17. Pacar pertama

1K 109 0
                                    

Keesokan harinya, Dhea baru bangun pukul 06.45. Perlahan ia mengumpulkan kesadarannya lalu segera bergegas untuk berangkat ke sekolah.

Dan lagi-lagi, Dhea tidak mandi. Tapi selalu tercium bau harum dari tubuhnya. Itu karena ia menyemprotkan parfum mewah ke seluruh tubuhnya.

Dhea berangkat ke sekolah tepat pukul tujuh.

♡♡♡

Entah hari ini adalah hari kesialannya atau bagaimana, yang jelas jalanan pagi ini terasa lebih padat dari biasanya.

"Sial! Udah jam setengah 8 kurang 5 menit. Bisa telat gue kalau macet kayak gini. Aelah, kenapa sih tumben amat pakek acara macet segala?" Dhea terus mendumel di dalam mobilnya. Ya, tadi ia tidak sempat memakai celana, jadi terpaksa menggunakan mobil saja. Alhasil sampai sekarang ia masih terjebak dalam kemacetan yang menyebalkan ini.

♡♡♡

15 menit kemudian, Dhea baru sampai di depan gerbang sekolahnya. Karena pintu gerbang sudah ditutup, ia berusaha meminta bantuan dari satpam sekolah.

"PAK! BUKAIN, PAK!" teriak Dhea yang masih berada di dalam mobil.

"Ada apa teriak-teriak?" tanya pak satpam yang bernama Beni sambil membuka sedikit gerbang.

"Pak, bukain gerbangnya dong! Saya kan mau masuk," pinta Dhea.

"Kamu kan sudah terlambat. Jadi tidak bisa masuk," tolak pak Beni *sakit guys ditolak:v

"Bapak lupa saya ini siapa? Perlu saya ingatkan lagi siapa saya sebenernya?" tanya Dhea.

Pak Beni mengerti betul apa yang diucapkan oleh Dhea. Pasti ia akan menyebut-nyebut nama papanya yang tak lain adalah pemilik yayasan SMA Bima Sakti. Dan jika sudah begitu, maka tidak ada satu orang pun yang bisa menolak keinginannya.

"Ya sudah kamu boleh masuk. Tapi kamu langsung ke ruangan BK menemui bu Retno. Mengerti?"

"Ngerti, Pak. Oh ya, tolong parkirin mobil saya ya! Ini kuncinya. Saya masuk dulu. Makasih, Pak," ucap Dhea setelah keluar dari mobil dan memberikan kunci mobilnya pada pak Beni.

"Nasib-nasib. Selalu aja disuruh-suruh," gumam pak Beni.

♡♡♡

Dhea langsung masuk ke dalam sekolah tapi ia tidak mengindahkan ucapan pak Beni tadi.

Ya, bukannya ke ruang BK, Dhea malah pergi ke kantin untuk mengisi perutnya yang sudah berdemo ria.

"Mas, kayak biasa ya," pesan Dhea pada salah satu penjaga kantin bernama Bono.

"Eh, Mbak Dhea. Kok nggak ke kelas?" tanya mas Bono.

"Telat, Mas. Yaudah, buruan bikinin ya! Gue udah laper nih," jawab Dhea.

"Oke, Mbak."

Dhea segera duduk di bangku pojok.
Sambil menunggu, Dhea melihat sekeliling kantin yang sedang dalam suasana sepi, hanya ada ia seorang diri.

Tak lama kemudian, mas Bono menghampiri Dhea dengan membawa nampan berisi semangkuk bakso dan segelas jus alpukat.

"Ini, Mbak Dhea. Selamat makan!" ucap mas Bono.

"Makasih, Mas," ucap Dhea.

"Sama-sama, Mbak. Saya permisi dulu ya," pamit mas Bono lalu pergi meninggalkan Dhea sendiri.

♡♡♡

Dalam waktu sepuluh menit, bakso dan jus alpukat sudah ludes dimakan oleh Dhea. Setelah itu, ia segera membayar pesanannya tadi dan keluar dari kantin untuk menuju ke kelasnya.

CUPS (COMPLETED) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang