"Om Andro ngapain ke sini?" Gadis kecil itu menghadang jalan lelaki itu masuk ke rumah. Dia mengacungkan sendok es krim dari mulutnya untuk menakuti Andro.
Andro membuka mulut untuk berpura-pura menggigit sendoknya. Gadis kecil itu menarik sendok itu dan menjulurkan lidah mengejeknya.
"Kok gitu?" protes lelaki itu dengan wajah muram yang dibuat-buat. "Kan aku kangen sama kamu, Cantikku."
"Kemarin Om bilang Kak Luna yang cantik."
Andro tertawa. Dia berjongkok di depan gadis itu. Saat tangannya akan meraih, gadis itu menghindar dengan wajah cemberut, cemburu pada perlakuan Andro untuk kakaknya. Gadis-gadis di rumah ini memang sering berebut perhatian saat Andro datang. Mereka suka cara Andro memanjakan mereka dengan makanan enak dan pujian manis. Selain itu, bagi mereka Andro adalah pengganti orang tua saat orang tua mereka ke luar kota atau saat mereka harus ke luar rumah tanpa orang tua. Beberapa dari mereka menyebut Andro "Tukang Pukul", sebagian lagi menyebutnya "Paman Galak". Dia memang galak, apalagi jika mendengar ada cowok yang mendekati mereka.
"Kan kalian semua memang cantik kayak Bunda. Cium dulu sini," katanya menyodorkan pipi pada gadis kecil itu.
"No no no. Kata Bunda nggak boleh cium pipi orang sembarangan."
"Aku bukan orang sembarangan, kan? Kita kan sudah lama jadi teman."
"Tetap nggak boleh. Kata Bunda, anak kecil nggak bisa melawan. Kalau terlalu baik, nanti dimanfaatkan orang jahat."
"Aku ini mananya yang jahat? Coba lihat," katanya sambil membuka jaket, memperlihatkan kaos kelabu belel di baliknya. "Kita kan teman dari kamu sekecil ini." Dia membuat tanda tangan dan telunjuk membentuk titik yang sangat kecil.
Gadis itu mengentakkan kaki ke lantai. "Aku nggak pernah sekecil itu."
Andro tidak bisa menahan tawa. Dia duduk di lantai teras rumah itu dan tertawa melihat kelakuan anak lima tahun di depannya. Biasanya, anak ini tidak mencari gara-gara dengannya. Kemungkinan besar, anak ini baru mendapat nasihat dari ibunya tentang kejahatan pada anak-anak. Menurut Andro itu bagus, asal tidak diterapkan padanya. Sudah lama sekali dia menganggap dirinya sebagai ayah kedua dari gadis-gadis kecil ini. Jocy kecil merupakan gadis favoritnya. Anak ini selalu bertanya, selalu penasaran, dan hampir tidak berpikir sebelum membuka mulut. Untuk orang iseng yang suka mencari gara-gara, bagi Andro interaksi bersama Jocy sangat menyenangkan.
"Kata Bunda, Om kalau ke sini pasti ada maunya," kata gadis itu lagi sambil mengaduk es krimnya. Rambutnya yang hitam dan lurus sebahu jatuh menutupi wajah, membuat mata sipitnya makin tidak terlihat.
Andro mengambil jepit rambut anak-anak yang baru dibelinya untuk mengikat rambut anak itu. Setiap mengunjungi rumah itu, dia selalu membeli pernak-pernik untuk anak perempuan. Dia sendiri heran, bagaimana perempuan bisa dengan mudah menghilangkan karet atau jepit rambut?
KAMU SEDANG MEMBACA
Good Neighbor
RomanceMay sudah merasa kepindahan Andromeda ke rumah kosong di depan rumahnya akan menjadi masalah. Lelaki tampan itu seperti sengaja menggoda gadis dan ibu-ibu di lingkungan perumahan itu. Bukan hanya latar belakangnya yang misterius, tapi juga misteri...