Bab 37 : MAAF BACA ULANG YA, KEMARIN SAYA SALAH UPLOAD :(

12.9K 1.3K 88
                                    


#Farid

Lagi, saat aku melihat Bayu selepas menyelesaikan kerjaanku di workshop, dia sedang melamun sendirian di kamar. Inginnya aku ajak ngobrol namun saat kupanggil dia nyahutnya males-malesan. Jadi pada akhirnya aku ikutan melamun sama si Bayu sampe malem, lewatin makan malam bersama keluarga. Aku sih mikirin kenapa bisa-bisanya aku suka sama sahabatku sendiri. Bagaimanapun, meski aku orangnya masa bodo, apatis, tapi dalam hal ini tetap mau gak mau kupikirkan juga. Menyangkut hidup dan masa depanku soalnya.

Satu-satunya hal yang melegakanku adalah aku masih nafsu lihat cewek bohay. Artinya masa depanku masih tejamin, aku masih bisa punya anak, nikah sama cewek dan hidup bahagia dengan keluarga kecilku kelak. Cuma masalahnya, harus kuapakan rasa tertarik padaku sama seorang lelaki? Terlebih pada sahabatku sendiri?

Argh! Bikin galau saja.

"Rid, keluar yuk cari makan," kata si Bayu membuyarkan lamunanku.

"Kok ngajak saya, Bay? Harusnya kamu ngajak Tessa pacarmu tuh."

"Ya sudah kalo gak mau. Saya jalan sendiri aja."

Karena dari nadanya terdengar marah, aku pun buru-buru ngambil jaket kemudian mengikuti si Bayu ke bawah. Rupanya dia pengen jalan-jalan naik motor. Baguslah, angin malam keknya bisa bikin otakku fresh kembali.

Nah Bayu mengemudikan motornya keliling kota tanpa ada tempat yang dia tuju. Malah kuhitung sudah dua putaran dia keliling gak jelas. Dia sempat berhenti sih di pinggir jalan, dua kali dan di tempat yang sama. Bahkan kali ini, dia berhenti lagi di depan yang di atasnya ada tulisan Yayasan Panti Asuhan Al-Hikmah. Mataku memicing seketika. Ternyata oh ternyata. Apa jangan-jangan dia khawatir atau kangen sama tuh bocah?

Baru aja aku mau ngomong kalo memang kangen temui aja, Bay. Eh motor udah melaju kencang ke depan, namun kali ini tidak belok ke kanan melainkan ke kiri, ke arah Ledeng. Kami berhenti di Oseng Mercon, tempat makan yang kata si Bayu lumayan hits di sekitaran kampus UPI Bandung. Menu andalan di tempat ini adalah segala sesuatu yang berbau pedas seperti oseng mercon, ayam bakar granat, ayam bakar halilintar, dan iga bakar mercon. Aku sih pesen ayam bakar granat, dari nama makanannya aja dah kelihatan enak banget. Setelah kucoba, ya beneran enak. Panji pasti bakal suka. Eh dia mah makanan gak enak aja dibilang enak, apalagi makan makanan seenak ini ya.

"Gimana soal si Elang? Masih suka neror kamu, Bay?"

"Jangan bahas dia."

"Oke."

Hening sementara, setelah Bayu menghabiskan makanannya dia kembali bersuara. "Ya, dia masih neror saya. Kali ini ngancam. Kalo saya gak respon SMS atau telepon dari dia, dia bakalan datang ke rumah saya, Rid."

"Hahaha. Habis dia kalo datang ke rumah kamu, Bay. Bilangin di rumah kamu ada macam liar yang pengen banget makan daging Elang."

"Saya gak peduli sih dia mau ke rumah atau nggak. Toh, dia gak akan pernah diterima sama saya ataupun sama keluarga saya. Jadi dia datang pun harusnya percuma. Malah bener kata kamu, jika dia datang, entah apa yang bakal Ibu atau Bapak lakuin sama dia. Cuma ya tetep, risih aja diganggu terus. Dia selalu bilang pengen bertemen baik sama saya, memperbaiki masa lalu yang udah dia cabik-cabik sampe ninggalin bekas luka tak kasat mata. Ah, bullshit! Saya tahu persis tujuan utama dia untuk mendapatkan saya, Rid. Dia cinta mati sama saya," ucap Bayu yang entah kenapa membuatku tersenyum tipis karena ekspresi ketika mengatakan kalimat itu lucu terlihat.

"Tahu dari mana si Elang cinta mati sama kamu, Bay?"

"Ya tahu, lah! Kalo gak cinta mati, mana mungkin dia neror saya terus. Sekarang kamu pikir, Rid. Dia bilang niat temenan. Dah jelas saya gak mau temenan sama cowok homo sakit jiwa kayak dia, eh dia terus maksa. Kalo dia orang waras ya dia nyerah dan cari orang lain buat dia ajak temenan, tapi nyatanya? Dia terus maksa saya."

Guru Seksi [MxM] [Re-make]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang