17 : apa aku pantas?

25.7K 1.5K 128
                                    

Setelah hiatus cukup lama, Bang Jun balik lagi nih. Gimana kabar kalian? Baik, kah? Yang lagi berjuang, apapun itu, semangat! Semoga cerita ini bisa menghibur kalian di saat kalian rehat dalam perjuangan itu.

Beberapa paragraf sebelumnya.

Dengan tangan sedikit gemetar aku memeluk Mas Bayu dari belakang. Motor pun melaju dengan sangat kencang sehingga aku mulai berpikir jika sekali saja terjatuh habislah sudah riwayat kami berdua. Well, meski dalam hitungan menit kami berdua baik-baik saja dan pulang sampai rumah dengan selamat. Bang Farid menyambut. Dia tersenyum lebar, sangat lebar. "Ji, gue buatin lo sesuatu. Tapi belum selesai sih. Ayo ikut gue ke kamar, bantu soalnya harus dipegang sama lo biar cepet se—"

"Panji malam ini tidur dengan saya," tukas Mas Bayu datar tanpa menoleh sedikit pun ke arah kami berdua.

"O-oke." Bang Farid berbisik. "Kenapa si Bayu?" Aku menggelengkan kepala gak tahu. "Duh kok gue jadi ngerasa gak enak ya. Pokoknya hati-hati, Ji. Kalo dia diluar kendali, lo langsung keluar kamar terus gedor pintu kamar gue ya?"

Hmmm.

***

Sekamar lagi dengan Mas Bayu, jujur aku senengnya bukan main. Tapi, aduh, gimana ini? Muka Mas Bayu asem sekali kulihat seakan semua hal yang dia lihat itu telah membuatnya marah.

"Mas, lagi sakit?" tanyaku.

Dia memandangku tajam. "Gak."

"Syukurlah. Hmm." Aku bingung! Apa aku harus naik ke atas kasur lalu berbaring di sana, apa aku harus nunggu Mas Bayu menyuruhku tidur, apa aku harus ke WC dulu, atau aku harus bilang lebih baik aku tidur sama Bang Farid aja? "Mas kayaknya lagi banyak pikiran ya, kalo gitu lebih baik Panji tidur sama Bang Farid a—"

"Ya sudah kamu keluar sana! Tidur sama si Farid daripada sama saya!" bentaknya nyeremin. Gila! Aku sampe berjengit dibuatnya. Sumpah aku takut plus merasa sakit hati. Aku sering melihat Mas Bayu marah di sekolah, tapi kemarahannya saat ini itu beda, kemarahannya ditunjukkan padaku dan rasanya ... depresi.

"Bu-bukan gitu, Mas. Aduh Panji jadi salah nih."

"Udahlah saya juga tahu, Ji," ucapnya Datar, dan itu lebih buruk dari membentakku. "Keluar sekarang."

"Tapi—"

"Keluar!"

Dengan panik aku berlari. Bukan keluar, tapi menghambur ke arah Mas Bayu lalu memeluknya erat. "Ma-maaf, Mas. Jangan marah, tolong." Saat kutatap mata Mas Bayu, dia masih menatapku datar dan sontak kulepas pelukanku padanya. "Aduh maaf, gak seharusnya sesama cowok pelukan kayak barusan. Ya su-sudah, Panji tidur di ruang tamu saja."

Saat aku berbalik ke arah pintu, Mas Bayu langsung memelukku dari belakang.

"Mas?"

"Kamu sayang sama Mas, Ji?"

"Mana mungkin aku gak sayang sama kamu, Mas. Berkat Mas Bayu Panji bisa tetep sekolah, bisa tidur enak, makan enak, tinggal di rumah sebagus ini padahal Panji cuma anak yatim. Jelas Panji sayang sama Mas Bayu. Cuma Mas Bayu orang yang paling Panji hormati, segani di dunia ini." Dan, orang yang sangat kucintai.

Mas Bayu semakin memelukku erat. Dia benamkan wajahnya di bahuku cukup lama tanpa bersuara sedikit pun. Aku jadi kikuk. Semakin bingung apa yang harus aku lakukan di kamar ini.

"Mas juga sayang sama kamu, Ji. Sejak dulu."

Sejak dulu? Kapan?

"Makasih, Mas. Panji juga sayang Mas Bayu."

Guru Seksi [MxM] [Re-make]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang