45* Surat Untuk Penantian

209 47 31
                                    


Semua berubah total.

Semenjak kepindahan senja beberapa minggu lalu. Kelas mereka terasa lebih dingin.

Tidak ada lagi fajar yang cengengesan, tidak ada lagi fajar yang jahil, tidak ada lagi senja yang teriak-teriak, tidak ada lagi keributan antar tom & jerry mereka.

Nampak memang tak ada yang berbeda jika diliat sekilas tapi aura cukup berubah dengan sangat signifikan dikelas mereka.

Sebab, biang-biang keributan kelas tengah merenungi luka masing-masing.

Fajar pun sama, laki-laki itu memang masih terlihat seperti biasa tapi tatapan mata nya tidak bisa menipu. Selalu kosong dan hampa, bahkan ketika dia tertawa.

Dia tidak melampiaskan marahnya lewat alkohol, rokok dan lainnya. Bahkan cowok itu tak pernah membolos pelajaran sekalipun untuk meratapi lukanya. Hanya saja tidak sekali dua kali dirinya terkena teguran guru karena melamun ditengah pelajaran.

Tapi,

Pernah fajar ingin nekat pergi ke club malam, tapi ketika langkahnya melewati kamar bundanya yang pintunya tidak tertutup rapat. Pemuda itu mengurungkan niatnya.

Dia sudah berjanji tidak akan membuat bundanya kembali kecewa. Maka dari itu, fajar memilih kembali ke kamarnya. Memandang balkon kamar senja yang masih gelap, dia memilih terisak dalam diam di keheningan malam.

Perang dingin antaranya dan tya pun tak bisa ditutupi, sebenarnya hanya fajar sedangkan tya hanya diam dan menjaga jarak.

Aura tak suka yang terang-terangan diberikan fajar untuk tya, manambah kesan tak nyaman dikelas.

Walaupun hanya tya yang mendapatkan nya tapi tetap saja, sekelas ikut merasa imbasnya.

Terutama tya yang akhir-akhir mendapatkan perundungan dari beberapa teman sekolah.

Kebanyakan mereka hanya sekedar ikut-ikutan tanpa tahu masalah sebenarnya.

Miris kan?

Sedangkan tya, gadis itu hanya diam ketika mendapat perundungan yang bahkan kelewat batas. Gadis tak melakukan perlawanan apapun, sangat jauh dari karakter tya yang selama ini mereka kenal.

Seperti sekarang, gadis itu hanya berdiam diri ketika salah satu siswi melempar telur busuk kearah nya. Dan jangan lupakan makian yang menggema dipinggir lapangan.

Gadis itu dipermalukan di pinggir lapangan ketika jam istirahat. Dan ini bukan pertama kali. Pihak sekolah juga seolah tutup mata tentang masalah ini.

Tidak ada yang membantu nya, bahkan beberapa dari mereka ikut melempar gumpalan kertas bertuliskan makian dan botol plastik air kemasan.

Seruan demi seruan menggema ditelinga tya, gadis itu memejam kan matanya, tangannya terkepal kuat. Tubuhnya sedikit bergetar, dia takut tentu saja.

Tapi tubuhnya tak berpindah sedikit pun dari tempatnya. Dihatinya, dia mati-matian memberi sugesti bahwa dirinya pantas mendapat semua ini. Ini hukuman untuknya.

Hingga sebuah tarikan yang menyambar lengannya menyadarkan tya. Gadis itu mendongak dan mendapati punggung reno dengan tangan yang menarik lengan tya agar menjauh dari lapangan.

Reno membawanya ke tempat dimana tya terakhir kali bertemu Bintang.

"Mau sampai kapan?" tanya reno melepas tanganya dari pergelangan tangan tya.

Pemuda itu muak dengan sikap tya yang selalu diam ketika ditindas, dia lebih suka tya bersikap arogan seperti biasa. Yang selalu melawan ketika dirinya diinjak.

Fajar & Senja ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang