44* Fajar Yang Kehilangan Sore nya

207 41 30
                                    

Untuk terakhir kalinya senja mengamati dengan lamat kedua rumah yang berdiri tegak dan dengan sempurna berdampingan.

Senja tersenyum getir, apa keputusan nya sekarang adalah hal yang benar? Tapi senja tak mau membuat mama nya semakin terluka dengan terus menerus berada disini.

Netra gadis itu tanpa sengaja menatap gumpalan bulu yang tengah terduduk manis di teras rumah fajar. Mata bulatnya menerjap lucu kearah senja.

Senja tersenyum lalu melambaikan tangannya kearah kucing manis tersebut. Dan seolah mengerti kucing itu berlari kecil keluar pagar dan menghampiri senja.

"Mili, apa kabar?" tanya gadis itu lembut  sebelum membawa kucing itu kedalam gendongan nya.

Diusapnya lembut bulu mili yang semakin lebat. Gadis itu lagi-lagi tersenyum hingga sekelebat bayangan dimana pertama kali dia menemukan kucing kecil tersebut bersama fajar.

Dulu mili masih kecil dan kurus tapi sekarang terlihat sangat sehat, ternyata fajar merawat mili dengan baik.

Dan kenapa waktu berjalan secepat ini ya?

"Moli udah jadi mama muda ya mil? Pengen ketemu deh" ujar gadis sedih, hingga mamanya keluar rumah sembari membawa sebuah dus sedang.

Sintia tersenyum mendapati sang anak membawa kucing didekapannya.

"Kucing siapa nja?" tanya sintia sembari memasukkan dus ke dalam bagasi. Hari ini mereka hanya membawa beberapa barang saja, sisanya akan di angkut mobil lain besok.

"Fajar"

Sintia terdiam lalu menoleh kearah senja yang masih mengusap bulu mili lembut.

"Aku balikin mili dulu ya ma, sekalian pamit sama bunda" ujar senja sebelum masuk kerumah fajar sembari membawa mili.

Sintia tertegun, merasa bersalah atas apa yang menimpa anaknya saat ini.

.......

Tya menundukkan kepalanya seiring dengan langkahnya keluar kelas. Mata gadis itu sudah berair. Makian demi makian terus menusuk Indra pendengar dan hatinya.

Berita tentang dirinya dan langit menyebar. Tidak tahu siapa yang memulai tapi bagai abu yang disebar dan terkena angin. Begitu cepat meluas.

"Gila sih, tahu nya simpanan om-om"

"Pantes aja barang-barang nya mahal. Orang morotin suami orang"

"Ternyata temen nusuk temen itu beneran ada ya? Kasian gue sama senja sampai pindah sekolah gara-gara cewek murahan kayak dia"

"Malu-maluin sekolah"

"Percuma famous kalo hatinya busuk"

"Jangan temenan sama dia, nanti bokap lo digoda juga lagi"

"Gue juga ogah punya temen muka dua kayak dia"

"Miris banget gak sih? Ratu gosip kena gosip. Haha"

"Gak pantes hidup sih orang kayak dia"

"Kalo gue jadi dia mending bunuh diri daripada malu"

Langkah tya semakin cepat, dia hanya ingin menjauh dari sana, dari orang-orang. Hingga dia berhenti dibelakang sekolah yang jarang terjamah.

Mengabaikan roknya yang mungkin kotor karena sampah dan lumut, gadis itu berjongkok dengan gumuruh didadanya. Mata bulatnya sudah basah dengan airmata.

Gadis itu kembali meraih cutter disaku rok seragam nya, baru saja hendak menggoreskan garis luka baru. Tangan tya sudah gemetar, cutter itu terlepas begitu saja dan gadis itu kembali menangis.

Fajar & Senja ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang