Hei. Selamat membaca dan jangan benci Bayu. :)
#Farid
Hari ini Bayu pulang siang. Sosoknya sudah duduk sambil menyandarkan punggungnya ke kursi ruang tamu. Aku inisiatif membuatkan kopi lalu kusimpan di atas meja tepat di hadapannya. Matanya sempat terbuka sebentar untuk kemudian terpejam lagi.
"Gimana di sekolah tadi?"
"Biasa aja, gak ada hal menarik terjadi."
Kutatap sosoknya dari ujung rambut sampai ujung kaki. Ekhem. Kutelan ludahku sendiri. Kok bisa ya ada laki-laki setampan dia? Dia gak sempurna sih, ada banyak kekurangan terutama soal sifat. Tapi jika berbicara mengenai fisik jelas di atas rata-rata. Malah kuyakin jika profesi Bayu berubah haluan jadi model, dia pasti akan laku keras.
Tapi jangan deh. Udah jadi guru saja. Makin terkenal kan makin bahaya.
"Lagi mikirin apa, Bay?"
"Gak mikirin apa-apa."
"Mau ngobrol sama saya?"
"Gak."
Haha cepat amat dia tolak. "Bay kita temenan dah belasan tahun. Andai ternyata saya homo, apa kamu akan tetap membenci saya meski sudah belasan tahun kita temenan, sahabatan?" tanyaku.
"Kamu bukan homo, Rid. Saya tahu kamu luar dalam. Bahkan saya tahu kamu pernah nyimpen adegan asusila kamu di ponsel kamu yang dulu. Udah kan saya lagi gak pengen ngobrol, kamu diem aja."
Dulu sih iya, aku ngerasa laki-laki normal. Tapi sekarang ... hmmmm. "Kan berandai-andai, Bay. Saya cuma pengen tahu jawaban kamu."
Bayu memandangku lekat lalu menghela napas panjang. "Mungkin saya bakal kecewa sama kamu, Rid. Gak mau ngobrol sama kamu. Saya benci, saya bakal memaki kamu, menghujat kamu," sahutnya. Mendengarnya langsung dari mulutnya aku merasa kecewa. "Tapi kayaknya saya gak bisa menjauhi kamu. Saya butuh kamu. Saya sayang kamu, Rid. Lebih dari apa pun. Jadi jawaban saya, sebangsat apa pun kamu, sekotor apa pun kamu, sebobrok apa pun kamu akan coba saya terima. Seperti kamu yang selalu nerima apa pun keadaan saya, kondisi saya."
Buset dah! Mendengarnya mataku langsung berkaca-kaca lho. Malah aku ngerasa sudah jatuh cinta sedalam-dalamnya sama nih orang.
Kupegang tangan si Bayu lalu kucium sebentar. "Makasih, Bay, udah mau nerima bobroknya saya bahkan sampai sekarang. Saya juga sayang kamu, Bay. Makanya saya mau nerima semua kekurangan kamu. Kamu sahabat terbaik yang saya punya. Dan, selamanya akan selalu begitu. Tolong jangan buang saya ya, Bay. Kalo ada sikap saya yang bikin kamu terluka, tolong diskusikan, tolong jangan jauhi saya."
Bayu memandangku sambil tersenyum menawan. Hmmm hanya dengan senyumannya aja pikiran jorokku langsung menerawang ke mana-mana. Akhirnya ya aku ngaceng sekarang. Dasar. Heran aja, kok ada ya manusia semenarik ini?
"Iya, Rid. Makasih ya."
"Makasih juga, Bay."
Pembicaraan terhenti sampai di situ. Bayu kembali terdiam, larut dengan pikirannya sendiri. Ingin rasanya aku menyelami ke dalam pikirannya sekarang, penasaran apa yang dia pikirkan sampai-sampai suara bel di depan rumah aja gak dia sadari.
"Bay saya ke depan dulu ya, mau nerima tamu," kataku sambil beranjak pergi. Sesampainya di depan, aku melihat Ardi, Rendi serta teman-teman Panji yang jumlahnya ada belasan datang membawa plastik makanan.
"Bang, Panjinya gak masuk lagi, ya? Apa dia sakit?"
Lho, jadi mereka belum tahu soal kepindahakan Panji?
Karena aku merasa ini bukan bagianku untuk menjawab, kupersilakan mereka masuk. Biar si Bayu sendiri yang jawab pertanyaan mereka Panji sekarang ada di mana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Guru Seksi [MxM] [Re-make]
Romance[21+] Kisah Pak Bayu dan Panji :) Bab 58 ke atas saya ubah total. Jadi, kalian bisa baca ulang karena alurnya, konfliknya, semuanya bakal baru belum kalian baca.