33* Membentang jarak

177 41 13
                                    

Diseberang kamar senja, seperti biasa fajar duduk dibalkonnya. Mengamati kamar senja yang kini sudah gelap dan hanya menyisakan lampu tidur. Gordennya tertutup rapat, sejak kejadian beberapa jam yang lalu gadis itu seperti menutup diri dari sang Mentari atau mungkin dari dirinya.

Hatinya begitu perih, seperti luka yang disiram air garam.

Sudah berapa lama ia menyimpan nya? Menganggap senja hanyalah sahabat yang patut ia jaga padahal sebenarnya lebih dari itu.

Betapa bajiangannya dia selama ini, mengencani banyak wanita hanya untuk mengalihkan luka nya, jika kau ingin mengutuk fajar, silahkan.

Dia menyakiti banyak perempuan yang mencintainya hanya karena perasaan nya yang terluka setiap kali melihat senja yang berbeda, tatapan mata penuh rasa pada belahan jiwa berubah menjadi tatapan biasa layaknya seorang teman.

Salahkan fajar yang begitu mencintai senja, terlalu menumpuk harapan bahwa semua akan berjalan sesuai rencana, tapi apa? Fajar terlalu mengagungkan harapan yang dia ciptakan sendiri.

Ia bingung, ia sakit, ia lelah. Dianggap bukan siapa-siapa oleh orang yang dicinta tak se-remeh itu.

Harus bersandiwara mengikuti bagaimana gadis itu memperlakukan nya juga tidak semenyenangkan itu.

Fajar pergi mencari pelampiasan, berharap ada perempuan yang bisa mengalihkan rasa sakitnya sembari menunggu pemilik cintanya kembali mengingat semua.

Egois? Ya. Fajar akui dia sangat egois. Bahkan ia menyakiti gadis sebaik dan sesabar mina.

"Cowok itu bisa bersikap manis sekalipun dia gak ada rasa"

Fajar tertawa hambar mengingat kembali kalimat yang pernah ia ucapkan tempo hari. Sebenarnya kalimat itu ia tujukan untuk dirinya sendiri, mengingat betapa brengseknya dia selama ini.

Bunda pasti akan sangat kecewa dengannya, menyakiti perempuan sama dengan menyakiti ibu sendiri bukan?

Fajar siap, dia siap dengan segala karma yang mungkin akan menyerangnya diwaktu yang tepat.

....

Tya menatap gadis disampingnya jengah, lalu beralih pada laki-laki yang duduk dikursi depan.

Pagi-pagi sekali, tiba-tiba senja menukar tempat duduknya dengan teman sebangku tya. Jadilah gadis yang lahir di saat matahari tenggelam itu duduk disamping nya.

Sejak kejadian kemarin, baik senja maupun fajar tampak tak baik-baik saja, keduanya bahkan sangat kentara menjaga jarak, padahal biasanya mereka ikut andil dalam keributan kelas, apalagi saat jamkos seperti ini. Tapi sekarang keduanya kompak tak ribut, bahkan teman sekelas ikut menatap kedua nya prihatin.

Masalah kemarin sudah menyebar ke seluruh penjuru sekolah bahkan hari ini bunda datang ke sekolah karena panggilan sekolah atas perbuatan fajar.

"Baikan sana" ujar tya sembari menyenggol lengan senja.

Gadis bermata kucing itu menoleh ke depan sekilas lalu berpaling acuh.

"Gak mau"

Tya mendecak. Lalu bangkit, berjalan menuju tempat dimana fajar bermain ponselnya.

Cewek jakung itu menabok lengan fajar keras membuat si empunya meringis.

"Apasih?!" protes fajar sembari melayangkan tatapan tajam kearah tya yang tak kalah menatapnya galak.

"Baikan sana"

Fajar terdiam tapi detik berikutnya kembali memasang wajah datar.

"Emang gue salah apa?"

Fajar & Senja ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang