31 : Sakit Tak Berurai

19.1K 965 351
                                    

#Panji

Dalam perjalanan pulang, akhirnya aku bisa diam membisu, walau tidak dengan detak jantungku. Aku memang takut, tapi aku sudah tahu kejadiannya akan bagaimana nanti sesampainya di rumah, terlebih tadi saat di gerbang Mas Bayu berucap lirih, 'Apa kamu tahu, Ji? Di dunia ini, homo adalah penyimpangan yang paling Mas benci.'

Kata-kata itu menurutku sebuah akhir.

Akhir dari tali hubunganku bersama Mas Bayu dan keluarganya.

Namun tak apa. Sejak awal, aku memang tak punya tempat.

Jika aku diusir, akan kuyakinkan diriku untuk tidak bersedih, tidak menangis. Berat memang, tapi lagi-lagi aku harus belajar menahan luka hidup. Ada banyak orang yang mampu berdiri sediri, survive walau dia gak punya siapa-siapa dalam hidupnya.

Aku memang takut sekarang.

Tapi ..., aku sudah siap. Walau berat.

Motor melaju cepat. Aku bisa merasakan tekanan angin yang sangat kuat menerpa wajahku padahal aku sedang ada di belakang. Walau aku siap, andai bisa, ingin rasanya aku melompat dari motor saja saking menyesalnya, saking malunya. Apa yang sudah kuperbuat tadi? Aku memang bodoh! Tidak, tapi nafsuku yang terlalu tolol! Hanya karena Mas Bayu sedikit bersikap romantis padaku, baik padaku, aku menyimpulkan dia belok juga!? Padahal jelas-jelas Mas Bayu pacaran Teh Tessa!

Motor semakin melaju kencang, di saat aku berpikir keras soal berbagai kemungkinan yang akan terjadi nanti, tahu-tahu aku dan Mas Bayu sudah sampai di rumah. Sialnya, di depan rumah ada Bang Farid sedang beli jamu. Duh! Selalu saja Bang Farid ada di saat yang tidak tepat. Aku berharapnya masalahku dengan Mas Bayu bisa diselesaikan di ruang tertutup, berdua saja. Tapi selalu ada Bang Farid yang jadi pihak ketiga.

"Lho kalian kok udah pulang?"

BRAK!

Mas Bayu mendorong pintu rumah kasar. Bang Farid jelas sadar ada yang tidak beres dengan kami berdua, makanya dia pun menghabiskan jamu di tangannya hanya dalam beberapa tegukan saja lalu mengikuti ke mana Mas Bayu pergi. Sejujurnya aku ingin minta tolong sama Bang Farid, supaya nanti aku dapat pembelaan, tapi sedikit pun aku gak punya kesempatan untuk berkontak mata atau bersuara karena Mas Bayu benar-benar menarikku kuat ke lantai atas, lalu memasuki kamarku.

Di dalam kamar, aku dihempaskan ke kasur. Mas Bayu memandangku murka, pandangannya sama seperti pandangan yang dia tunjukkan pada Bang Rendi. Hatiku terasa sakit. Merasa takut ditatap sedemikan seramnya, aku pun menjatuhkan pandangan ke bawah. 5 detik berikutnya ..., PRANG!!! Aku mendengar suara kaca pecah.

Aku gak berani melihat apa yang sedang terjadi.

"Eh maaf, kesenggol," ucap Bang Farid. Aish! Jadi ulah Bang Farid nih! Bikin jantungan aja. Kirain ulah Mas Bayu.

"Panji ..., tatap mata saya."

Degh.

Aku disuruh natap mata Mas Bayu? Mana bisa ya Tuhan.

"Ji, saya lagi ngomong sama kamu. Tatap mata saya," balas Mas Bayu lagi tanpa nada seruan, tapi lebih terdengar menyeramkan bagiku. Akhirnya kuberanikan diri menengadah ke atas, walau hanya dalam 1 detik, aku langsung natap lantai lagi. Serem. Rasanya aku ingin menghilang aja sekarang.

"PANJI!!! TATAP MATA SAYA!!!" bentak Mas Bayu menggelegar, suaranya entah kenapa menggema di ruangan ini. Aku terperanjat. Buru-buru nengok ke atas. Rahang Mas Bayu mengeras, tatapan tajam setajam elang, malah aku berpikir Mas Bayu akan memukulku menggunakan tangannya karena tangan Mas Bayu sedang mengepal. Sekilas kulihat Bang Farid, dia diam saja. Mungkin menunggu supaya dia bisa mengerti kenapa Mas Bayu marah sekarang. "Sekarang, coba jelaskan apa maksud kamu tadi di sekolah, Ji. Saya pengen tahu."

Guru Seksi [MxM] [Re-make]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang