Aku mengerti kenapa Mas Roni tidak menginginkanku. Aku mengerti kenapa Mas Roni bilang aku nggak menarik sama sekali. Selama ini, kukira aku sudah memberikan yang terbaik untuk Mas Roni. Kukira selama ini seks itu menyerahkan diri untuk memberikan kenikmatan pada lelaki. Selama ini kupikir titik tertinggi seks adalah saat membiarkan suami orgasme. Aku tidak mengerti apa yang membuat perempuan sampai tergila-gila dan kecanduan seks; istri yang terus meminta pada suami atau anak-anak muda yang sampai tertangkap di hotel melati. Bagiku, seks itu melelahkan, pekerjaan yang kuharap bisa kuhindari. Andro mengubah semua pikiranku.Dia menarik celanaku dengan cepat dan keras. Aku menendangnya sampai menabrak rak piring. Tapi perlawanan itu malah membuatnya makin bergairah. Dia menari kakiku, membuka kakiku untuk dirinya.
Mungkin aku menjerit, mungkin juga dia. Mungkin aku yang menariknya, mungkin juga dia. Ada sesuatu di antara kami yang menyesakkan, sesuatu yang hanya bisa diselesaikan dengan sentuhan ini.
Selama ini, aku tahu ada rasa enak, nyaman, dan lezat. Jika harus dideskripsikan dalam satuan rasa, yang kurasakan kali ini gabungan dari semua rasa menyenangkan jadi satu. Berkali-kali aku merasa tubuhku seperti roket yang meledak dilempar ke angkasa. Saat membuka mata, yang kulihat senyum Andro, padahal kukira aku sudah ada di dunia lain, tempat lain, dimensi lain yang penuh dengan semua hal indah. Lalu, Andro melakukannya lagi, melemparku lagi, jauh di atas bintang-bintang.
Aku sudah tidak peduli lagi siapa aku, sepertinya dia juga nggak peduli siapa dirinya. Sungguh, aku tidak merasa dimanfaatkan. Aku tidak merasa dinikmati seperti yang biasa kurasakan saat berada di bawah tubuh Mas Roni. Andro membuatku merasa bahwa kami dua orang yang saling memberi, merampok, mencari sesuatu yang bukan hanya kesenangan. Hingga akhirnya Andro mendapatkan miliknya. Dia seperti mesin yang menghancurkanku, membuat seluruh tubuhku seperti tak lagi bertulang.
"Aku sayang kamu, May," bisiknya lembut, menggetarkan tubuhku lagi.
Suara gedoran pintu depan. Kami sama-sama terkejut.
"BU MAY! BU MAY!"
Aku melihatnya, panik. Dengan tenang dia melepaskanku, memakai lagi celananya seolah tidak mendengar apa-apa. Dia mengambil celanaku di lantai, memakaikannya dengan lembut walau gedoran sudah terdengar lebih kencang.
"Jangan biarkan keluar. Aku suka membayangkan punyaku di dalam sana, Sayang," bisiknya saat mengancingkan celanaku.
Aku seperti anak-anak yang berdiri di dapur ibunya. Aku bengong melihat Andro membuka pintu belakang dan mematahkan rak dinding sampai toples di atasnya jatuh. Entahlah. Rasanya, otakku tidak di tempat. Aku tidak bisa berpikir. Bahkan memutuskan ada di kondisi seperti apa saja aku bingung.
"Buka pintu! Bilang sama mereka aku lagi nangkap tikus," katanya sambil mengusap lenganku.
Masih seperti anak-anak dungu, aku menuruti perintahnya. Aku berjalan dengan bingung ke depan, membukakan pintu yang hampir dijebol bapak-bapak. Kukira mereka akan marah-marah waktu kubuka pintu, ternyata mereka menatapku kaget.
KAMU SEDANG MEMBACA
Good Neighbor
RomanceMay sudah merasa kepindahan Andromeda ke rumah kosong di depan rumahnya akan menjadi masalah. Lelaki tampan itu seperti sengaja menggoda gadis dan ibu-ibu di lingkungan perumahan itu. Bukan hanya latar belakangnya yang misterius, tapi juga misteri...