biadab.

Tuhan, kalau Engkau memang ada, coba tunjukkan sini keajaiban-Mu. Beri aku petunjuk untuk melewati semua ini. Sekecil apa pun, tunjukkan aku sesuatu yang bisa membuatku lepas dari jeratan setan ini.

Good NeighborTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang