7

39.7K 1.6K 144
                                    

Saya ubah cerita ini jadi sedikit vulgar ya 😅 jadi, yang gak suka atau belum cukup umurnya jangan dibaca. Semua akibat ditanggung masing-masing pembaca.

'Bay?'

Kalo tidak salah aku mendengar Bang Farid mengucapkan kata Bay. Apa temennya bernama Bayu juga? Ternyata nama Bayu itu cukup pasaran ya.

"Gimana, Bang? Temennya sudah manggil?" kataku.

Dia tersenyum lebar. "Udah. Tapi katanya dia mau nonton dulu sama pacarnya. Jadi, Ji, serius kamu mau saya entot?" katanya ragu-ragu. Jelas dia ragu, dia kan cuma penasaran sama yang namanya lubang pantat.

"Justru aku yang harus nanya itu sama Abang. Serius? Aku laki-laki loh. Kita juga baru ketemu. Kenapa Abang bisa seberani itu?"

"Saya masih ragu sebenarnya. Jijik juga. Tapi daripada penasaran, sudahlah. Saya coba aja sekali." Bang Farid menarik tanganku kemudian membawaku ke dalam bilik toilet. Hatiku jujur sudah kejer-kejer. Maksudku, beneran nih? Aku bakal nge-sex sama laki-laki setampan Bang Farid? Aku yang serba biasa ini bakalan menyatukan tubuh dengan pejantan bermata tajam yang kini dengan kebingungan menatapku? "Tadi kamu tanya kenapa saya berani. Kan udah saya bilang, kalo sama homo nanti saya disangka homo. Terus bisa aja dia malah jadi fanatik sama saya. Males banget dikejar-kejar homo. Mending kamu aja, yang jelas-jelas punya rasa ketertarikan seperti saya. Kamu juga nyaman-nyaman aja bicara soal sex."

Itu alasannya.

Kini kami berdua sudah ada di dalam toilet. Bahuku mulai gemeter. "O-oke," sahutku terbata-bata.

"Kamu takut? Tenang saja, saya bakal ngentotin kamunya pelan-pelan," kata Bang Farid gentle. Tubuhku semakin gak karuan. Ditambah pas Bang Farid memelorotkan celananya sehingga menyisakan sempak doang, napasku langsung memburu. Aku ... aku ingin menerkam Bang Farid! Aku ingin mencium bibir dia sampe puas! Tapi kalo aku melakukan itu nanti aku disangka homo meskipun sebenarnya memang iya. Sekarang aku cuma bisa diam, berdiri pasif.

"Ka-kalo sakit berhenti dulu ya."

Dia mengangguk. "Sekarang kamu lepas celana sama sempaknya, terus cuci lubang pantat kamu pake sabun," katanya polos. Bang Farid mulai mengeluarkan penisnya di dalam sempak sambil mengocoknya dengan irama pelan. "Tunggu apa lagi?"

Sial! Aku malah fokus memperhatikan penis cokelatnya yang berurat itu. Kalo aku emut pasti enak. "Cu-cuci pake sabun tangan?"

"Iya, di sini kan gak ada sabun mandi."

"Siap, Bang."

Setelah selesai mencuci area pantatku, ternyata penis Bang Farid masih layu. Dia berdecak kesal. "Gak mau berdiri nih. Saya harus liat pepek atau susu perempuan."

Dengan cepat aku berkata, "Mungkin harus dioral dulu?"

"Maksudnya disepong?"

Aku mengangguk. "Tapi saya gak mau, jijik," jawabku pura-pura.

Bang Farid tersenyum tipis. "Tanggung, Ji. Sekalian ajalah kita nge-sex, nih emut."

Nah jawabannya sesuai dugaanku! Tanpa pikir panjang aku langsung jongkok kemudian mencaplok penis Bang Farid yang baunya jantan sekali. Begitu maskulin dan ... argh apaan ini!? Enak sekali ternyata. Dadaku mulai bergemuruh tidak karuan. Ternyata begini rasanya mengulum penis. Rasanya asin, kenyal, pokoknya nikmat! Tidak seperti es krim memang tapi sensasinya itu loh lebih nikmat dari es krim. Lama kelamaan benda kenyal yang kini sedang kuemut tiba-tiba mengeras.

Eh?

Penis Bang Farid seketika keluar dari mulutku. "Kenapa, Bang?"

"Anjing banget lo, Ji." Wah gawat nih! Apa bang Farid marah dan dia menyadari kalo aku sebenernya laki-laki pecinta batang dan bokong.

Guru Seksi [MxM] [Re-make]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang