Hopeless.
Begitulah perasaanku saat melihat betapa cantiknya wanita yang kini sedang makan sosis di ruang nonton. Dilihat dari sikap teh Tessa, nampaknya dia sudah sangat dekat dengan Mas Bayu sampai-sampai dia berani mengambil makanan di kulkas tanpa seizin yang punya.
"Kok Tante tau nama aku?" ucapku sebal.
Matanya langsung melotot. "Hush. Panggil teteh aja, Panji. Atau Kak. Kamu ini. Teteh kan masih muda, gak jauh sama umur kamu." Gak jauh? Paling dia operasi plastik biar kelihatan muda padahal aslinya sudah nenek-nenek. "Jelas tau dong, Bayu kan pernah cerita soal kamu," katanya menjawab pertanyaanku tadi.
"Cerita tentang apa?"
"Apa ya? Ah lupa, gak penting juga."
Tak lama kemudian Mas Bayu datang. Tampilannya fresh sekali. Dia memakai kameja santai dan celana hitam berbahan katun. Kancing bagian atasnya dia buka sehingga mempertontonkan lekukan dadanya yang menggiurkan. Aku menelan ludahku sendiri. Sungguh, sampai kapan pun rasanya aku tak akan pernah bosan untuk memandangi fisiknya.
"Yuk berangkat," kata teh Tessa.
"Ke mana?" tanya Mas Bayu.
"Ih sayang! Kan tadi pagi aku bilang sama kamu, malam ini aku pengen nonton! Temen-temenku udah ada di mall tuh! Ah kamu mah suka gitu, untung aja aku jemput kamu ke sini, kalo gak aku yakin pasti kamu udah lupa."
Wajah Mas Bayu langsung terlihat kesal. "Maaf gak bisa, kalo saya pergi, nanti Panji gak ada yang jagain."
Tessa mendecak kesal. "Dia udah gede, Bayu. Tinggal aja di sini buat jaga rumah."
Kusahut kalimat Tessa barusan. "Panji gak masalah kok Mas Bayu kalo ditinggal."
Mas Bayu menghampiriku kemudian mengacak-acak rambutku. "Udah, Mas gak mungkin ninggalin kamu sendirian di rumah." Jawaban Mas Bayu. Mata Tessa jelas langsung mendelik ke arah kami berdua.
"Gak bisa!"
"Ya dibiasin aja," sahut Mas Bayu cuek.
"Terus aku gimana?"
"Pulang aja, besok lagi kan bisa."
"Aku udah jauh-jauh ke sini dan kamu malah suruh aku pulang!? Brengsek kamu ya, Bay! Aku gak mau tau, pokoknya sekarang kita meski pergi!" Suara Tessa mulai meninggi rupanya.
"Tessa, dengerin saya!" kata Mas Bayu nyaris membentak. "Saya gak bisa pergi hari ini. Kalo saya pergi, mau siapa yang jagain Panji?"
Bola mata Tessa memutar sebal. "Ya sudah ajak aja tuh anak apa susahnya, Bayu! Kamu tuh ya, bisa gak sih sekali aja ngertiin perasaan aku? Hargainlah meski sedikit. Udah mah ilang gak ada kabar, eh setelah kucari kamu malah kayak gini."
Mas Bayu menatapku sambil tersenyum tipis. "Ji, mau ikut Mas nonton bioskop?"
Aku menggeleng. "Nanti aku malah ganggu kalian pacaran."
"Ikut aja, Ji. Sekalian kita nonton konser violin di mall."
"Eh ada?"
"Ada."
"Kok Mas Bay tau?"
"Karena yang konser temen saya."
Asik juga tuh kayaknya. "Okelah, Panji mau."
Alhasil? Aku naik mobil Mas Bayu. Tessa enak banget bisa duduk di depan, sementara aku cuma bisa gigit jari sambil memperhatikan mereka berdua dari belakang. Karena jalanan macet, kami bertiga telat nonton bioskop yang sudah dimulai 30 menit yang lalu. Tessa marah-marah sepanjang jalan, dasar malu-maluin aja tuh lonte.
"Maaf, Kak. Untuk kursinya yang sejajar 3 orang gak ada, Kak. Paling satu orang duduk di paling ujung," kata penjual tiket.
Tessa langsung nyahut sambil bergelayut manja di tangan Mas Bayu. "Ya sudah, Mba. Kita ambil."
Mas Bayu menatap Tessa sambil garuk-garuk kepala. "Kamu duduk di ujung gak masalah, kan?" Tak hanya Tessa, aku bahkan penjual tiket pun melongo mendengar perkataan Mas Bayu barusan. Wajarnya Mas Bayu bakal menyuruhku duduk di paling ujung tapi kenapa malah pacarnya yang dia suruh?
"Bayu! Aku gak salah denger, kan!? Aku itu pacar kamu!" jerit Tessa membuat semua orang melihat ke arah kami serentak.
"Tapi Panji masa saya tinggal sendiri?"
Jujur aku senang karena Mas Bayu mau memikirkan perasaanku. Karena kebaikannya itulah, aku tak tega merepotkan dia. "Panji di ujung aja, Mas. Serius, nanti kita nonton bareng aja konser temen Mas Bayu. Sampe malem kan?"
"Kamu yakin?"
"Yakin."
"Ya sudah. Ayo kita masuk," ucap Mas Bay datar.
Tessa sepertinya murka. Wajahnya kelihatan badmood, dan aku sedikit kasihan padanya. Apa Mas Bay tipikal laki-laki sedingin ini?
Ketika masuk ke dalam, Tessa dan Mas Bayu langsung pergi ke tempat duduk mereka yang ada di tengah sementara aku celingak-celinguk mencari kursiku. Cukup lama aku mencarinya karena gelap.
Sip, akhirnya nemu juga namun langkahku tiba-tiba terhenti ketika melihat laki-laki penuh tato di lengan kanannya, laki-laki itu hanya memakai tank top hitam, berambut ikal agak panjang, di bagian celananya robek-robek, kumis dan janggutnya persis seperti Mas Bayu, namun bedanya gayanya urakan sekali. Aku bisa melihatnya karena laki-laki serem ini tidak fokus melihat film melainkan fokus menatap ponselnya sehingga cahaya dari ponsel itu langsung mengenai wajah dan dada bagian depannya.
Sial, kursi yang kutempati itu ada di paling ujung di bagian kanan. Deret kursinya hanya ada tiga banjar di mana dia duduk di tengah, sementara sisa dua kursinya kosong. "Permisi," kataku agak takut. Ngapain preman nonton bioskop romantis? Eh, ngapain juga aku peduli!
Jujur aku tak fokus! Preman di sampingku ini tiba-tiba menelepon seseorang. Mau tak mau fokusku jadi dibagi karena penasaran juga kenapa dia ada di sini.
"Apa lagi, Rena? Kamu kurang puas ngemut kont*l Abang tadi sore? Kan Abang udah bilang, hari ini Abang ada urusan penting. Udah deh jangan banyak maunya jadi cewek! Ngangkang kalo Abang suruh, kalo nggak ya diem! Ngerti? Apa? Putus? Ah terserah kamu aja lagian m*m*k kamu udah dower. Udah pait rasanya juga. Iya-iya silakan aja nangis, udah ya, gak masalah kan nomor kamu Abang blokir? Jangan? Ah udah, ini mau diblokir. Bye."
Tu-tunggu ... pendengaranku masih baik-baik saja, kan? Di saat mulutku melongo sambil natap preman ini, tiba-tiba dia nengok ke arahku.
"Hal-halo," kataku kikuk.
Alisnya terangkat. Selama beberapa menit yang canggung itu dia membisikkan sesuatu padaku, "M*m*k dia udah dipake sama semua cowok di komplek Matahari, udah dower, makanya saya putusin." Dengan santainya dia bilang gitu padaku.
Reaksiku?
"Kalo pengen tetep seret mah atuh carinya pantat, jangan vagina."
Tiba-tiba senyumnya mengembang. "Nah itu!" jawabnya antusias. "Saya pernah maksa si Rena selama sebulan ini. Saya kan pengen nyocol pantat dia, eh dianya malah ngamuk. Terus si Santi, si Maemunah juga sama. Ketika kont*l saya coba maksa masuk ke lubang pantat, mereka ngamuk juga. Padahal kan kata internet, ngent** pantat itu enak pisan rasanya. Saya pengen coba."
"Ya iyalah mereka ngamuk, Abang ini gimana sih." Alisnya terangkat. "Yang rela pantatnya dibobol kan cuma homo, Bang. Cewek mana ada yang mau."
Eh?
Kenapa aku malah nyahut kalimat mesumnya!
Astagfirullah.
Vote ya temen-temen :)
Hayo muncul karakter baru nih. Karena saya suka karakter preman, so, semoga kalian juga suka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Guru Seksi [MxM] [Re-make]
Romance[21+] Kisah Pak Bayu dan Panji :) Bab 58 ke atas saya ubah total. Jadi, kalian bisa baca ulang karena alurnya, konfliknya, semuanya bakal baru belum kalian baca.