55. Amnesia

845 91 1
                                    

Sore harinya, Arka sedang menjaga Dhea seorang diri. Agar tidak bosan dan mengantuk, ia memilih untuk membaca buku kedokterannya.

Tiba-tiba, tanpa Arka ketahui tangan Dhea mulai bergerak dan perlahan Dhea membuka matanya.

Dhea melihat sekitar dan menemukan seorang lelaki tampan dengan pakaian dokternya tengah membaca buku.

"Ha ... haus," lirih Dhea.

Mendengar suara itu, sontak membuat Arka menoleh.

"Dhea!" pekik Arka.

"Haus," ucap Dhea lagi.

Arka langsung menaruh buku di atas nakas lalu mengambilkan air untuk Dhea.

"Pelan-pelan!" ucap Arka membantu Dhea minum.

"Udah?" tanya Arka memastikan.

Dhea hanya mengangguk lemah.
Arka menaruh gelas di samping bukunya.

"Lo siapa?" tanya Dhea.

"Kamu nggak inget siapa aku?" tanya Arka balik.

Dhea menggelengkan kepala.

"Bentar ya, aku periksa kamu dulu!" ucap Arka.

"Lo dokter?"

"Iya."

♡♡♡

"Gimana?" tanya Dhea setelah Arka selesai memeriksanya.

"Huft ... kamu mengalami amnesia, Dhe," jawab Arka.

"Amnesia?"

"Iya. Karena adanya benturan keras di kepala kamu akibat kecelakaan seminggu yang lalu, jadi nyebabin kamu mengalami amnesia atau lupa ingatan. Tapi itu nggak permanen kok. Kamu masih bisa inget semuanya lagi."

"Jadi gue habis kecelakaan?"

"Iya, Dhe."

Dhea terdiam. Ia melihat dirinya sendiri, Arka, lalu sekelilingnya. Ia merasa asing dengan semua ini.

"Sorry, tadi nama gue siapa?" tanya Dhea.

"Nama kamu Dheandra Apriliana, biasa dipanggil Dhea," jawab Arka.

"Dhea. Hm, nama yang bagus," puji Dhea. "Kalau nama lo siapa?"

"Namaku Arkatama Putra Mahendra, panggil aja Arka."

"Arkatama Putra Mahendra?"

"Iya."

Dhea merasa tidak asing mendengar nama itu. Ia merasa seolah pernah ada sesuatu yang terjadi.

Dhea berusaha keras untuk mengingat, tapi semakin dipaksa Dhea malah merasakan sakit di kepalanya. Sampai akhirnya Dhea jatuh pingsan karena tidak kuat menahan rasa sakitnya.

"Dhea, kamu kenapa?" panik Arka.

Dengan cepat, Arka langsung memeriksa Dhea. Ia takut terjadi hal buruk padanya.

Selesai memeriksa Dhea dan memastikan tidak ada yang perlu dikhawatirkan, Arka segera menelfon Dhevi untuk memberitahu kalau Dhea sempat siuman, tapi sekarang pingsan lagi.

♡♡♡

10 menit kemudian, Dhea kembali sadarkan diri.

"Masih pusing nggak?" tanya Arka.

"Dikit," jawab Dhea.

"Kamu jangan terlalu maksain buat nginget. Nanti ada saatnya kamu akan inget dengan sendirinya kok," ucap Arka.

"Iya," balas Dhea.

"Yaudah, kamu istirahat lagi. Biar pusingnya cepet ilang," suruh Arka.

Dhea langsung menurut. Ia kembali memejamkan matanya. Tapi saat Dhea baru akan terlelap, tiba-tiba pintu ruang rawatnya terbuka dan memunculkan sosok Dhevi.

"Gimana keadaan kamu, Dhe? Kata Arka kamu sempet sadar terus pingsan lagi ya?" tanya mama menghampiri Dhea.

"Anda siapa?" tanya Dhea.

"Kamu nggak inget? Ini mama, Dhe."

"Mama?"

"Iya. Sebenernya ada apa sama Dhea? Kenapa dia nggak inget sama tante?" tanya mama pada Arka.

"Seperti yang saya pernah katakan, Dhea mengalami amnesia, Tan. Tapi itu cuma sementara kok," jawab Arka.

"Ya ampun, Sayang!" ucap mama memeluk Dhea.

"Kalau ini mama, papa mana?" tanya Dhea.

Mama melepas pelukan. "Papa masih di kantor. Nanti juga dia ke sini."

"Apa aku punya adek atau kakak?"

"Kamu anak tunggal, Sayang."

"Oh. Mama kayaknya udah kenal lama ya sama dokter Arka?"

"Dokter Arka?" beo mama. Ia melirik Arka dan Arka hanya menganggukkan kepala.

"Oh, iya. Mama emang udah kenal lama sama dokter Arka."

"Saya tinggal dulu ya Tan, soalnya mau ngecek pasien yang lain," ucap Arka berdiri.

"Nanti ke sini lagi ya, Dok," pinta Dhea.

"Iya, nanti aku ke sini lagi," balas Arka tersenyum.

♡♡♡

"M-ma!" panggil Dhea dengan ragu. Ia masih asing dengan sebutan itu.

"Iya, Sayang? Kamu mau sesuatu?" tanya mama.

"Enggak," jawab Dhea.

"Terus?" tanya mama.

"Dokter Arka ganteng ya," ucap Dhea sambil senyam-senyum.

"Kenapa? Kamu suka ya sama dokter Arka?" goda mama.

"Hehehe. Dokter Arka udah punya pacar belum, Ma?" tanya Dhea.

"Ya ampun, Sayang! Kamu baru aja siuman, kok malah nanya yang begituan? Mendingan kamu fokus aja sama kesehatan kamu."

"Ish, Mama. Aku kan kepo. Siapa tau kalau dokter Arka jomblo, aku punya kesempatan gitu."

"Kesempatan buat?"

"Buat jadi pacarnya hehe."

"Dasar kamu! Yaudah, mama mau ke kantin bentar ya. Mau beli minum. Kamu mama tinggal sendiri nggak papa kan?"

"Nggak papa, Ma."

"Oke. Mama nggak akan lama kok."

CUPS (COMPLETED) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang