34 : Berbalik Arah

14.5K 1.5K 271
                                    

Bab ini masih perjalanan menuju konflik puncak ya, jangan terlalu berharap banyak dulu :p Selamat membaca dan semoga suka.

#Panji

Pada akhirnya, Om Fadli dan Tante Rara mengizinkanku kembali ke Yayasan. Aku tidak tahu bagaimana Om Fadli bisa langsung menebakku seorang homo yang menyukai anaknya sendiri, namun yang jelas, perbincangan kami bertiga langsung selesai. Tanpa banyak bicara, tadi Om Fadli bilang, "Dari Om, Ji, jika kamu memang masih mau tinggal di sini silakan. Om gak akan berkata-kata soal penyimpangan kamu, tapi jika kamu merasa gak ada tempat untuk pulang, pintu rumah ini akan selalu terbuka untuk kamu. Baiklah, Om ngerti. Ya, Om setuju, untuk sekarang mending dinginkan kepala kalian masing-masing, oke? Ingat, jika kamu merasa sudah waktunya kembali, kembalilah."

Sayangnya, saat kutatap Tante Rara, dia hanya memandangku kosong tanpa berucap satu patah kata padaku sejak tahu aku seorang gay yang menyukai anaknya sendiri. Seakan ..., secara tersirat Tante Rara mengusirku secara halus.

Biarlah. Yang penting sekarang aku sudah pamit kepada mereka.

Baju-bajuku sudah kumasukkan ke dalam tas ransel. Hanya beberapa baju dan jaket, sisanya kutinggal di sini. Yang kubawa hanya bajuku yang dulu aku bawa dari rumah lamaku. Tidak semuanya memang karena tas ranselku tidak terlalu besar, tapi kurasa, jaket, baju, celana dan sempak di dalam tas cukup untuk keperluan kebersihan badanku. Sisanya aku menenteng map cokelat berisi ijazahku dari SD sampai SMP dan rapotku dari kelas 1 SMA.

Sebelum pergi, kukitari kamar ini, sudut ke sudut, dinding ke dinding hingga sampailah aku di depan nakas, di atasnya ada kerajinan tangan milik Mas Bayu yang dia kasih padaku di hari pertama aku datang ke rumah ini. Ingin rasanya kubawa pergi, tapi karena aku takut disangka maling, mending kutinggalkan saja. Semua tabunganku yang kupecahkan dalam celengan ayam juga kusimpan di atas nakas karena pada dasarnya semua uang itu milik Mas Bayu. Yang kuambil hanya 15.000 saja. Ini kan uangku hasil dari penjualan risoles.

Di samping itu ada catatan kecil untuk dua orang laki-laki hebat yang selalu menjadi kebanggaanku.

Untuk Mas Bayu, semoga bisa menjadi guru besar yang bisa membimbing murid-muridnya sukses dunia akhirat. Semoga jasa itu menjadi ladang amal Mas yang tak pernah terputus, lekang dimakan waktu hingga pada akhirnya amal itu akan menghantarkan Mas ke surga kelak.

Untuk Bang Farid, tolong jaga Mas Bayu sampai benar-benar bahagia ya :) Tentu, Abang jangan lupa untuk bahagia juga.

Saat aku kembali membaca tulisan di secarik kertas itu, entah kenapa aku merasa malu, terlalu dramatis, jadi kuremas-remas hingga membentuk bola lalu aku lempar ke tempat sampah. Doaku cukup kupanjatkan pada Tuhan, tanpa perlu orang yang kudoakan tahu. Biarlah ini menjadi urusanku dengan Tuhan.

Takut Bang Farid keburu datang, langkah kakiku segera berjalan ke luar rumah ini. Di teras depan ada Om Fadli, tidak dengan Tante Rara. Kurasa aku tahu apa yang sedang terjadi, makanya aku tidak bertanya kenapa Tante Rara tidak ada di sini. "Om, Panji izin pamit ya. Semoga Om sekeluarga sehat selalu dan dimudahkan segala urusannya."

"Iya, Ji. Hati-hati. Atau perlu Om antar ke yayasan?"

Aku menggeleng. "Terima kasih, Om, tapi gak usah. Panji bisa sendiri."

Om Fadli mengeluarkan uang 100 ribuan di saku celananya. "Ini buat bekal kamu, Ji, tolong diterima."

Buru-buru aku menggeleng. "Gak usah, Om. Panji ada bekal, kok," kataku sambil menyalami tangan Om Fadli dan berlari menjauh dari rumah ini. "Terima kasih banyak, Om. Salam dari Panji untuk semuanya."

Karena letak panti dari rumah Mas Bayu masih dalam satu kota, aku pun jalan kaki ke pastisambil senyum-senyum gak jelas. Ada satu rasa aku bisa lega keluar dari rumah sebesar itu. Bagaimanapun, rumah itu bukan tempatku untuk pulang. Kata orang kan jika ada orang yang memikirkanmu, mengkhawatirkanmu, menunggumu kembali, di situlah tempatmu untuk pulang. Sementara Mas Bayu dan keluarganya sudah punya seseorang yang mereka pikirkan, khawatirkan, mereka tunggu dan orang itu bukan aku.

Guru Seksi [MxM] [Re-make]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang