Marissa is calling.......
Senja melirik kecil kearah ponsel yang sedari tadi tidak berhenti menyala, berganti-ganti dari sebuah pesan menjadi panggilan. Ada keinginan untuk melihat lebih jelas tapi ragu.
"Senja, ngapain sayang?"
Gadis itu tersentak, niatnya ingin meraih benda persegi itu batal. Kini beralih memandang papanya yang terlihat rapi dan Wangi.
"Pa, itu ponselnya dari tadi bunyi" lapor senja sembari menyenderkan punggungnya dibantalan sofa.
"Marrisa siapa pa?" tanya senja to the point.
Papa langit menatap senja sebentar, "Rekan kerja papa" Jawabnya sebelum pergi menjauh karena terlihat ingin menghubungi seseorang.
Perasaan senja kembali dibuat khawatir, dia tak ingin memberi fikiran negatif untuk papanya tapi, sikap papanya akhir-akhir ini selalu membuat nya curiga. Terutama kejadian barusan, memilih menjauh dari nya hanya untuk menghubungi seseorang.
Senja rasa ada sesuatu yang memang papanya sembunyi kan darinya.
"Assalamualaikum"
Gadis itu menoleh dan menemukan abangnya yang baru kembali dari kampus.
"Walaikumsalam"
Bertepatan dengan sang papa yang nampak terburu-buru keluar, tanpa pamit tanpa cium kening bahkan tanpa melihat nya dan abangnya.
Senja menghela nafas, lalu meminta abangnya untuk duduk bersamanya.
"Papa berubah gak sih bang?" tanya senja tak bisa menutupi penasaran nya.
Bintang menatap adiknya sekilas sebelum melempar asal tasnya dan menidurkan kepalanya diatas paha senja yang berbalut piyama biru.
"Gak tahu"
Senja mendecak mendengar jawaban Bintang yang terkesan tak peduli.
"Abang gak curiga sama papa? Abang sadar gak kalo mama lebih sering dikamar sekarang" ujar senja mulai kesal karena abangnya malah memejamkan mata.
"ABANG!"
Bintang mendecak, membuka mata dan bangkit dari tidurnya.
"Kalo abang bilang papa selingkuh kamu percaya gak?"
Tubuh senja menegang, bagai tersambar petir tubuhnya beku tanpa bisa dikendalikan. Hatinya terasa seperti dicabik, begitu sakit bahkan lebih sakit ketika melihat fajar bersama perempuan lain. Gadis itu susah payah menelan ludahnya sendiri.
"A-abang jangan bohong" suara senja gemetar, bahkan matanya berkaca-kaca. Dia takut,sungguh.
Bintang yang melihat adiknya gelisah membuang nafas, mengusap surai hitam senja lembut.
"Ya, semoga omongan abang tadi beneran bohong" ujar laki-laki jakung itu sebelum mengambil kembali tasnya dan berjalan menuju kamarnya.
Senja masih kalut, padahal tidak ada bukti apapun soal prasangka itu tapi hanya berpikiran seperti itu saja sudah menyakiti hatinya se kuat itu, apalagi jika kenyataan nya seperti yang diucapkan abangnya. Gak, senja percaya sama papa langit.
Dengan mata berkaca gadis itu meraih ponselnya disamping tempatnya duduk, mendial nomor seseorang sebelum panggilan terhubung.
"Halo nja kenapa?"
"Tya, lo dimana? Gue pengen cerita" ujar senja, dia butuh seseorang untuk mendengar pemikiran nya.
Beberapa menit tanpa balasan membuat senja mengerutkan keningnya bingung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fajar & Senja ✔
Teen FictionCeritanya mainstream. Kalau mau baca silahkan, kalau tidak tak apa. Dua manusia yang lahir diwaktu yang bertolak belakang, satu lahir saat sunrise satu lagi disaat sunset. rumah berdampingan,satu sekolah, satu kelas, satu meja. Tapi seperti kisah...