42 : Pentungan Hansip

19.4K 1.4K 200
                                    

Jangan terlalu berharap banyak sama cerita saya, nanti kecewa :p Selamat membaca dan semoga suka.

Warning! Ada bagian ena enanya. Khusu 21+ ke atas ya, yang gak suka boleh diloncat-loncat bacanya.

#Farid

Aku gak mau membandingkan, karena dilihat secara fisik pun, Bayu masih menang jauh. Sekarang aku sedang mencumbu Kang Yanto. Nikmat, aku bisa merasakan nikmatnya, sensasinya panasnya. Hanya saja rasa nikmat yang menjalar ke punggung, atau perasaan luar biasa yang menghimpit dadaku tidak bisa kurasakan seperti saat ketika aku mencumbu Bayu di kamar mandi. Rasa bibir punya Bayu lebih dasyat nikmatnya, bahkan sensasinya.

Kang Yanto mendorongku sebentar untuk mengunci pintu kamar.

"Seragam sayanya dilepas jangan?" tanya Kang Yanto sambil menaik-turunkan alisnya.

"Ya lepas, lah. Ngapain dipake?" tanyaku bingung.

"Serius? Banyak orang bilang main sambil pake seragam tuh lebih hot. Apalagi seragam tentara," sahutnya semakin membingungkanku.

"Ah ribet. Saya jadi gak bisa nikmatin tubuh kamu dengan bebas. Ayo dong Kang cepetan buka seragamnya. Susah kalo sama saya. Saya dah gak tahan," kataku dengan napas terengah-engah.

"Santai aja, Bang. Saya pengen main santai. Jangan diburu-buru nanti gak enak."

"Tapi saya gak punya waktu banyak, Kang. Saya mesti pulang sebelum jam 12 malam."

"Tenang. Masih lama. Nikmatin aja."

Tentara di depanku ini hanya melepas atasannya doang. Halah dasar aneh. Segitunya dia pengen main pas lagi make seragam? Jadi males panggil Kang ah. Toh, umur kami berdua gak beda jauh. Jadi kupanggil nama saja biar nyaman.

Yanto kini menyandarkan kepalaku di dada bidangnya. Baunya maskulin bercampur keringat. Saat kepalaku sudah bersandar, Yanto menekan-nekan kepalaku entah bermaksud untuk apa. Lama-lama dia kesal. "Nama kamu siapa?"

"Farid."

"Ayo dong, Rid, jilatin puting susu saya."

Oh jadi itu maksud si Pak Tentara menekan-nekan kepalaku. "Maaf Pak Tentara, pengalaman saya main sama laki-laki dikit. Malah baru sama satu orang."

Tiba-tiba Yanto tersenyum lebar. "Wah saya dapat perawan nih."

Yanto bangkit. Sekarang posisi dia ada di atasku sementara aku tidur telentang dengan tangan terangkat ke atas. Awalnya napas Yanto terlihat biasa-biasa saja, tapi setelah melihat ketiakku yang begitu lebat, napasnya pun mulai memburu.

Errr aku gak nyaman ada di posisi ini. Serasa ... serasa aku jadi pihak ceweknya. Aku kan laki-laki. Aku harus mendominasi. Sialnya saat aku hendak bangkit, posisiku sekarang ditahan Yanto sekuat tenaga.

"Udah sayang, kamu diem ya. Akang buatin enak sebentar lagi."

"Ahhhh ...."

Tiba-tiba aku mengerang saat puting kananku Yanto jilat menggunakan lidahnya. Sungguh nikmat terasa. Panji juga pernah menjilat putingku dan jujur rasanya nikmat sekali. Beda lidah beda rasa. Jika Bayu mau menjilat putingku, senikmat apa ya rasanya?

Pun, saat Yanto mulai menjilati ketiakku, aku juga mendesah-desah keenakan, geli bercampur nikmat. Nafsuku makin lama makin naik. Ingin rasanya kuterkam Yanto lalu kunikmati bagian tubuhnya juga tapi dia gak membiarkan hal itu terjadi. Dia ingin aku jadi pihak ceweknya sekarang. Patuh, pasrah menerima perlakuan.

Putingku kembali dijilat, kali ini disertai remasan-remasan tangan Yanto yang bikin tubuhku menggelinjang lagi.

Semakin lama, sedotan mulut Yanto di putingku semakin kencang. Agak sakit dah perih cuma ya semakin kencang semakin nikmat terasa. Mungkin sekitar 5 menit Yanto bermain-main dengan putingku. Setelah itu lidahnya turun ke bawah menuju ... hah! Lubang pantatku! Kukira dia akan mengolomoh penisku tapi ternyata dia malah menjilat lubangku penuh nafsu. Kubiarkan dia bertingkah sesukanya karena rasanya enak.

Guru Seksi [MxM] [Re-make]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang