Senja turun ke ruang makan tanpa semangat. Rasanya mood nya tidak bagus sejak bangun tidur.
"Letoy amat" ucap Bintang sembari mengunyah roti.
Senja melirik abangnya malas, sengaja membuat menghentak-hentakkan kaki kesal.
"Ngapain abang disini? Katanya mau jemput pacar" ucap Senja ketus, sengaja menekan kata pacar.
"Sarapan lah" sahut Bintang sewot.
"Menghadapi hidup yang sulit itu butuh banyak tenaga dek" lanjutnya lagi. Senja hanya memutar bola mata jengah. Agaknya malas berdebat dengan abangnya.
Senja mengambil sepiring nasi goreng dan telur mata sapi. Memakannya dengan lahap seperti tidak makan seharian.
Bintang sendiri sudah maklum dengan porsi makan sang adik. Agak heran juga karena Senja tuh pemakan segala. Di jejelin apa aja juga mau. Tapi badannya kerempeng kayak gak di kasih makan.
"Senja makannya pelan-pelan" tegur mama dari arah dapur.
Senja mengangguk tapi tetap mempercepat makannya.
Tin tin tin...
Gerakan tangan Senja yang hendak nambah nasi goreng pun terhenti. Tapi setelah nya nampak terlihat tak peduli.
"Senja ayo berangkat" ucap Fajar santai sambil berjalan menghampiri tiga orang dimeja makan.
"Fajar ikut sarapan sini" ajak mama.
"Enggak usah tante. Fajar buru-buru ada piket" jawab Fajar sopan membuat Senja tersedak.
Sejak kapan cowok gila itu mau piket?
"Ayo Senja" ajak Fajar lagi. Nampak tak peduli pada Senja yang masih menginginkan nasi goreng buatan mama.
"Ntar dulu, gue mau sarapan" tolak Senja kembali mengisi ulang piring kosongnya.
Fajar mendecak, mencegah Senja yang sudah bersiap memasukkan nasi goreng ke dalam mulutnya.
"Ayo. Lo juga piket hari ini" ucap Fajar menarik lengan Senja agar cewek itu berdiri.
Senja memekik kaget. Tapi badannya tertarik paksa begitu saja.
Tangan kiri Fajar meraih tas berwarna coklat di bangku milik Senja.
"Permisi tante, bang" pamit Fajar sopan.
"Iya hati-hati" sahut Bintang acuh.
Senja berhasil melepas pegangan Fajar ketika mereka sampai diteras.
"APA SIH?! GUE MAU SARAPAN. INI TUH MASIH PAGI!" semprot Senja kesal membuat Fajar memundurkan diri kaget.
Cowok itu mendecak.
"Yang bilang udah malam tuh ya siapaaaa?"sahut Fajar menyebalkan.
Senja mendengus. "Terus ngapain narik-narik gue? Gue belum sarapan asal lo tahu"
Fajar yang mendengar itu mendecih, "Udah habis sepiring tuh belum sarapan namanya?" sindir Fajar membuat Senja mengatupkan bibir.
"Sarapan gue dua kali!" bela Senja ngotot.
"Cih, lo fikir minum obat dua kali? Udah ayok berangkat" ucap Fajar lalu masuk ke dalam mobil.
Senja terkesiap. Nih cowok bawa mobil? Buset nekat amat.
Tiinn.....
Senja mendecak. Dengan kesal membanting pintu mobil setelah masuk.
Fajar melotot."Heh! Santai kali. Mobil bunda nih!" ujar Fajar panik.
"Lo mau kena razia ya? Motor lo kemana anjir. Kenapa pake mobil bunda?!" omel Senja. Fajar sendiri tak peduli banyak karena sudah menjalankan mobilnya.
"Lo bonti emang?"
"Hah?" Senja yang tak paham menoleh bingung.
"Gue lupa kemarin udah janji jemput gebetan. Tapi semalem gue udah terlanjur iyain permintaan bang Bin. Karena gue cowok yang bertanggungjawab solusinya gini kan?" jelas Fajar santai.
Berbeda dengan Senja yang melotot kaget. Apa tadi katanya?
"Lo mau jemput cewek lo?!" tanya Senja.
"Iya. Kenapa?"
Senja melongo. Kenapa dia bilang? Tangan Senja sudah gatal ingin menjambak rambut cowok itu. Kalau aja lagi gak nyetir, udah botak tuh kepala.
"Kenapa lo gak bilang?!" tanya Senja sebal. Dia gak suka jadi obat nyamuk.
"Ngapain juga gue harus bilang sama lo?"
Senja mengumpat.
"Anggep aja lagi nonton drama korea secara live" ucap Fajar santai, membelokkan mobil disebuah rumah mewah.
"Drama korea ndasmu" maki Senja yang justru membuat Fajar terbahak.
"Pindah belakang dong Nja. Gue mau kangen-kangenan sama ayang" pinta Fajar santai.
Senja mendengus keras, menatap tajam ke arah Fajar sebelum berpindah tempat.
Gadis yang digadang gebetan Fajar hanya tersenyum canggung. Tak berani menyapa karena aura Senja yang seperti tidak ingin diganggu.
Sedang Senja memalingkan wajah menatap kaca mobil. Menyilangkan kedua tangan di dada dengan ekspresi kesal tanpa di tutupi.
Mobil mereka sudah melaju sejak tadi, dan hanya Fajar dan gebetan yang asyik bercerita. Senja benar-benar seperti tak kasat mata.
Tak lama mobil berhenti disekolah elit. Tempat gebetan Fajar berlajar. Iya mereka beda sekolah. Hebatkan Fajar, ceweknya dari segala penjuru.
Setelah pacar Fajar turun. Dia menoleh ke belakang, dimana Senja nampak acuh bermain ponsel.
"Heh, ngapain lo? Sok sibuk padahal gak ada yang chat. Sini pindah depan" ucap Fajar namun tak dihiraukan oleh Senja.
"Astaga nih bocah. Gue bukan sopir lo. Sini pindah depan" ucap Fajar lagi.
Senja mendecak. Menuruti tanpa bersuara.
Selama perjalanan kedua nya kompak bungkam, hingga Fajar memecah keheningan.
"Kenapa lo? Cemburu?" tanya Fajar santai.
"Gak usah halu yang bangsat!" umpat Senja kesal.
Fajar mencibir.
"Terus kenapa muka lo kesel gitu? Cemburu mah bilang aja. Tenang, neng Sore tetap di hati kok" gombal Fajar yang segera mendapat tambokan maut. Hampir saja menabrak pembatas lantaran kaget.
"HEH, ANJING! LO BISA NYETIR GAK SIH?!" panik senja.
"LO YANG NGAGETIN YA NJA!" sahut Fajar tak terima. Dia nya aja juga kaget tadi.
"YA GAK USAH TERIAK!"
"LO YANG DULUAN!"
Senja mendecih, kembali memalingkan wajah.
"Marah?"
Senja tak menjawab.
"Buset. Beneran marah Nja? Kenapa dah? Kan lo duluan tadi yang nabok lengan gue" ujar Fajar agak panik sebenarnya.
"Diem. Gue lagi gak mood ngomong sama lo" sinis Senja.
"Iya iya. Maaf" ujar Fajar setelah berhasil memarkir mobil.
Senja segera turun tanpa suara. Tak lupa kembali membanting pintu mobil keras meninggalkan debuman yang menarik perhatian.
Fajar jadi mendecak. Niatnya kan mau sembunyi-sembunyi biar gak ketahuan anak kelas 10 bawa mobil.
Eh, si bocah malah narik perhatian.
Sabar, untung Fajar sabar.
............
KAMU SEDANG MEMBACA
Fajar & Senja ✔
Genç KurguCeritanya mainstream. Kalau mau baca silahkan, kalau tidak tak apa. Dua manusia yang lahir diwaktu yang bertolak belakang, satu lahir saat sunrise satu lagi disaat sunset. rumah berdampingan,satu sekolah, satu kelas, satu meja. Tapi seperti kisah...