Extra Part : Andromeda

7.8K 1K 91
                                    

Lelaki itu mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lelaki itu mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi. Napasnya pendek-pendek di dalam helm yang menutup seluruh wajahnya, sama seperti jantungnya yang berdebar terlaku kencang. Dia tidak sedang pamer seperti yang sering dilakukannya dulu. Kali ini dia sudah sangat terlambat datang ke kafe milik sahabatnya. Setengah jam. Seharusnya dia memperhatikan arlojinya sejak tadi. Mengecewakan satu-satunya gadis yang dipujanya adalah hal terakhir yang diinginkannya.

Perempuan itu berdiri di halaman depan kafe miliknya, seperti biasa, menggendong bayi yang bukan miliknya. Tubuhnya tegap dengan kaki jenjang yang halus bertumpu pada sepatu bertumit tinggi. Dia melambai pada lelaki itu dan melatih bayi dalam gendongannya untuk melakukannya juga.

Lelaki itu berani bertaruh kalau bayi itu pasti dipinjam dari salah satu pelanggan kafe. Bayi perempuan dengan pakaian serba merah muda lembut itu memegang rambut perempuan cantik itu hingga helai-helai rambut cokelatnya basah karena air liur. Rambut yang berantakan dan lipstik yang sebagian sudah dibuat cemong oleh bayi itu sangat kontras dengan gaun satin mewah pendek dan stilleto ungu terong yang senada dengan gaunnya.

"Sudah banyak banget anakmu di rumah, tapi malah bawa anak orang. Apa kurang? Mau anak lagi?" canda lelaki itu setelah meletakkan helmnya di setang motor.

Dia melangkah panjang-panjang menuju perempuan itu. Setelah mengecup kening perempuan itu, lelaki itu memperbaiki lipstik di bibirnya dengan jempol. Tangan yang lain mendongakkan dagu perempuan itu agar bisa melihat dengan jelas. Setelah selesai, dia tersenyum melihat hasil karyanya. "Anak-anak mana?" tanyanya lagi, suaranya lembut seperti biasa.

"Sama ayahnya. Ujian bahasa Inggris kemarin nilai mereka tinggi. Tes IQ juga angkanya pada tinggi-tinggi. Jadi dibawa sama ayahnya ke Universal Studio semua tadi siang. Katanya sih dua hari entar pulang. Aku pegel nungguin kamu terus. Untung ketemu Sasha. Ibunya lagi makan. Kasihan dari tadi anak ini rewel banget. Habis kukasih makan, anteng deh dia. Kayaknya masih anak pertama. Ibunya nggak ngerti kalau anaknya nggak suka bubur instan. Kukasih puree buah langsung habis banyak," jelas perempuan itu dengan ekspresi senang. "Eh, bersihkan tanganmu dulu. Nggak boleh megang bayi dengan tangan kotor habis dari jalanan gitu. Ambil hand sanitizer di kantongku." Perempuan itu menyodorkan pinggangnya agar lelaki itu mengambilnya sendiri.

Dia merogoh saku di gaun perempuan itu. "Kenapa nggak ikut? Biasanya nempel banget."

"Aku masih ngurus sekolahnya anak-anak, terus janjian sama kamu, terus ada beberapa acara juga besok. Ya, sudah. Biar mereka pergi sendiri aja."

"Nggak takut dia macam-macam di sana?"

Perempuan itu tergelak sebentar. "Kalau dia memang mau macam-macam sudah dilakukannya dari dulu kali. Lagian, dia punya hak kok buat macam-macam. Punya istri kayak aku--"

"Heh!" Lelaki itu memegang dagu perempuan di depannya. "Jangan pernah menganggap rendah dirimu. Sudah kubilang, kan? Dia sudah nikah sama kamu berarti dia sudah komitmen. Kalau macam-macam, aku yang eksekusi dia."

Good NeighborTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang