42. Batal & pindah

866 94 8
                                    

Dhea sudah berada di dalam mobil bersama pak Jono. Selama di perjalanan, ia terus saja menangis.

"Non Dhea kenapa? Kok nangis?" tanya pak Jono merasa cemas.

"Nggak papa, Pak," jawab Dhea.

Tak ingin bertanya lebih lanjut, maka pak Jono memilih untuk diam karena ia tidak mau merusak mood Dhea yang sepertinya sudah sangat buruk.

♡♡♡

Sesampainya di rumah, Dhea langsung menuju ke kamarnya. Mama dan neneknya yang sedang menonton televisi menjadi heran akan sikap Dhea yang tidak seperti biasanya.

Merekapun langsung menghampiri Dhea di kamarnya.

Tanpa mengetuk pintu, mereka masuk ke dalam kamar dan melihat keadaan Dhea yang amat berantakan.

"Dhea!" panggil mama membuat Dhea yang tengah tengkurap sontak menoleh.

"Mama!" Dhea langsung memeluk sang mama dan melanjutkan tangisannya.

Mama dan neneknya saling pandang. Mereka benar-benar bingung, kenapa Dhea menangis seperti itu?

"Kamu kenapa, Sayang? Siapa yang udah buat kamu nangis kayak gini?" tanya mama.

"Bilang sama nenek! Siapa yang udah berani nyakitin perasaan cucu kesayangan nenek?" tanya nenek.

Bukannya menjawab, Dhea malah semakin terisak.

Tak lama kemudian, saat tangis Dhea mulai mereda, ia melepaskan pelukan dari sang mama.

"Aku boleh minta sesuatu nggak sama Nenek dan Mama?" tanya Dhea.

"Minta apa?" tanya keduanya bersamaan.

"Tolong batalin perjodohan aku sama Tama," pinta Dhea.

"Loh kenapa dibatalin? Apa kalian ada masalah?" kaget nenek.

"Aku nggak bisa jawab sekarang, Nek. Yang jelas, aku udah nggak mau dijodohin sama Tama atau sama cowok manapun dan aku juga pengen lanjut kelas 3 di Melbourne. Boleh kan, Nek, Ma? Aku mohon!"

"Yaudah. Nenek nggak akan maksa kamu lagi. Yang terpenting sekarang, nenek bisa ngeliat kamu bahagia. Soalnya cuma kamu satu-satunya cucu kesayangan nenek," ucap nenek memeluk Dhea.

"Makasih, Nek," ucap Dhea.

"Sama-sama, Sayang," balas nenek.

"Soal kepindahan kamu, nanti malem kita bicarain lagi ya sama papa. Biar papa yang ngurus semuanya," ucap mama.

"Makasih ya, Ma," ucap Dhea memeluk mamanya lagi.

"Sama-sama. Udah ya, jangan nangis lagi!"

"Iya, Ma."

♡♡♡

Setelah selesai makan malam, Dhea dan keluarganya kembali membahas mengenai pembatalan perjodohan dan kepindahan Dhea ke Melbourne.

"Papa sih ngikut aja gimana baiknya. Kalau emang Dhea ngerasa nggak cocok sama Tama, yaudah perjodohan ini nggak usah dilanjutin lagi," ucap papa.

"Mama tadi juga udah hubungin Shinta buat ngasih tau ini semua. Semoga mereka bisa menerima ya," ucap mama.

"Nenek masih berharap kalau suatu saat Dhea dan Tama bisa berjodoh. Tapi nggak dengan paksaan dari keluarga, melainkan dari kemauan mereka sendiri," ucap nenek.

"Kamu rencananya mau pindah pas naik kelas 3 atau gimana, Sayang?" tanya papa.

"Aku sih pengen secepatnya Pa, tanpa harus nunggu kelas 3. Tapi kalau kalian minta aku pindah pas kelas 3, yaudah nggak papa. Yang penting aku tetep pindah ke sana sekalian kuliah juga. Kan di sana universitasnya bagus-bagus tuh  Pa," jawab Dhea.

"Tapi nanti kamu di sana sama siapa, Sayang? Mama kan nggak bisa nemenin kamu," tanya mama.

"Aku sendirian nggak papa kok, Ma. Nanti kalau aku liburan, aku usahain balik ke Indo. Atau kalau Mama, Papa, sama Nenek pengen ketemu aku, ya langsung ke sana aja. Indo-Melbourne nggak terlalu jauh kok."

"Yaudah, nanti papa urus semuanya. Tapi kamu pindah pas awal kelas 3 aja ya. Soalnya sayang kalau pindahnya sekarang. Bentar lagi kan kamu udah UAS," ucap papa.

"Iya. Terserah Papa aja. Oh ya, tolong cariin sekolah yang terbaik ya, Pa," ucap Dhea bermaksud bercanda.

"Pasti dong. Masa buat anak papa cari yang biasa-biasa aja. Papa kan mau yang terbaik buat kamu," balas papa.

"Hehehe ... makasih, Pa."

"Sama-sama, Sayang."

"Oh ya, aku mohon tolong rahasiain soal kepindahan aku ya. Jangan sampe temen-temen aku sama keluarganya Tama tau soal ini!" pinta Dhea.

"Oke, Sayang," balas mama, papa, dan nenek.

♡♡♡

Di lain tempat, tepatnya di rumah keluarga Mahendra.

Kini, Arka dan kedua orang tuanya baru saja selesai makan malam.

"Tadi Dhevi telfon mama. Dia bilang kalau Dhea mau membatalkan perjodohan ini," ucap Shinta.

"Kenapa dibatalin, Ma?" kaget Mahendra.

"Mama juga nggak tau, Pa. Tapi kalau Dhea sendiri yang minta buat dibatalin, kemungkinan ada masalah yang udah terjadi antara dia sama Tama," jawab Shinta melirik sang anak.

"Ini semua emang salah aku, Ma, Pa," ucap Tama.

"Emang apa yang udah kamu lakuin sampe Dhea ngambil keputusan kayak gini?" tanya Mahendra.

"Aku udah bohongin Dhea, Pa."

Tama menceritakan apa yang sudah ia lakukan sampai membuat Dhea sangat membencinya.

♡♡♡

"Papa nggak pernah ngajarin kamu buat bohong kayak gitu," ucap Mahendra terlihat marah.

"Dari dulu kan mama udah sering bilang, berhenti pura-pura jadi cupu. Jadi diri sendiri aja. Liat akibatnya sekarang! Kamu udah kehilangan cewek yang kamu cinta," ucap Shinta yang juga terlihat marah.

"Aku nyesel, Pa, Ma. Aku nggak tau lagi harus berbuat apa," ucap Tama memelas.

"Ya kamu usaha dong biar Dhea bisa maafin kamu," balas Mahendra dengan ngegas.

"Aku udah nyoba ngechat sama nelfon Dhea, tapi nggak ada yang direspon sama dia."

"Ya kamu samperin dia di rumahnya kek, atau gimana. Pokoknya papa nggak mau tau, kamu harus bisa bikin Dhea maafin kamu!"

"Iya, Pa. Aku akan berusaha."

♡♡♡

Wah, kira-kira Arkatama berhasil nggak ya bikin Dheandra mau maafin dia???

Temukan jawabannya di next part yaaa 💯

Btw, besok Dhea akan pergi jauh lhooo 😱😱😱

Pergi ke mana dan kenapa, liat besok aja okee 🔥🔥🔥

CUPS (COMPLETED) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang