10

34K 1.6K 264
                                    

Update cerita ini saya usahakan setiap hari ya. So, vote dan follow akun saya wkwkwk. :D semoga aja bisa.

Panji ~~

"Kok diam?" Mata Mas Bayu memicing curiga. 1 detik berikutnya, Mas Bayu memandang tajam Bang Farid melalui tatapan elangnya yang membekukan. "Kamu teh pasti habis bahas cewek ya sama si Panji!? Rid, saya udah tau kelakuan kamu sejak SMA ya, awas aja kalo kamu berani-beraninya ngomongin yang mesum-mesum!"

Bang Farid langsung panik. Duh, andai Mas Bayu tahu kalo Bang Farid udah melakukan hal yang lebih buruk padaku, dia pasti akan murka. Sekarang aja dia udah marah, dan marahnya itu nyeremin! Liat aja noh Bang Farid, dia sampe menunduk gitu ditatap sama Mas Bayu. "Bay, sa-saya ...."

"Jadi bener!?"

"Nggak kok. Kita la-lagi bahas film, kan, Ji?" Bang Farid menatapku dengan tatapan permohonan. Sebenarnya aku tau dari dulu kalo Mas Bayu lagi marah itu bakal nyeremin, tapi aku gak nyangka Bang Farid juga bisa setakut itu.

"Iya, Mas Bay. Kita lagi bahas film Interstellar."

Mas Bayu kini yang menatapku tajam. "Halah saya teh tau Ji si Farid mah gak suka nonton film, sukanya nonton bokep—eh ma-maksud saya nonton errrr nonton Cinta Fitri Jilid 2."

Aduh Mas Bayu malah keceplosan. Tapi aku gak kaget, karena seperti itulah karakter Bang Farid. Bang Farid menimpali, "Saya mah suka nonton Tukang Bubur Naik Haji, Bay. Terlalu panjang episodenya kalo Cinta Fitri mah."

"Diem kamu, Rid. Saya tahu kamu luar dalem ya. Udahlah, pokoknya awas kalo jadi pengaruh buruk bagi si Panji. Saya bakal kecewa sama kamu."

Dilihat dari pembicaraan mereka berdua, kayaknya Mas Bayu dan Bang Farid itu sahabat karib dari dulu. Lalu Bang Farid sangat menaruh hormat sama Mas Bayu. Buktinya, ketika dimarahi yang Bang Farid lakukan adalah menunduk penuh penyesalan.

"Maaf, Bay. Beneran, saya sama Panji gak bahas cewek kok."

"Ya sudah, minggir kamu jangan deket-deket Panji," ucap Mas Bayu. Setelah Bang Farid menggeser tempat duduknya, Mas Bayu langsung duduk di sampingku. Sialan. Aroma parfum Mas Bayu wangi bener. Sangat maskulin dan tak kalah wangi dengan bau tubuh Bang Farid. "Ini soal kerjaan kamu."

"O-oke. Jadi gimana?"

"Kerjaan sampingan saya sebenernya bikin hiasan rumah, hiasan kamar dan juga kerajinan tangan. Cuma, saya tau bakat saya gak sehebat kamu, makanya saya mau nawarin, kamu mau gak jadi pengrajin? Semua modal dan koneksinya saya tanggung. Tugas kamu hanya satu, bikin karya, soal urusan modal dan penjualannya itu jadi urusan saya. Atau kalo kamu mau jadi kuli panggul bisa aja, sodara saya lagi butuh pekerja di pasar. Mau pilih yang mana?"

Mendengar kalimat Mas Bayu, mata Bang Farid langsung berbinar-binar. "Seriusan, Bay!? Kamu yang modalnya!?"

"Iya."

"Tapi udah lama saya gak bikin kerajinan tangan. Terakhir pas SMA sebelum perpisahan, Bay."

"Gak masalah."

"Beneran?"

"Iya."

"Ah anjing kamu emang sahabat terbaik yang saya punya, Bay! Thanks, bro!"

Bang Farid spontan memeluk Mas Bayu dengan wajah sumringah. Tepat ketika tangan Bang Farid melingkar di perut Mas Bayu, kepalan tangan Mas Bayu langsung menggetok kepala Bang Farid cukup keras. "Ngomong apa tadi, hah!? Jangan ngomong kasar di depan Panji, nyet!"

"Eh sorry gak sengaja."

"Gak sengaja gak sengaja. Kontrol makanya! Kamu teh udah dewasa, harusnya bisa berubah."

"Kamu juga harus berubah, Bay. Dari SMA sampai sekarang hobinya ngomel terus."

"Bukan ngomel, saya ngasih tau, nyet!"

"Halah sama aja kayak ngomel hehe."

"Rid saya serius, di rumah ini kamu harus bisa kontol sikap kamu. Kalo nggak, pulang lagi aja sana."

"I-iya tenang aja, bos! Saya bisa jaga sikap di sini."

Lucu juga ya melihat perbincangan mereka berdua. Sekarang aku yakin mereka itu dulunya sahabat karib, buktinya, Mas Bayu mengizinkan Bang Farid untuk tinggal di sini.

Yang aneh itu justru, kenapa aku bisa tinggal di sini?

Di lihat dari sudut pandang mana pun aku tetaplah orang asing. Anak serba biasa dan yatim piatu. Prestasiku di sekolah gak bagus-bagus amat, tapi gak bisa juga dibilang jelek. Pokoknya seperti kebanyakan orang pada umumnya saja. Bukan orang yang bisa memimpin, bukan pula si jenius kesayangan semua guru. Lantas kenapa Mas Bayu mau menerimaku untuk tinggal di istana megahnya? Aku bingung. Masa iya hanya karena wasiat nenek sebelum meninggal.

"Terus bahan-bahannya udah ada?"

"Ada. Tapi kalo tanah liat dan kayu harus beli dulu, Rid. Besok aja sekarang kita tidur." Mas Bayu menatapku. "Ji kamu juga harus tidur, besok sekolah kan?"

"Iya, Mas Bay."

"Terus saya tidur di mana?" tanya Bang Farid.

"Kamar kamu belum saya benahi, ada di samping gudang belakang. Untuk malam ini kamu tidur di kamar Panji aja."

"Oke, bos! Ji Lo gak masalah kan seranjang sama gue?" Bang Farid bertanya sambil tersenyum rikuh.

"Eh gak bisa!" sahut Mas Bayu cepat. "Sebelum kamu bisa jaga sikap, Panji gak boleh deket-deket bareng kamu. Bisa-bisa dia kena pengaruh buruk. Untuk malam ini Panji tidur di kamar saya. Gak masalah kan, Ji?"

Eh? 😍

Guru Seksi [MxM] [Re-make]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang