30* Perkara Bedak CHANEL

174 45 15
                                    

Senja keluar kelas dengan wajah cemberut. karena insiden tadi pagi, Tya jadi ngambek sama senja, katanya gak bakal mau ngomong sama dia kalo senja belum gantiin bedak padatnya yang berubah jadi bedak tabur.

"Hey, mukanya kok cemberut" ujar radit yang kini merangkul pundak senja.

Senja mengulas senyum, lalu menggeleng. "Gakpapa. Cuma laper aja. Hehe"

Radit membalas senyum, "mau makan dulu?"

"Boleh, aku pengen bakso depan komplek" sahut senja semangat.

Radit mengangguk lalu meraih tangan senja untuk digenggam dan membawanya menuju parkiran.

Sedangkan fajar yang baru keluar kelas melihat itu, cowok itu terdiam tapi tak lama menarik bibirnya keatas ketika seorang gadis berlari kecil kearahnya.

"Kok kesini?"

Mina mengerutkan kening bingung.

"Ha?"

Fajar meraih tangan mina dan menuntunnya agar jalan berdampingan.

"Kamu itu loh, harus nya duduk manis aja dikelas, biar aku yang datang" ujar fajar manis.

"Kok gitu?" tanya mina sembari menolehkan kepalanya kearah fajar.

Fajar ikut menoleh sebentar sebelum kembali menghadap kedepan, takut nabrak karena mereka sambil jalan.

"Aku cowok, tugasku menjemputmu bukan dijemput. Kamu sebagai tuan Putri cuma perlu duduk manis sembari menunggu pangeran datang" ujar fajar tenang, merasa bangga dengan kalimatnya. Mulus bener emang ya mulut buaya.

Pipi mina bersemu, lalu tersenyum kecil.
"Tapi kalo pangerannya masih sering datengin Putri lain, gak salah kan kalo aku jemput dulu supaya dia gak kemana-mana?"

Damn.

Fajar langsung tertampar, terjungkal, terjengkang seketika.

.......

"Pacarnya ganti lagi mbak?"

Senja yang mendapat pertanyaan itu langsung melotot, hampir saja melempar mangkuk sambal yang dia pegang.

Tapi senja berusaha tersenyum kearah mbak-mbak yang baru saja mengantar baksonya.

"Yang kemarin bukan pacar saya mbak" jawab senja berusaha ramah, walau dalam hati ia malu setengah mati. Harap-harap cemas, mbak ini gak mengungkit yang kemarin.

"Oh, semoga hari ini gak lupa bawa duit lagi ya mbak" sindir mbak pelayan yang segera berlalu.

Senja mengumpat dalam hati, iya dalam hati karena dia harus jaga image, jangan sampai radit malu nantinya terus dia diputusin kan senja gak mau.

Radit menatap senja bingung, dia mengangkat alis sebagai kode kenapa?

Senja tertawa hambar, berusaha mengalihkan malunya dengan sibuk mengaduk bakso.

"Itu, kemarin, ah bukan kemarin. Dulu lah pokoknya. Aku sama fajar makan disini tapi lupa bawa uang" jawab senja lalu tertawa canggung.

Radit menganggukkan kepalanya, tangannya ikut meraih mangkuk bakso miliknya.

Senja diam-diam melirik kearah radit yang sibuk dengan makanannya. Dalam hati sudah misuh-misuh karena mbak-mbak tadi secara gak langsung membongkar aibnya. Senja jadi was-was takut fajar jadi ilfeel padanya.

Senja jadi nyesel dateng kesini lagi, dia fikir pegawai disini pada lupa sama kejadian lupa bawa uang beberapa hari yang lalu tapi sepertinya mereka punya dendam sama senja jadi keinget terus. Padahal kalo mereka lupa kan senja bakal jadi pelanggan tetap disini.

Fajar & Senja ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang