Jangan terlalu berharap banyak sama cerita saya ya temen-temen. Berharap bisa memuaskan semua fantasi dan keinginan kalian. Saya hanya lulusan SMA yang seneng berfantasi, dan ini fantasi cerita saya. Hasilnya saya akui kadang bagus kadang juga nggak, saya sadari itu.
Saya gak begitu pintar, malah nilai di di raport saya pada ancur.
Jika bagus dan kalian suka ... syukur. Tapi jika jelek dan tidak memuaskan kalian, maaf. Saya bukan penulis profesional. Saya seorang abang-abang yang seneng berfantasi, menulis cerita yang menurut saya bagus sehingga saya pun bisa senyum-senyum sendiri.
Semoga fantasi saya dalam membuat sebuah cerita bisa kalian nikmati juga.
Salam,
Bang Juna
#Panji
Kukira aku akan mati. Aku bersyukur, Tuhan. Mungkin karena aku sudah mendoakan yang baik-baik Pak DKM tadi kali ya. Pas aku muntah-muntah, ada seseorang menemukanku dan aku langsung dibawa ke pos ronda untuk kemudian di sana aku diurut, dikasih teh manis, dikasih roti sehingga untuk urusan perut malam ini aku gak perlu khawatir.
Meski masih lemas, yang penting sekarang aku gak merasa mual.
“Akang emang dari mana? Dari tadi saya perhatiin bukan warna sini, ya?”
Aku mengangguk. “Iya nih, Kang. Saya ...,” lagi-lagi aku harus berbohong, “saya dari Lembang. Di Dago saya kerja tapi karena masih baru, ditambah saya lagi gak punya uang, niatnya untuk sementara saya mau tidur di masjid. Baru setelah gajian saya mau cari kosan. Sebenarnya niat saya ke sini ya cari masjid, siapa tahu saya dapat izin untuk tidur sementara selama beberapa minggu. Atau jika diizinkan, saya mau jadi pengurus masjid sementara biar soal urusan bersih-bersih saya aja yang urus.”
“Oh itu mah gampang, Kang. Bapak saya DKM di kampung ini. Nanti saya bicarain sama Bapak.” Kenapa aku harus selalu berurusan dengan DKM sih. “Atau kalo mau, tidur aja di rumah saya. Sementara, kan? Pasti Bapak gak akan keberatan.”
Wah dapat durian runtuh nih! Ingin rasanya langsung kuterima tawaran laki-laki baik ini, tapi ... tidak tidak. Sudah dikasih hati jangan minta jantung. Bagaimanapun, aku bersyukur banget untuk seminggu ini aku gak akan dipusingkan dengan tempat tinggal. “Di masjid aja deh, Kang. Sekalian saya pengen amal bersihin masjid hehe. Makasih banyak ya buat tawarannya.”
“Yakin?”
“Yakin. Saya bawa sarung kok, Kang. Gak akan kedinginan. Lagian saya asli warga Lembang. Di sana kan dingin banget, beda sama di kota. Jadi saya bakal baik-baik aja. Yang penting ada tempat buat tidur sekalian tempat buat ibadah,” jawabku mantap.
“Ya sudah.”
“Ngomong-ngomong nama Akang siapa, ya?”
“Saya Malik, Ji.”
“Kalo gitu salam kenal ya, Kang Malik. Apa saya boleh ke masjid sekarang? Belum salat Isha soalnya.”
“Boleh. Santai aja gak dikunci kok, Ji. Nanti subuh saya bicarain soal permintaan kamu ke Bapak. Subuh nanti saya juga bakal salat ke masjid kok, jadi sampai ketemu besok,” jawab Kang Malik ramah. “Untuk masjidnya ada di belokan ini. Jalan sendiri atau mau saya antar?”“Jalan sendiri aja. Kang, Bapak-bapak, saya permisi. Terima kasih banyak sudah nolong saya tadi.”
“Iya kalo ada apa-apa ke pos aja ya, Ji.”
“Baik.”
Ternyata memang benar ada masjid. Di sampingnya ada kebun terbuka yang samar-samar kulihat pohon singkong melambai-lambai tertiup angin. Lampu luar masjid ini menyala sementara dalamnya dibiarkan gelap. Perlu waktu cukup lama untukku mencari tombol saklarnya. Setelah ketemu, langsung kuambil air wudu karena aku belum dapat Isha. Harusnya tadi di masjid sebelumnya, tapi karena terlalu pusing dan gak kuat untuk berdiri kutunda sebentar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Guru Seksi [MxM] [Re-make]
Romance[21+] Kisah Pak Bayu dan Panji :) Bab 58 ke atas saya ubah total. Jadi, kalian bisa baca ulang karena alurnya, konfliknya, semuanya bakal baru belum kalian baca.