42* Patah hati Senja

192 37 22
                                    

"NJA!"

Fajar membuka pintu kamar senja kencang, lalu mendapati senja yang tengah meringkuk di kasurnya.

Laki-laki itu segera menghampiri senja yang nampak kacau dan langsung membawa senja ke dalam pelukan nya. Membuat gadis itu kembali menumpahkan tangisnya.

Pemuda itu tak mengatakan sepatah kata apapun. Hanya merengkuh tubuh rapuh senja dengan penuh kelembutan, ia takut perbuatan nya bisa membuat senja semakin sakit.

Mendengar isakan senja yang semakin dalam membuat Fajar memejamkan matanya, menahan gejolak emosi yang hampir menguasai hatinya. Dia tak tahu secara persis apa yang terjadi, yang ia tahu keluarga langit sedang tidak baik-baik saja. Dan gadis nya yang juga jauh dari kata baik-baik saja.

"Mereka jahat jar..."

Fajar semakin mengeratkan pelukannya, membiarkan senja menumpahkan segalanya. Hatinya ikut teriris melihat senja dalam keadaan seperti ini. Karena jujur, selama belasan tahun bersama, pertama kali nya dia melihat senja yang biasa nya berteriak dengan suara cempreng dan kelakuan yang suka menjambak rambutnya jadi serapuh ini.

....

"Sintia? kamu kenapa?"

Bunda Sari terkejut dengan kehadiran sintia yang datang kerumah nya dengan genangan air mata.

Bunda segera membawa mama sintia masuk ke dalam, lalu membuat kan teh hangat sebelum duduk di sofa yang sama.

"Kenapa? Ada masalah?" tanya bunda lembut sekaligus khawatir.

Sintia sudah dia anggap saudara oleh sari. Dulu, mereka pindah ke perumahan galaksi diwaktu yang hampir bersamaan dan sama-sama tengah mengandung anak mereka, yakni Fajar dan senja.

Karena sama-sama punya hobi yang sama yakni memasak, keduanya jadi dekat. Sudah layaknya sahabat atau bahkan kakak-adik.

Mereka tak pernah membuat janji tapi seolah takdir membuat kedua anak mereka juga terikat satu sama lain.

Bunda Sari mengalami kontraksi di dini hari dan lahirlah bayi mungil laki-laki yang lucu bersamaan dengan sang Surya menampakkan diri. Jika saja mereka tahu, Ketika itu langit Indah sekali begitu cerah dengan langit biru, seolah ikut menyambut kelahiran sosok bayi mungil.

Dan tepat setelah bunda Sari berhasil melahirkan, mama sintia ikut kontrasi namun baru berhasil melahirkan disaat sang Surya memutuskan untuk menutup hari, lengkap dengan semburat jingga yang mengelilingi Bintang raksasa itu.

Dan, seolah kembali menegaskan garis takdir. Kembali tanpa janji diantara mereka. Kedua keluarga itu memberi nama bayi mereka dengan nama yang sama dengan waktu mereka pertama kali disambut dunia.

"Aku sama mas langit akan cerai mbak"

Bunda Sari membeku, seolah ada lintas bayang masa lalu buruk yang tiba-tiba membangkitkan memori lama nya.

Namun melihat sintia yang semakin terisak, bunda Sari segera membawa sintia kedalam pelukannya. Membiarkan perempuan yang dia anggap adik itu menumpahkan sedihnya hingga tenang.

"Gimana sama Bintang dan senja sin?"

Sintia semakin sedih, mengingat kedua anak yang sudah pasti terluka dengan keputusan nya.

Mereka mengurai kan pelukan, "mas langit udah talak aku mbak"

Bunda Sari tertegun, dia sangat mengerti posisi sintia saat ini. Dia pernah ada diposisi yang sama.

"Senja udah tahu?"

Sintia menggeleng, jujur dibanding Bintang, sintia lebih khawatir dengan senja. Anak gadis nya itu begitu dekat dengan papa nya, dia khawatir senja terluka dengan keputusan mereka.

Fajar & Senja ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang