Bab 32 - Masuk Kamar Mandi, Gak Ngetuk Pintu

19.2K 1K 100
                                    

Hei. Saya bilang minimal update seminggu sekali ya. Jangan lupa follow saya. Target tahun ini 8 k 🤣🤣🤣🤣🤣

#Panji

Karena ada kejadian tak terduga, aku tidak jadi pergi dari rumah hari ini. Pertama karena Tante Rara dan Om Fadli tidak ada di rumah dan yang kedua teman-temanku dari SMA malah pada datang ke rumah. Kang Ardi, Randi, Naomi, bahkan Revan-ketua OSIS aneh itu-datang ke rumah khawatir soal kesehatanku. Wajar, sih. Baru sehari aku sekolah eh udah pulang lagi tadi jam 10.

"Ji, kirain lo sakit soalnya tadi pulang lagi dari sekolah, tapi kok kelihatan sehat-sehat saja?" Nah anehnya entah kenapa mereka ada di sini padahal sekarang masih jam 1 siang! Artinya, jam pulang sekolah masih belum selesai. Pasti mereka bolos dah, termasuk si Revan. Hadeh ketua OSIS gak bener ini.

"Gue emang gak enak badan, kok, Kang. Pusing. Makanya disuruh pulang sama Mas Bayu," bualku. Tidak terlalu membual juga sih, aku memang merasa pusing sekarang.

"Kita ganggu gak nih, Ji?" tanya Naomi.

"Nggak, kok. Santai aja. Malah bagus, di rumah gue sendirian nih. Mas Bayu sama Bang Farid sedang ada urusan di luar." Atau lebih tepatnya, Mas Bayu sedang gak mau dekat-dekat sama gue nih karena gue ketahuan homo dan suka sama dia.

Revan diam saja. Termasuk Randi. Malah, mereka berdua menatap wajahku lekat seakan sedang menimang-nimang sesuatu. Orang pertama yang bersuara di antara mereka berdua adalah Randi. Dia tertanya, "Ji, lo habis nangis? Mata lo merah."

Sialan emang nih anak. Peka banget. Dia emang sahabat terbaik yang aku punya sekarang sih. Gak heran dia bisa sampe peka. Tapi bukan itu yang membuatku kesal, melainkan karena seiyanya aku habis nangis, emang harus ya ditanya di depan banyak orang? Mereka kan mau gak mau jadi ikutan bertanya-tanya.

"Nangis? Kagak, Ran. Gue ngantuk nih, habis nguap. Makanya merah. Tapi santai aja, udah bugar lagi kok setelah kalian datang."

Kang Ardi menepuk bahuku. "Nih gue bawa buah naga. Tadi beli di jalan mumpung lagi diskon."

Randi juga terlihat mengeluarkan sesuatu dari kantung plastik. "Gue juga bawa roti, Ji. Buat jaga-jaga kalo lo laper."

Rasa haru menyelimuti diriku saat ini. Jika mereka tahu aku memutuskan akan berhenti sekolah ... bagaimana reaksi mereka ya. Aku yakin sih mereka bakal marah. Makanya, meski berat, aku gak akan pamit kepada mereka. Ah, kecuali Keke. Jika aku pergi lagi tanpa memberi tahu dia, tanpa pamit atau sekadar basa-basi, takutnya dia akan ngamuk dan memukulku lagi tanpa ampun jika bertemu di kemudian hari.

"Ji, ikut nge-WiFi ya. Kata sandinya masih sama, kan?"

"Gue juga dong."

"Ah gue juga."

"Tujuan sebenarnya kalian ke sini bukan untuk jenguk gue, kan? Tapi buat nge-WiFi!" ucapku sedikit menyalak.

Kang Ardi nyengir. "Ada game yang mau gue download soalnya, Ji. Ukurannya besar. Lo tahu game Dragon Age, gak?" Aku menggeleng. "Pokoknya game itulah. Jadi gue ikut, ya. WiFi sekolah mah lemot gak ketulungan."

Akhirnya mereka pun sibuk dengan dunia mereka masing-masing kecuali Randi dan Revan. Mereka berdua malah duduk di lantai sambil menghadapku. Aku pun ikutan duduk di bawah sambil membuka roti yang Randi bawa. "Teh Tessa gimana kabarnya, Van?"

"Baik. Dia sedang sibuk nge-gym di rumah. Biar Pak Bayu makin kesemsem katanya."

Glek!

Kenapa nama Mas Bayu harus keluar sih?

Bukannya mengalihkan topik, aku malah penasaran. "Gimana perkembangan hubungan mereka?"

Guru Seksi [MxM] [Re-make]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang