30 : Panji Semakin Berani

19.1K 1.1K 181
                                    

#Panji

"Ji kok lo senyum-senyum sendiri?" tanya Bang Farid di meja makan. Beruntung banget aku sembuhnya sekarang, jadi kemarin aku gak upacara bendera. Eh barusan Bang Farid bilang apa? Aku senyum-senyum sendiri? Jelas! Karena semalam ... hihi aku berhasil menelusupkan tanganku ke dalam celana Mas Bayu lagi, malah berhasil menyentuh bagian pantat Mas Bayu! Jujur aku senang banget karena ternyata Mas Bayu itu tipikal orang yang sudah dibangunin kalo suara dengkurannya sudah keluar.

Aku juga senyum-senyum sendiri karena gimana, ya. Aku ngerasa Mas Bayu juga belok sama sepertiku. Buktinya ada banyak kok. Gak banyak, sih. Tapi ada, lah. Misalnya saat di komidi putar. Mas Bayu bertanya, 'Mau Mas cium di mana lagi, Ji.' Kalo Mas Bayu straight kan gak mungkin dia bertingkah begitu padaku. Bisex? Bisa jadi.

"Rahasia haha. Lo gak boleh tahu kenapa gue bahagia banget sekarang."

Bang Farid mendekat lalu berbisik, "Ji sebelum berangkat sekolah, mau nge*e dulu? Mumpung si Bayu lagi sibuk bantu masak di dapur."

Kutimpuk kepala Bang Farid. "Kagak mau!"

"Ayolah, Ji. Bentar aja. Di kamar, yuk?"

"Kagak ish Abang jangan suka aneh-aneh deh. Gimana kalo kita sakit lagi?"

Bang Farid giliran menjitak kepalaku. "Di rumah ini aman, Ji. Satu-satunya bahaya ya kalo ketahuan si Bayu. Bisa langsung mati kita berdua. Tapi kan dia lagi bantu masak! Masih ada kesempatan kok buat ngeluarin pejuh."

"Kalian lagi ngobrol apa? Kok bisik-bisik?" tanya Mas Bayu dari arah dapur.

Bang Farid sontak menjengit. "Haha bahas soal rencana liburan, Bay. Katanya Panji pengen pantai."

"Oh boleh tuh. Nanti kita agendakan setelah libur semester ya, Ji."

Ucapan ngasal Bang Farid boleh juga tuh. Pasti seru jalan-jalan berdua di pantai bersama Mas Bayu. "Ayo, Ji. Gue lagi pengen nih. Bentaran aja."

"Udah ah gak mau. Nanti aja."

Bang Farid ngambek. Dia langsung berhenti berbicara denganku padahal sudah beberapa kali aku nanya sama dia, tapi gak mau dia jawab. Terserah dia sajalah.

"Makanan telah siap! Ayo Panji, Farid, makan yang banyak," ucap tante Rara sambil menyimpan lauk pauk di meja makan. Om Fadli muncul lalu duduk di meja makan sambil memasang dasi kerjanya.

Mula-mula Tante Rara mengambilkan nasi untuk Om Fadli, lalu untuk Tante Rara sendiri. Habis itu, dengan gerakan cepat aku mengambil piring dan cukil di tengah meja takut diambil duluan oleh Bang Farid. Bukan karena aku lapar banget gak tahan buat makan kok, tapi aku ingin mengambilkan nasi buat Mas Bayu. Biar romantis sedikit. "Mas Bayu Panji ambilin nasinya. Mau dikit atau banyak?"

"Haha makasih, Ji. Dikit aja."

Aku menggeleng. "Pak guru olahraga harus banyak makannya, biar ada tenaga buat ngajar! Apalagi sekarang kan Mas Bayu ngajar di kelas Panji. Panji gak mau lihat Mas Bayu pingsan nanti hehe."

"Dikit aja Panji. Mas--"

"Udah Pak guru kali-kali dengerin apa kata muridnya," sela Om Fadli. "Kamu juga makan yang banyak ya, Ji. Sayang kalo gak habis makanannya."

Aku mengangguk. Setelah kuciduk nasi porsi jumbo, kutatap Mas Bayu, "Lauknya mau apa, Mas?"

"Tahu, tempe, ikan asin sama sambal terasi aja, Ji." Hmmm padahal ada ikan, ada rendang, ada goreng ayam. Tapi kok pilih ikan asin ya? Tapi ya sudahlah. Selera tiap orang kan beda-beda.

"Makan yang banyak ya, Mas."

"Ji Abang juga ambilin dong."

Kuambilin nasinya aja buat Bang Farid. Males banget. Dia kalo ngajak ML suka gak lihat situasi.

Guru Seksi [MxM] [Re-make]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang