43* Semua Tak Lagi Sama

177 36 40
                                    

Takdir memberi nya luka tanpa aba-aba. Hingga cidera yang ia terima membekas begitu hebatnya.

.

Tak ada manusia yang siap akan sebuah luka, meskipun hanya segores. Luka tetaplah luka. Kecil atau besar rasanya tetap lah perih.

Hampir tujuh belas tahun lamanya senja hidup dalam kenyaman, semua terasa aman dan baik-baik saja. Hidupnya penuh dengan kasih sayang. Selama ini dia dikelilingi orang-orang yang begitu menyayanginya.

Dia adalah perempuan yang begitu dijaga orang-orang tersayangnya. Tak pernah dibiarkan terluka sedikitpun.

Tapi, apa yang bisa diharapkan dari dunia ini?

Ketika tiba-tiba semua berubah tanpa pernah dia duga.

Kehidupan yang awalnya baik-baik saja berubah drastis menjadi kacau dan tak terkendali.

Ketika orang-orang yang begitu dia percaya memberinya pengkhianatan.

Apa yang membuat senja jauh lebih sakit adalah fakta bahwa dia adalah satu-satunya orang yang bahagia selama ini.

Mereka semua terluka tanpa senja ketahui dimana lukanya.

Dan kini luka yang senja terima jauh lebih dalam. Semua terjadi diwaktu yang sama tanpa jeda.

Langit adalah Cinta pertamanya, yang kini beralih menjadi patah hati pertama dan terparah nya.

"Nja"

Pintu kamarnya diketuk namun senja tak berpindah posisi dikasurnya, hanya menoleh sekilas ke pintu yang dia kunci rapat.

Terdengar helaan nafas dibalik pintu. Sebelum sebuah suara kembali terdengar.

"Heh, ayo keluar! Moli udah lahiran. Anak nya tiga" bujuk fajar dibalik pintu.

Sebenarnya niat awal cowok itu datang untuk mengajak senja ke sekolah bersama tapi seperti nya senja masih enggan ke sekolah.

Senja tak bersuara. Tapi gadis itu berjalan pelan menuju pintu kamarnya.

Sedangkan fajar diluar menyenderkan tubuhnya membelakangi pintu, senja pun melakukan hal yang sama.

Gadis itu ingin mendengar suara fajar tapi dia masih enggan bertemu dengan siapapun.

"Tahu gak nja, anaknya moli bantet semua kayak moli" ujar fajar sembari terkekeh.

"Moli juga tambah galak, mirip elo kalau lagi pms"

"Enaknya kasih nama siapa ya nja? A, B sama C aja kali ya biar gampang. Kasih saran dong nja" rengek fajar dibalik pintu.

Senja yang mendengar nya hanya tersenyum tapi airmata nya menetes.

Tanpa senja tahu dibalik pintu fajar mengepalkan tangannya, dia ingin marah tapi tak gak bisa,dia benci situasi seperti ini. Dia tak tahu apa salahnya tapi gadisnya seolah memberi nya jarak tak kasat mata.

Sudah dua hari pemuda itu melakukan hal sama seperti sekarang. Karena sejak kejadian tempo hari senja tidak mau bertemu dengan siapapun kecuali mama dan abangnya.

Padahal cowok itu merindukan gadisnya, dia rindu senja yang galak, senja yang selalu jutek dan fajar paling merindukan senyuman senja yang selalu membuat kedua matanya menyipit sempurna seperti bulan sabit.

"Nja, tahu gak?"

Senja yang didalam kamar menggeleng lemah, nyatanya gadis itu sudah menangis dibalik pintu.

"Waktu lo manjat pohon mangganya pak RT buat ngambil layang-layang gue yang nyangkut, itu awal gue suka sama lo"

Fajar mendongakkan wajahnya, mencoba mengorek memori lamanya sembari tersenyum sedih.

Fajar & Senja ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang