6

39.7K 1.7K 195
                                    

Saya kasih kejutan di bab ini. Baca sampe akhir ya.

"Sayangnya saya bukan homo," kata preman itu menjawab pertanyaanku tadi.

Helaan napasnya terdengar lelah oleh telingaku. Detik berikutnya dia sibuk berkutat dengan ponselnya, sama sekali tidak memperhatikan film yang sedang berputar di depan. Kalo aku sih mencoba untuk fokus siapa tau suka dan ternyata ... HAH!!? FILM APAAN INI WOI!!! Jujur aku benci film di mana tokoh utamanya paling menderita seakan seisi dunia seneng melihat dia kesusahan. Terlalu drama.

Daripada nonton film yang gak jelas alurnya lebih baik aku main game aja. Mobil balap! Ini lebih asik dan bikin hati adem. "Gak ditonton filmnya?" tanya preman itu.

"Abang sendiri dari tadi sibuk SMS-an."

Dia menjulurkan tangan. "Saya Farid. Kamu?"

"Ah saya Panji, Bang Farid, salam kenal."

"Jijik saya sama film yang sedang kita tonton, Ji. Menye-menye. Mending nonton Spongebob aja sekalian," katanya sambil mendesah.

"Terus kenapa pilih film ini?"

"Sebenarnya saya nunggu temen, Ji. Saya orang Jawa. Mau ikut kerja sama temen di Bandung. Temen saya guru SMA. Tadinya saya mau ke rumah dia eh tiba-tiba dia mendadak pergi ke mall sama pacarnya."

"Merantau? Udah lama?"

"Baru aja sampe. Awalnya saya kerja di Jakarta cuma sebatas kuli panggul doang. Gak akan cukup buat biayain adik saya di kampung."

Kepalaku mengangguk-angguk mengerti. "Terus pacarmu tadi?"

"Ya saya tinggal di Jakarta hehe." Kali ini dia membisikkan sesuatu ke telingaku. "Sebenernya alasan saya mutusin dia bukan karena pepeknya udah dower, kok. Bukan karena pait juga. Pacar saya teh cantik pisan jadi tetep enak ngentotin dia mah."

"Terus alasannya apa?"

"Males LDR-an. Di sini saya pasti bakal cari cewek buat ngeuwe, sementara di sana dia pasti cari kont** buat diemut."

Lagi, aku menganggukkan kepala. "Kok nada sama gaya bicaranya kayak orang Sunda?"

"Pacar saya kan orang Sunda. Kebawa-bawa jadi ya gitulah. Temen saya juga banyak orang Sunda jadi ngerti sedikit selama orang itu pake bahasa sehari-hari."

Tak lama kemudian aku mendengar suara desahan.

"Kenapa?"

"Saya cuma bingung, Ji. Di Jakarta banyak cewek yang siap saya euwe secara gratis. Cantik-cantik. Pokoknya banyaklah tempat untuk buang pejuh. Lah kalo di sini? Bisa aja sebenernya saya cari, tapi, temen saya itu alim. Dia seorang guru SMA. Saya nanti bakal tinggal di rumah dia. Kalo tiba-tiba sering bawa cewek ke rumah kan gak enak."

Lah malah curhat.

"Kerja apa emang?"

"Gajinya kecil, Ji. Cuma biasa hidup di sini kan murah, apalagi di kampung. Tapi mengingat kalo di sini saya bisa ikut tidur di rumah temen saya, lumayan kan uang itu bisa saya kirim ke kampung?"

Aduh Bang Farid, aku tuh nanya kerja apa. Baiklah akan kuulang. "Abang kerja apa di sini?"

"Gak tau. Belum pasti."

"Masih belum ngebales temennya?"

"Belum, Ji. Mending keluar yuk, Ji."

"Boleh juga. Lagian gak seru filmnya."

Semoga saja Mas Bayu gak marah, pikirku karena keluar tiba-tiba dari ruangan ini. Pastinya nggaklah. Dia kan lagi pacaran sama Tessa. Palingan Mas Bayu sekarang lagi pegang tangan tuh jablay.

Guru Seksi [MxM] [Re-make]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang