4

41.6K 1.7K 102
                                    

Tidak mungkin kuambil celana dalam itu, kan? Lagian setelah kuambil mau kuapakan? Tolol memang. Aku di rumah ini tuh numpang! Inget, Ji, numpang! Jadi, bobrok banget jika aku berbuat macam-macam. Gak tahu terima kasih istilahnya. Udah dikasih makan, tempat tidur, dibiayai sekolah, bahkan udah dikasih makhluk paling ganteng di bumi pertiwi ini, eh masih aja bersikap gak tau diri.

Jadi aku pun geleng-geleng kepala sambil berjalan pelan menuju kamarku. Di sana aku duduk di teras. Gimana bilangnya. Kamar sebagus ini, sebersih ini, seluas ini, sewangi ini, boleh kutempati? Bukan bermaksud kufur pada nikmat yang telah Allah berikan, tapi kehidupanku di panti asuhan sangat memprihatinkan. Dalam satu ruangan ada beberapa kasur dan dalam satu kasur diisi oleh beberapa orang! Bau apek pula. Untung banget saat itu Nenek memilihku padahal masih banyak di sana anak belia yang masih lucu.

Eh itu apaan? Bagus banget, njir! Di atas nakas aku melihat mainan terbuat dari kaca yang di dalamnya terdapat cairan biru. Mainan itu berkepala serigala tapi badannya manusia. Aku bilang bagus karena badan manusia serigala ini berotot! Keker. Saat kuambil, bangsatnya, aku malah tersandung kakiku sendiri sehingga tubuhku oleng dan mainan seksi ini terlempar jauh ke depan.

PRANG!!!

Ma-mainan itu pecah? IYA!!! MAINAN ITU PECAH BERHAMBURAN DI LANTAI!!!

Duh gimana ini? Minggu yang lalu di kelas aku memecahkan proyektor sekolah. Eh tidak, malah satu hari yang aku aku menjatuhkan ponselku sehingga layarnya retak. Kata Nenek sih aku super ceroboh. Gak pantes kerja jadi pembantu karena bisa menyebabkan majikan setres.

"Ji? Kamu mau mandi?" Saking sibuknya aku mondar-mandir, Mas Bayu tiba-tiba saja ada di depan pintu.

"Mas udah selesai mandinya?"

Tatapan Mas Bayu berubah ke pecahan kaca di dekat pintu. "Pecah."

"Maaf, Mas!" Aku panik seriusan. "Be-berapa harganya? Aku ganti, Mas. Ta-tapi aku cicil soalnya ... soalnya ...."

"Harganya 1,5 juta, Ji."

Mataku membelalak. Rasa lemas perlahan menggerogoti persendianku. "Se-serius?" Ini mah harus jual ginjal! Sial, aku bingung. Bingung! "O-oke aku ganti, Mas. Tapi dicicil ya? Aku gak punya uang sebanyak itu."

Tawa Mas Bayu langsung meledak. "Panji, Panji. Mau aja kamu Mas kibulin."

"Mas Bay serius gimana nih? Aku gak sengaja, tapi bakal aku ganti. Berapa harganya?"

Bukannya menghilang, Mas Bayu malah melengos pergi kemudian kembali membawa serok sampah dan plastik hitam.

"Mas gak heran kok. Udah jangan terlalu dipikirin," ucapnya sambil tersenyum tipis. Bulu kudukku meremang. Ini hanya dengan senyuman singkat efek yang kuterima bisa sedasyat ini? Wait ... gak heran? Kalimat Mas Bayu barusan seakan dia tahu kalo aku itu orangnya super ceroboh. Duh malu-maluin saja.

"Sini biar aku aja, Mas."

Ting tong.

Suara bel rumah terdengar pelan. "Ada tamu, Ji. Kamu ke bawah gih, tanya siapa dan ada keperluan apa."

"Aku aja yang beresin beling kacanya, Mas. Walah jangan pake jangan dong, Mas! Kalo berdarah gimana?"

"Yah, udah berdarah ini. Kamu sih ngomongnya ke mana aja, jadi kejadian kan." Saat kulihat memang benar jari telunjuk Mas Bayu berdarah. Bukannya tenang aku malah semakin panik.

"Maaf, Mas. Duh gimana ini?"

"Mas nyuruh kamu, Ji. Mau dengerin omongan Mas gak?" Kutatap Mas Bayu sambil berjongkok, bermaksud ingin membantunya memasukkan pecahan kaca ke dalam plastik. Namun dia menepis tanganku.

"Iya, Mas."

"Kamu ke bawah sekarang terus buka pintunya. Ada tamu tuh."

"Oke."

Siapa sih tamu datang malam-malam begini? Baru jam 7 sih, tapi ganggu orang lagi panik saja. Setelah kubuka, mataku langsung melongo ketika melihat wanita super cantik berdiri di depan pintu sambil berkaca. Aku bisa menilai dia sangat cantik karena aku mantan bisex. Sumpah, ini mah cantiknya bagai peri. Meski nampaknya full make up, tapi masih terlihat fresh dan ... argh itu dada sama bokongnya kenapa bisa mantap kayak gitu?

"Maaf ada perlu apa ya?" tanyaku setelah melongo sekian lama. Dia masih sibuk dengan gincu di tangannya. Sekilas dia melirikku namun kembali sibuk ketika sebagian gincu berwarna merah muda itu sedikit melebar ke bawah.

"Sip, sempurna." Dia tersenyum lebar ke arahku. "Kamu pasti Panji ya?"

Lah kok dia bisa kenal namaku?

Dari arah belakang aku mendengar, "Ji siapa tamunya?"

"Kenalkan, aku Tessa. Pacar Mas Bayu."

HAH!!?

Mas Bayu punya pacar secantik ini? Dunia emang gak adil! Laki-laki dengan wajah pas-pasan sepertiku mana bisa mengalahkan perempuan seluar biasa ini. Punya dua gunung Himalaya dan satu buah gitar Spanyol di pinggangnya. Sementara aku? Cuma punya dua butir telur puyuh yang menggantung di selangkanganku dan juga pedang Star Wars di bawah pusarku.

Vote ;)

Biar si Panji gak patah semangat meski punya wajah pas-pasan 😂

Guru Seksi [MxM] [Re-make]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang