Ini apresiasi saya selaku pembuat cerita ini karena kalian udah vote plus komen banyak banget terhadap cerita ini. Jumlah katanya hampir 7000 kata, dan ini banyak banget karena normalnya tiap bab tuh 2000-an kata. Tapi karena kalian selalu berhasil memenuhi target saya, so, semoga suka ya sama bab yang panjang ini.
Next, masih 900 komentar :p saya suka ngakak sendiri lihat komenan kalian, terharu juga karena banyak yabg care sama Panji, plus sedih juga karena ada yang menghujat cerita ini. Gpp, apapun komennya bakal saya baca :)
Selamat menikmati dan selamat malam. Btw pdf-nya dah gak dijual ya, soalnya tamat di bab 64 (bentar lagi) hehe.
#Panji
Masalah sudah Mas Bayu beresin satu persatu. Masalah sekolah, panti asuhan, bahkan soal Kang Malik yang masih bersikukuh ingin membawa ke rumahnya.
Sebenernya aku pengen nangis, pengen sujud minta maaf juga sama Kang Malik. Beliau sudah berusaha pengen mengangkatku jadi anak namun aku gak bisa berbuat apa-apa karena perseteruan Mas Bayu, Bang Farid dengan Kang Malik terjadi di belakangku. Aku tak dilibatkan, tahu-tahu hak asuh sudah ada di tangan Tante Rara.
Sekarang aku sedang ngobrol berdua saja dengan Om Fadli, atau ... mulai sekarang aku harus memanggilnya Bapak. Bang Farid sama Tante Rara yang kini statusnya jadi Ibu angkatku sedang pergi ke pasar buat beli bahan-bahan masakan malam ini. Mas Bayu sendiri sedang ada urusan di sekolah dan bilang akan pulang sebelum jam makan malam.
"Sebenarnya Bayu melarang Bapak bicara soal ini, tapi ... kamu beneran suka sama Masmu, Ji?" Degh.
Bapak kenapa pengen ngobrol soal ini ya? Bodohnya aku malah jawab. "I-iya, Pak."
Kukira Bapak bakal marah, bakal menceramahiku soal dosa, tapi ternyata Bapak malah tertawa terbahak-bahak sambil mengacak-ngacak rambutku. "Bayu anak Bapak ganteng, kan? Ada banyak tuh temen Bapak yang pengen menjodohkan anak mereka dengan Bayu, tapi satu pun gak ada yang menarik perhatian Masmu itu. Jadi Bapak gak heran jika kamu suka sama anak Bapak."
"Bapak gak marah?"
"Kenapa marah?"
"Panji kan menyimpang dari jalan yang seharusnya," kataku sambil tertunduk lesu.
"Bapak akan tetap bilang perasaan kamu itu salah, Ji. Apalagi sekarang kamu harus menganggap Masmu itu Abang kamu sendiri, kalo kata orang Sunda mah, Aa kamu sendiri. Tapi terlepas dari benar atau salah, Bapak cuma bisa melarang. Keputusan tetap ada di tangan kalian, setidaknya untuk saat ini."
Duh. Mendengarnya entah kenapa aku merasa bahagia terutama di kalimat keputusan ada di tangan kalian. Artinya, dapat restu gak sih? Hehe.
"Iya, Pak."
"Bapak sudah tua, Ji. Akan ada saatnya Bapak sebentar lagi gak ada di dunia ini lagi. Jadi ...," Bapak merangkul tubuhku kemudian mencium rambutku lembut, "Bapak ingin menitipkan Bayu sama kamu. Tolong buat dia bahagia, ya? Jaga dia. Bapak rasa kamu orang yang tepat untuk Bapak amanatkan soal hal ini. Terlalu banyak derita yang anak Bapak alami semasa hidupnya. Tapi berkat kamu, akhirnya Bapak bisa melihat Bayu tersenyum lepas lagi. Jaga senyum itu ya, Ji," pesan Bapak yang tanpa pikir panjang langsung kusetujui dengan isyarat anggukan kepala.
"Siap, Pak. Panji akan usaha mengabulkan permintaan Bapak. Aku ikhlas kok ngelakuinnya karena pada dasarnya aku memang sayang sama Mas Bayu. Keinginan Bapak merupakan keinginan aku juga."
"Bagus. Akan selalu Bapak doakan juga kebahagiaan kamu."
"Makasih banyak, Pak."
Bang Farid dan Ibu datang. "Assalamualaikum."
KAMU SEDANG MEMBACA
Guru Seksi [MxM] [Re-make]
Storie d'amore[21+] Kisah Pak Bayu dan Panji :) Bab 58 ke atas saya ubah total. Jadi, kalian bisa baca ulang karena alurnya, konfliknya, semuanya bakal baru belum kalian baca.