24* Demam

178 36 8
                                    

Fajar membuka pintu cafe dengan tergesa-gesa, membuat sebagian pengunjung menatap aneh kearahnya. Namun ia tak perduli, matanya langsung terpaku pada seorang gadis yang duduk seorang diri tengah menunduk sembari mengaduk milkshake nya.

Dengan perasaan bersalah fajar mendekati meja tempat mina duduk. Tapi bertepatan dengan itu, fajar melihat mina menghela nafas sebelum membereskan barangnya yang berada dimeja.

Fajar mempercepat langkahnya dan tepat sebelum mina berdiri fajar sudah berada dihadapan gadis itu.

Dapat fajar lihat mina tersentak akan kehadiran yang tiba-tiba.

"Ngapain? Cafenya udah mau tutup"  tanya mina tenang namun menusuk membuat fajar meneguk ludahnya kasar.
"Maaf" ujar fajar tulus, dia benar-benar merasa bersalah.

Fajar tersentak ketika mina berdiri dan ingin melangkah pergi. Cowok itu buru-buru menangkap tangan pacarnya.

"Bentar, aku beliin minum. Itu udah dingin" ujar mina tanpa ekspresi lalu melepas tangan fajar.

Fajar mengusap wajahnya kasar. Bahkan saat dia sudah begitu menyakitinya, gadis itu masih perhatian dengannya. Ia menarik kursi dimana mina tadi menunggunya. Cowok itu menatap nanar meja dihadapannya.

Ada dua gelas milkshake kosong milik gadis itu, mina tidak bisa minum kopi. Ada macaron warna-warni yang tinggal beberapa biji dan satu cangkir coffe latte yang sudah dingin. Iya, itu kopi kesukaan fajar dan gadis itu berinisiatif memesankan untuknya. Fajar semakin merasa brengsek.

Tak lama gadis itu kembali dengan satu cup coffe ditangannya, lalu langsung mengulurkan cup itu ke fajar.

"Ngomong diluar aja. Caffe nya mau tutup" ujar mina yang beranjak lebih dulu. Dan benar saja bener pengunjung yang tadi melihat kehadiran nya juga mulai membereskan barang mereka untuk pulang.

Hanya helaan nafas yang ia lakukan sebelum menyusul mina keluar caffe.

.....

"Ketiduran? Atau lupa?"

Mina langsung bertanya ketika mereka sampai didepan indomaret 24 jam yang kebetulan ada disebrang caffe.

"Lupa. Maaf" ujar fajar menyesal.

Mina hanya menghela nafas, tidak merasa kaget dengan alasan itu.

"Terus kenapa telfonku gak diangkat?"

Fajar yang mendengar itu jadi kelabakan, tapi ia tetap menjawab.

"Itu, hapenya dikamar. Aku dibawah" jawab fajar tidak bohong.

"Ngapain dibawah berjam-jam?"

"Nonton film"

"Sendiri?" tanya mina agak tak percaya, karena yang ia tahu fajar mudah bosan apalagi menonton.

Fajar menggeleng, "bareng senja, dirumahnya"

Mina terdiam, ada guratan kecewa diwajah cantik itu.

Namun fajar salah mengartikan raut kecewa kekasihnya.

"Pentes" gumam mina yang tidak begitu didengar fajar.

Mina menghela nafas, matanya bergerak melihat mobil mewah yang berhenti didepan indomaret tempat mereka bicara.

"Kamu pulang aja, aku udah dijemput" ujar mina.

"Kamu pulang sama aku aja. Suruh supir kamu pulang lagi"

Mina menggeleng. "Aku gak mau bikin orang yang udah nyempetin waktu nya untuk aku kecewa. Aku pulang" ujar mina yang benar-benar meninggalkan fajar yang termenung.

Fajar & Senja ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang