35* Awal baru

197 40 19
                                    

"Manis itu madu, pahit itu mengkudu. Kalo kamu pelengkap hidupku."

Senja yang mendengar ucapan fajar barusan mengerutkan kening lalu memberi tatapan jijik kearah fajar yang malah cengengesan dibalik helm fullface nya.

"Cringe bangsat!," seru senja tanpa bisa menutupi pipinya yang bersemu merah.

Tapi fajar tak berhenti, dia malah kembali melanjutkan gombalan recehnya.

"Matahari itu cahaya nya dunia kalo kamu cahaya nya aku," lagi fajar sambil tertawa ngakak setelah mengucapkan kalimat ngasal tersebut. Sedangkan senja terang-terangan melirik fajar aneh.

Cowok tampan itu menghentikan motornya diparkiran sekolah, senja segera turun dari atas motor.

"Pohon butuh matahari untuk fotosintesis kalo kamu butuh aku buat berkembang bi—IYA, AMPON SENJA!."

"Ngomong lagi gue botakin pala lo," ancam senja sembari melepas genggaman nya dari rambut fajar yang berantakan.

Fajar bersungut, lalu mencebikkan bibirnya kesal.

"Udah jadi pacar masih aja dianiaya," gerutu nya sembari merapikan rambut.

Senja mendelik, "sejak kapan kita pacaran?," ujar senja tak terima.

Sekarang giliran fajar yang mendelik, "lah? Kemarin?."

"Enak aja. Gak ada yang bilang kita jadian ya bangsat."

"Oh, gitu? Yaudah," ujar fajar acuh lalu jalan duluan meninggalkan senja yang panik.

"Anjeng, bantet tungguin!."

"Ngapain ngikutin? Katanya gak jadian. Sana jauh-jauh," usir fajar pada senja yang berjalan dibelakang nya.

Gadis itu mengumpat pelan, lalu tangannya dengan enteng menabok kepala fajar dari belakang.

"Kita sekelas ya anjing," sungut senja.

Fajar yang mendengar itu malah tertawa. Tapi harus mereda dengan cepat karena ternyata orang-orang sekitar memperhatikan mereka—ah, lebih tepatnya membicarakan mereka, terutama senja.

Yang fajar tangkap, mereka menggunjing senja tak tahu diri, perusak hubungan oranglain bahkan ada yang mengatai senja munafik.

Senja sendiri menyadari hal itu, walau hatinya sakit tapi ia berusaha tak peduli.
Fajar menggeser tubuhnya sedikit lalu mengambil langkah mundur. Meletakkan kedua tangan nya ditelinga senja, berusaha menutupnya agar tak mendengar apapun yang mereka bicarakan. Walau sebenarnya percuma.

"Ayo, macan ganas gak boleh lama-lama diluar, banyak mangsa. gawat kalo ngamok," ujar fajar yang mendapat tawa dari senja tapi gadis itu tetap menurut ketika fajar mendorong nya pelan menuju kelas.

Berbeda dengan luar, dikelas mereka sama sekali tidak mendapatkan cibiran tapi gak tahu kalau dibelakang. Hehe.

Tya yang pertama kali menyadari kedua sejoli yang kembali lengket mendecih pelan.

"Kemarin aja kayak musuh bebuyutan sekarang malah kayak orang pacaran. Jadian lo berdua?," tanyanya sambil menatap keduanya.

"Iya!."

"Enggak!."

Senja melototi fajar yang balik menatap nya santai.

"Katanya gak mau sama fajar nja,"

"Lah, iya. Siapa ya yang pernah bilang amit-amit kalo sama fajar."

Senja mengumpat, sekarang temen sekelas nya malah kompak meledek dirinya. Pipi gadis itu merah padam sedangkan fajar malah cengengesan disampingnya.

Fajar & Senja ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang