34* Please, don't go

180 40 10
                                    

Fajar menuruti perkataan bundanya, setelah bel pulang berdering, Cowok yang tidak terlalu tinggi itu meminta senja untuk pulang bersama nya dan mengajaknya bicara disebuah kedai bakso tempat mereka mengutang dulu.

Senja tidak peduli dengan para pegawai disana yang pasti sudah hafal dengan wajahnya. Suasana hati nya sedang buruk.

Sedangkan fajar menatap arah luar dengan gelisah, langit berubah gelap lebih cepat lalu tak lama hujan mulai turun tidak terlalu lebat jadi dia tak perlu khawatir.

Cowok itu beralih menatap senja yang diam-diam juga gugup, dia ragu untuk mengatakan apa yang difikirkan atau tidak.

Fajar yang sudah mantab dengan apa yang dia lakukan mulai mencoba meraih tangan senja yang nganggur diatas meja. Membuat perhatian senja teralih.

"Nja, gue mau kita ser—"

"Ini salah jar, kita sahabat gak boleh saling suka" potong senja yang membekukan fajar. Gadis itu melepas genggaman tangan fajar pelan.

Fajar menatap senja nanar, penantian nya selama sepuluh tahun ini apa?

"M-maksud nya?" tanya fajar gagap, hatinya nyeri luar biasa.

Senja menatap fajar sendu.

"Iya, gue juga sayang sama lo, tapi apa lo tahu alasan kenapa gue sembunyiin perasaan gue ini?" tanya senja yang dijawab gelengan dari fajar.

"Gue gak mau kehilangan lo jar"

Fajar menggelengkan kepala tidak setuju.

"Gue gak akan ninggalin lo nja, justru gue mau jagain lo" ujarnya berusaha meyakinkan senja.

Senja menggeleng, "kita gak tahu kedepannya bakal gimana. Lo tahu Cinta bisa jadi benci? Gue gak mau kehilangan lo"

"Cinta itu bisa kadaluarsa, sama kayak permen karet, manis diawal tapi lama dikunyah akan jadi hambar"

"Gue belum siap kehilangan sosok sahabat kayak lo jar" ujar senja mantap, itulah yang ia fikirkan sejak kemarin, dia merasa bahwa inilah keputusan yang baik untuk meraka berdua.

Fajar terkekeh pelan setelah terdiam karena ucapan senja. Cowok itu menatap senja dengan tatapan penuh luka.

"Apa lo mau kembali egois nja?"

Senja tersentak bagai dihantam godam mendengar ucapan fajar.

"Setelah sepuluh tahun gue nunggu, ini jawaban nya? Apa lo sesusah itu menerima gue sampai lo gak bisa menepati janji lo dua tahun lalu?" ujar fajar nanar, sedangkan senja menatap nya tak paham.

"Sebelum kecelakaan, lo janji sama gue bakal coba belajar sayang sama gue. Tapi apa? Setelah lo sadar, lo kembali melupakan janji lo itu" fajar menatap tepat manik senja yang mulai bergetar.

Senja benar-benar tidak mengingat janji itu, yang ia ingat fajar adalah sahabat nya sejak kecil yang memang sering berselisih paham dengannya.

Dan sepuluh tahun? Bahkan senja tidak bisa membayangkan betapa dalamnya luka cowok dihadapan nya.

Fajar menatap senja dalam, begitu sakit mendengar senja yang lagi-lagi menolaknya.

"Tapi—kenapa lo pacaran sama mereka? Lo nyakitin mereka jar"

Fajar tersenyum kecut, "Gue kesepian nja, sakit banget setiap melihat lo yang gak pernah bisa buka hati"

Cowok itu mengulas senyum mencoba membuat senja tenang karena mata gadis itu terlihat berkaca.

Lalu menatap senja yang tersedu pelan,
"Dulu kita janji akan menikah"

Fajar menarik nafas,

"Sekarang mari kita ubah, janji kalo kita akan bahagia walau gak bersama"

Nafas senja tercekat, ia spontan menggeleng.

Gadis itu meraih tangan fajar.

"Kasih gue satu kesempatan lagi. Gue mohon" pinta nya dengan tatapan memohon.

"Gue tarik ucapanku yang tadi. Sekarang ayo kita mulai semua dari awal" ujar senja yakin.

Fajar sempat tersentak tapi ucapan senja bagaikan air es ditengah gurun.pemuda itu mengulas senyum lembut walau tatapan nya tetap sendu.

"Kalo gak bisa jangan dipaksa ya" ujarnya menyetujui ucapan senja.

Senja mengangguk mantab, memberikan senyum tulusnya pada fajar.

Senja sudah memutuskan sekarang. Dia tak membohongi hatinya, lagi.

....

Fajar mengadahkan tangan dan mendapati beberapa tetesan kecil hujan, cowok itu melirik senja yang mengeratkan jaket, cowok itu terkekeh pelan. Sangat tahu kalau senja sangat tidak suka hujan.

"Maaf, tidak bisa menjadi payung untuk meneduh dan malah menjadi alasanmu kehujanan" ujar fajar yang membuat senja menoleh. Gadis itu tertawa pelan, agak aneh mendengar fajar berbicara seperti itu.

Fajar menatap ujung jalan lebih tepatnya langit arah barat yang berwarna jingga dan menyisakan sedikit awan selepas hujan.

Cowok itu menoleh pada senja yang juga menatapnya.

"Tahu gak nja fajar dan senja itu sebenarnya satu, tapi mereka muncul dari arah yang berbeda. Satu membawa terang satu membawa kegelapan" ujar fajar mulai menghampiri motornya diikuti senja dibelakang.

Senja hanya diam menyimak, tak tahu harus menjawab apa. Lalu gadis itu tertegun ketika fajar malah menyerahkan helm full facenya kearah senja.

Fajar memang hanya membawa satu helm, dia tidak membawa helm cadangan karena senja tidak bersamanya. Dan sejak mereka keluar dari lingkungan sekolah memang senja yang memakai helmnya.

"Lo aja, tinggal nyebrang ini" tolak senja tapi fajar menggeleng tidak setuju.

"Gerimis kecil kayak gini biasanya bikin sakit" ujar fajar membuat senja mencibir, padahal dia sendiri gak kuat hujan.

Tapi senja memilih menurut, gadis cantik itu memakai helm milik fajar lalu naik keatas motor.

Sebelum menarik gas, fajar kembali berucap.

"Ayo kita mulai semua dari awal!" ujar fajar semangat membuat senja terkekeh lalu menepuk bahu fajar.

Fajar ikut terkekeh, lalu menarik gas motornya. Mereka tinggal menyebrang jalan yang kebetulan sepi karena memasuki magrib. Gerimis kecil masih menjatuhkan diri, fajar yang merasa jalan lenggang langsung menarik gas untuk melewati jalan besar itu.

Apakah ini akan menjadi awal yang baik untuk mereka berdua?














........

Kalo kalian merasa aneh, percayalah kalian gak sendirian. :(

Fajar & Senja ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang