# Panji
"Ji, gue mau ngomong sama lo!" kata Bang Farid mengulang kalimatnya tadi. Aku masih betah mendiamkannya. Lagian males, ah. Bang Farid itu cuma omdo alias omong doang! Aku benci tipikal pria seperti itu. Benci dalam artian gak akan mengulang hal yang sama untuk kedua kali ya. Bilangnya gantian, eh setelah keluar langsung ngelupain apa yang sudah kita sepakati. "Ji jangan marah atuh. Lo temen pertama abang di Bandung hehe. Udah baikan ya?"
"Iya."
"Nah gitu dong." Bang Farid menepuk bahuku. Sudut mataku melihat kanjut Bang Farid tegang, sama sepertiku. Namun aku yakin dia tegang karena ereksi pagi. Laki-laki kan kalo habis bangun tidur suka sange. "Ji? Gak papa deh jangan pantat lo, ta-tapi oral kanjut gue ya? Yang enak kayak waktu itu."
Aku meneguk ludah. Tolol banget kalo aku berani nolak permintaan itu. Laki-laki setampan Bang Farid minta laki-laki homo sepertiku untuk mengoral penisnya? Ini mah rezeki nomplok! Ta-tapi, gak deh. Aku harus jual mahal. "Jijik gue, Bang. Gue bukan homo ya, gue laki-laki tulen."
Wajah Bang Farid langsung terlihat muram. "Ayo dong, Ji."
"Gak ada! Duh Bang, lo kan laki-laki, kok bisa-bisanya sih malah ketagihan. Gak liat hah di wajah gue ada kumis sama janggut?"
Bang Farid garuk-garuk kepala. "Gak tau juga gue, Ji. Tapi asli! Awalnya karena penasaran tapi ternyata lo jago banget mainnya. Kebanyakan cewek yang pernah main sama gue tuh bisanya cuma bisa bikin si Udin lecet. Kena gigi terus."
"Lo bukan homo kan?"
Dia menggeleng cepat. "Nanti gue kasih liat deh koleksi bokep di HP gue."
Eh? Penawaran menarik. "Pemainnya elo Bang? Sama mantan-mantan elo?"
Dia mengangguk. "Iya atuh. Mantan saya mah cantik kabeh! Kalah lah pacar si Bayu mah."
"O-oke. Kirimin semua ke HP gue ya Bang."
Sebenernya tanpa minta video panas itu pun aku mau aja kok mengoral si Joninya Bang Farid. Ya, mau kalo dipaksa terus. Lagian dia homo gadungan kalo sampe nolak ngulum pisang Ambon milik bang Farid.
Akhirnya aku jongkok. Of course! Jantungku berdetak cepat dua kali lipat. Bagaimanapun, dalam dunia ++, terlebih di umurku yang menginjak 18 tahun ini, aku masih pemula dalam urusan sex. Lalu tiba-tiba saja ada laki-laki ganteng, jantan, kekar, yang bisa aku nikmatin tubuhnya.
Ah. Aku bahagia banget karena Mas Bayu menyuruhku tinggal di rumah ini. Kalo nggak, mungkin aja aku gak bakal ketemu Bang Farid.
"Cepetan, Ji. Kalo terlalu lama di toilet nanti si Bayu curiga."
Sip. Aku langsung membuka sempak Bang Farid dan sialnya, meski tadi aku pernah melihatnya, tapi tetap rasa bikin hatiku kejer-kejer. Bentuknya indah. Dilihat dari ukurannya sih jauh kalo dibandingin Mas Bayu. Maksudku, hanya melihat bulge Mas Bayu aku yakin semua orang bakal tau kalo penis Mas Bayu itu monster. "Cepetan, Ji! Ah kau lama amat."
Eh? Ini apa cairan bening yang terus merembes keluar dari lubang kencingnya? Mulutku nganga, siap mengulum bendai panjang ajaib yang bisa bikin manusia macam diriku bahagia. Namun baru aja kepalanya menyentuh ujung lidahku, suara gedoran pintu sekonyong-konyong membuatku kaget dan tersentak mundur.
"Rid? Farid? Kamu keluar dulu saya mau bicara."
Mas Bayu! Bikin kaget aja.
"Dipanggil tuh, Bang."
Wajah Bang Farid terlihat kesal sekali. "Saya lagi mandi, Bay. Tanggung nih!"
DOR DOR DOR!!!
"Cepetan, Rid! Kamu dihanduk dulu aja," balas Mas Bayu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Guru Seksi [MxM] [Re-make]
Romance[21+] Kisah Pak Bayu dan Panji :) Bab 58 ke atas saya ubah total. Jadi, kalian bisa baca ulang karena alurnya, konfliknya, semuanya bakal baru belum kalian baca.