16

30.4K 1.5K 307
                                    

Aku tahu bahwa bumi itu indah. Sangat indah. Ada banyak hal indah yang bisa kulakukan di sini. Namun, jika aku boleh berlebihan, baru saja aku merasakan keindahan yang luar biasa hebatnya di mana hal itu ternyata melebihi semua ekspektasiku tentang keindahan. Ya, mendapatkan ciuman singkat—catat, tepat di bibir!—dari Mas Bayu sungguh luar biasa indahnya. Luar biasa nikmatnya.

Aku hanya bisa memandang Mas Bayu bengong. Tentu, dibarengi dengan rona merah yang menjalar dari pipiku hingga ke seluruh wajahku.

"Di mana lagi, Ji?" Di mana? Di mana apanya? Pikiranku masih nge-blank! Sementara di satu sisi Mas Bayu terus berkata di mana lagi.

"A-apa yang Mas Bayu ba-barusan lakukan?" kataku tergagap. Salah tingkah rasanya.

Lalu seketika pipi Mas Bayu ikutan merona. Sayup-sayup aku mendengar mulut Mas Bayu mengeluarkan umpatan walau mungkin bisa saja telingaku salah dengar. Namun yang jelas, detik berikutnya, Mas Bayu berkata, "Bu-bukan ... eng ... itu bentuk kasih saya Mas ke kamu, Ji." Mas Bayu langsung memalingkan wajahnya dariku, selang beberapa waktu dia kembali menatapku tajam. "Si Farid aja sering meluk kamu, kamu gak protes," imbuhnya agak sinis. Loh? Ja-jadi Mas Bayu tau dan sering liat? Se-sejauh mana?

"Panji gak protes, Mas. Cuma—"

"Udahlah. Kamu jangan terlalu deket sama si Farid, Ji."

"Tapi kan Bang Farid tinggal serumah sama kita. Otomatis Panji bakal deket sama dia, Mas," sahutku sedikit bingung ke mana arah pembicaraan ini. Kenapa aku gak boleh deket sama Bang Farid? Padahal di sisi lain dia adalah sahabat deket Mas Bayu. Logikanya, jika Mas Bayu gak menganggap Bang Farid bukan laki-laki baik kan gak akan memperkejakan dia di rumahnya.

Mas Bayu garuk-garuk kepala. "Bo-boleh deket." Sepertinya Mas Bayu bingung dengan ucapannya sendiri. "Tapi sebatas ABANG yang tugasnya melindungi kamu. Paham? Jangan peluk-pelukan kayak tadi, masa sesama laki-laki pelukan? Kan aneh. Kayak pasangan homo aja. Mas gak suka liatnya." Dia menatapku tajam, sangat tajam sehingga untuk seperkian detik aku gak mampu menatapnya.

Sekarang aku paham apa maksudnya. Bianglala kembali terputar. Yang entah kenapa, membuat obrolanku dengan Mas Bayu langsung terhenti. Menjawab kalimat Mas Bayu tadi aku hanya bisa mengangguk. Topik soal orientasi cukup berat bagiku, jadi, daripada membahasnya lebih jauh lebih baik aku diam saja. Diam menyadari 1 fakta, Mas Bayu laki-laki straight.

"Apa Mas Bayu," kataku pada akhirnya setelah bianglala berotasi satu putaran. "benci orang-orang seperti itu? Ma-maksud Panji, laki-laki suka laki-laki?"

Mulut Mas Bayu terbuka, hendak menjawab, namun urung ketika ponselnya berbunyi. "Kamu sudah sampai? Posisi di mana? Oh depan komidi putar, oke, saya sama Panji ke sana sekarang."

"Siapa?"

"Tessa."

Keindahan dan kebahagiaan yang baru saja kurasakan langsung ambyar, lenyap tak berbekas. Jika tahu akhirnya bakal begini, situasi yang aku tahu nanti bakal jadi kambing conge di antara kemesraan Mas Bayu dengan Tessa, lebih baik aku diam saja di rumah sama Bang Farid!

"Mau makan mingguan sama Tessa, Mas? Kalo gitu Panji pulang aja naik ojek hehe."

"Udah sini temenin Mas."

Mas Bayu melingkarkan tangannya di leherku sehingga membuat kami berjalan bersisian. Orang-orang memandang. Bukan padaku, melainkan pada Mas Bayu. Sebenernya jalan bersama Mas Bayu itu serba salah. Antara enak dan juga malu karena jadi bahan perhatian.

Permen kapas di tanganku masih banyak. Kumakan dalam diam. Sebenarnya aku tidak terlalu suka sama makanan manis tapi anehnya untuk kali ini aku menikmati. Ah, andai Tessa tidak mengganggu, akan kusematkan hari ini sebagai hari terbaik dalam hidupku. Aku ingin situasi intim seperti ini berlangsung selamanya. Saat-saat ketika tangan kokoh Mas Bayu ada di pundakku, sementara tanganku gatal ingin memegang erat tangannya.

Guru Seksi [MxM] [Re-make]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang