Bab 59 - 60

5.8K 288 66
                                    

Maaf lama. Saya update dua bab sekaligus nih hehe. Semoga suka. Jangan lupa komennya ya untuk penyemangat saya update cerita ini.

#Panji

Terkadang tubuhku bergetar takut ketika berduaan dengan Mas Bayu. Kayak sekarang, Mas Bayu sedang mengajakku naik perahu lalu sampai di pantai bagian depan yang entah namanya aku nggak tahu. Maklum, aku anak rumahan dulu nggak pernah ke luar kota, apalagi ke pantai. Dan, Mas Bayu kayaknya sadar aku sedang tidak baik-baik saja sekarang. Aku sedang ketakutan.

"Ji, kamu baik-baik saja?"

Aku mengangguk sembari menatap pasir pantai. "A-aku baik, Mas."

Debur obak lalu terdengar menabrak terumbu karang. Tangan Mas Bayu mengalung di ceruk leherku, lalu dengan lembut tangan satunya lagi mengusap-ngusap rambutku. "Kamu nggak nyaman berduaan bareng Mas?"

Kepalaku menggeleng walau sebenernya iya. Lebih tepatnya bukan nggak nyaman sih, tapi aku ingat masalah dulu yang pernah terjadi di antara kami berdua. Bagaimanapun luka yang kualami pada waktu itu nggak mudah menghilang begitu saja, malah mungkin akan teringat selamanya. "Ji, tatap mata Mas. Mas sedang ngomong sama kamu."

Dengan sungkan aku mendongak. Walau sorot mata Mas Bayu begitu tajam menyeramkan, namun senyum lembutnya syukurlah mampu membuatku sedikit tenang. "Maaf, Mas."

"Kamu takut sama Mas?"

"Nggak, M-mas."

"Tapi mata kamu menunjukkan demikian, Ji. Sini duduk," timpal Mas Bayu sembari menepuk beberapa kali pasir di sebelahnya. Sekarang kami berdua memandang laut dengan hening karena di tempat ini hanya ada beberapa orang saja. "Sekarang jelaskan, kenapa kamu menatap Mas seperti itu, Ji. Jangan berkelit karena jika kamu melakukan hal itu hati Mas akan terluka. Jujur lebih baik."

Kuhela napas dalam-dalam sebelum berkata. "Berduaan dengan Mas Bayu mengingatkan Panji ke masa lalu, Mas. Saaat Mas Bayu murka, melempar Panji dengan pakaian, sabun, menghinakan diri Panji dan tanpa sadar rasa takut itu datang dengan sendirinya. Tapi Mas Bayu jangan khawatir. Rasa takut itu berasal dari diri Mas Bayu di masa lalu. Sekarang Panji bisa melihat Mas Bayu memandang Panji tak sehina itu, malah, tatapan Mas Bayu terlihat ramah dan damai."

"Maaf ya, Ji. Mas sudah jahat sama kamu."

"Eh nggak, Mas! Kok minta maaf, Mas Bayu nggak salah. Aku yang salah malah bikin Mas nggak nyaman dengan sikap Panji yang sekarang."

Mas Bayu menoleh. "Syukurlah kalo begitu. Syukur kalo kamu takut sosok Mas di masa lalu, tapi sekarang sudah nggak kan?"

"Iya, Mas. Beneran nggak. Daripada rasa takutnya, aku malah sering merasa bahagianya. Rasa sayang Panji ke Mas dari dulu sampai sekarang gak pernah berubah."

"Mas juga sayang sama kamu, Ji."

Kami berdua bersitatap, lalu tersenyum secara bersamaan dalam keheningan.

Semenit kemudian, tangan Mas Bayu memegang tangan kananku yang terkubur di dalam pasir. Kutarik lalu menggelengkan kepala. "Mas, seandainya nih ..., Bang Farid jatuh cinta sama Mas Bayu. Apakah bakal Mas terima?"

"Farid? Cinta sama Mas? Haha ngaco kamu, Ji."

"Kan aku bilang seandainya ...."

"Hmmm pertanyaan sulit."

"Sulit? Apa itu artinya Mas ada perasaan sama Bang Farid?"

"Yok, Ji, kita jalan-jalan saja."

Yah nggak dijawab. Tapi okelah. Aku dan Bang Farid kan berencana menyatakan cinta kepada Mas Bayu untuk yang terakhir kalinya. Soal siapa yang Mas Bayu terima, nanti aku akan tahu jawabannya. Dulu pas bahas hal ini sama Bang Farid entah kenapa aku semangat. Tapi sekarang ..., masih semangat tapi nggak yakin segala hal akan sesuai ekspetasiku. Aku tidak akan berharap. Toh Mas Bayu sudah menolakku dulu. Memang aku nggak pernah nyatain, tapi dengan menamparku dan memandang takut diriku jelas sikap itu adalah sebuah penolakan.

Guru Seksi [MxM] [Re-make]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang