22. Digendong Tama

875 91 3
                                    

Saat tengah asik berlari, tiba-tiba Dhea tersandung batu yang cukup besar dan membuatnya jatuh seketika.

Karena Dhea hanya hanya memakai celana pendek, alhasil lututnya berdarah akibat insiden tersebut.

Tama yang melihat Dhea meringis kesakitan, menjadi tidak tega.

"Lo sih pakek lari segala," ucap Tama menghampiri Dhea yang kini duduk sambil memegangi lututnya.

"Ya kan gue nggak tau kalau bakal jatuh," balas Dhea.

"Makanya lain kali hati-hati," ucap Tama.

"Iya. Yaudah nih hp lo, gue balikin!" ucap Dhea memberikan hp tersebut pada sang pemilik.

"Kita balik ke rumah aja yuk! Biar ntar lo bisa diobatin," ajak Tama.

"Tapi kaki gue sakit, Tam. Gue nggak bisa jalan," ucap Dhea mengeluh.

"Manja amat sih lo," cibir Tama.

"Bukan manja, tapi emang sakit beneran woy!" seru Dhea yang tidak terima dikatain manja.

"Yaudah sini gue gendong," putus Tama.

"Gendong sampe rumah ya," pinta Dhea.

"Gila lo! Mau bikin gue encok hah?" tanya Tama dengan ngegas.

"Terus kalau lo nggak gendong gue sampe rumah mau sampe mana hah?" tanya Dhea balik.

"Ya pokoknya nggak sampe rumah. Entah itu cuma setengah atau seperempat perjalanan gitu," jawab Tama.

"Nggak mau. Pokoknya lo harus gendong gue sampe rumah, TITIK!" seru Dhea.

"Oke, fine. Buruan naik!" pasrah Tama lalu menyuruh Dhea untuk naik ke punggungnya.

♡♡♡

Saat di perjalanan, Dhea dan Tama sama-sama terdiam. Sepertinya kecanggungan tengah menyelimuti keduanya.

Lama-kelamaan, Dhea tidak betah dengan situasi seperti ini, maka iapun mencoba untuk memecah keheningan tersebut.

"Tam!" panggil Dhea.

"Hm," balas Tama.

"Lo capek ya?" tanya Dhea.

"Enggak kok. Kenapa?" jawab Tama.

"Gue berat ya?" tanya Dhea.

"Iya Dhe, lo berat banget. Lo habis makan apaan sih?" canda Tama.

Pletakkk! Dhea langsung menjitak kepala Tama dengan kesal.

"Enak aja kalau ngomong. Gue enteng kali," seru Dhea.

"Sakit bego!"

"Biarin."

"Iya-iya, lo enteng. Enteng banget malah. Puas?"

"Hehehe. Oh ya Tam, lo itu anak tunggal ya?"

"Iya. Gue sama kayak lo."

"Gue kadang kalau di rumah sendirian ngerasa kesepian gitu, lo juga nggak?"

"Nggak tuh, gue b aja."

"Gue nanya serius, Tama."

"Gue juga serius, Dhea. Lo mau tau kenapa gue nggak pernah ngerasa kesepian?"

"Kenapa?"

"Karena gue nggak ada waktu buat ngerasa kesepian."

"Maksud lo?"

"Papa kan punya banyak perusahaan dan gue adalah anak satu-satunya. Jadi, mau nggak mau, kelak gue yang bakal nerusin perusahaan papa. Makanya sejak gue masuk SMA, papa udah ngajarin gue gimana caranya ngurus perusahaan. Jadi, selain gue sebagai pelajar, gue juga seorang CEO di salah satu perusahaan papa."

"Berarti lo sibuk banget ya?"

"Iya. Makanya gue nggak pernah ngerasa kesepian. Kalau lo sih, gue saranin buat nyari kesibukan yang bisa bikin lo seneng tapi harus hal yang positif ya dan bisa bawa manfaat buat lo."

"Lo siapanya Mario Teguh?"

"Anjir! Gue udah serius, eh lonya malah bercanda."

"Hahaha ... thanks ya."

"You're welcome."

"Eh, Tam!"

"Apa lagi?"

"Rambut lo wangi banget. Lo pakek shampo apa sih?" tanya Dhea sambil menciumi rambut Tama yang memang begitu wangi.

"Pakek shampo biasa. Emang rambut lo nggak wangi?" tanya Tama balik.

"Nih, lo cium sendiri," ucap Dhea mengarahkan rambutnya ke hidung Tama.

"Wangi kok," ucap Tama dengan jujur.

"Tapi nggak sewangi punya lo," ucap Dhea.

"Mungkin lo belum keramas kali."

"Hehehe iya. Dari kemarin gue belum keramas."

"Tuh kan. Tapi walaupun lo belum keramas, rambut lo masih tetep wangi kok."

"Iya dong. Dheandra gitu lho."

"Suka-suka lo dah."

♡♡♡

Akhirnya, setelah cukup lama berjalan, kini Dhea dan Tama sudah tiba di depan rumah nenek.

Dhevi yang tengah sibuk menyiram tanaman langsung dibuat panik saat melihat anaknya digendong oleh Tama.

"Dhea, kamu kenapa? Kok digendong sama Tama?" tanya mama.

"Tadi Dhea jatuh Tan pas lari-larian, makanya saya gendong," jawab Tama.

"Ya ampun, Dhea! Kamu tuh udah gede, masih aja jatuh," ucap mama.

"Namanya juga musibah Ma, nggak ada yang tau kan?" balas Dhea.

"Yaudah Tam, tolong bawa Dhea masuk ya, biar tante obatin," ucap mama.

"Iya, Tan," balas Tama.

♡♡♡

"Makanya lain kali hati-hati. Jangan sampe kayak gini lagi!" pesan mama sambil membuka kotak p3k.

"Iya, Ma. Btw, papa kapan ke sini? Aku udah kangen banget tau pengen meluk papa," tanya Dhea.

"Mama juga nggak tau. Tadi pagi papa nelfon, katanya masalah di Surabaya masih belum selesai. Jadi, papa belum bisa balik ke sini," jawab mama.

"Yaahhh ... semoga masalah di sana cepet kelar ya, Ma."

Setelah mama mengobati luka di lulut sang anak, Dheapun beranjak ke kamarnya karena merasa lelah dan mengantuk.

CUPS (COMPLETED) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang